PENANAMAN SIKAP DAN NILAI PADA PEMBELAJARAN IPS Dl SEKOLAH DASAR

PENANAMAN SIKAP DAN NILAI PADA PEMBELAJARAN IPS Dl SEKOLAH DASAR

PENANAMAN SIKAP DAN NILAI PADA PEMBELAJARAN IPS Dl SEKOLAH DASAR


    Banyaknya fenomena yang terjadi belakangan ini cukup membuat kita prihatin. Terjadinya praktik KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), pelanggaran peraturan-peraturan hukum, aksi-aksi kekerasan, pornografi, seks bebas, narkoba, dan berbagai macam penyakit sosial Iainnya. Hidup kita selalu diwarnai tragedi-tragedi kemanusiaan yang memilukan.
    Mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi? Salah satu jawaban atas pertanyaan tersebut adalah karena kita gagal menumbuhkembangkan penanaman nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam beberapa dekade terakhir ini, pembangunan kita cenderung berorientasi pada sesuatu yang bersifat pragmatis dan materialis.
    Penanaman nilai pada institusi pendidikan dapat dituangkan dalam pendidikan nilai. Pada dasarnya pendidikan nilai itu hanya dapat diwujudkan atau dijabarkan dalam suatu kebersamaan. Oleh karena itu, untuk melakukannya hampir tidak mungkin tanpa rasa empati dan penghargaan kepada orang lain, kepada segala sesuatu di lingkungan alam dan lingkungan sosial, yang mengerucut pada penghargaan kepada kehidupan. Sementara empati tak mungkin muncul tanpa kepekaan terhadap berbagai persoalan tanpa sekat-sekat ras, etnis, agama, golongan, dan lainnya. Nilai merupakan integritas hidup seseorang yang akan tercermin dalam pilihannya: cara berpakaian, teman-teman yang dipilih, pasangan hidup, interaksi sosial, dan bagaimana hubungan keluarga dengan saudara-saudaranya.
    Pendidikan nilai membantu banyak orang untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak diprioritaskan, serta mana yang perlu dan mana tidak perlu. Pendidikan nilai yang diajarkan di sekolah akan terasa hambar jika penyakit sosial masih merajalela di tengah masyarakat kita.
    Istilah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang itu seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan oleh National Councilfor the Social Studies (NCSS).
    Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah "Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial" sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang di dalamnya tercakup Sejarah Indonesia, 11mu Bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara.
    Dalam Kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan empat profil yakni: (l) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi "citizenship transmission"; (2) pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar; (3) pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep payung yang menaungi mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG.
    Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan dalam kurikulum sampai dengan dasawarsa 1990-an ini pendidikan IPS di Indonesia mempunyai dua konsep pendidikan IPS, yakni: pertama, pendidikan LPS yang diajarkan dalam tradisi '?itizenship transmission"dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi "social science" dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang terintegrasi di SD.
    Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkernbang di Indonesia sampai saat ini pendidikan IPS terpilah dalam dua arah, yakni: pertama, PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan; dan kedua, PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru İPS yang pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan.
    Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, alasan perlunya pengajaran İPS terutama karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari masyarakat dengan warna lingkungan tersendiri, dimana para siswa itu sendiri menjadi anggotanya. Pengajaran İPS ditempuh dengan cara mengenalkan masalah-masalah sosial melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan sosial tersebut.
    Pendidikan İPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah masa sekarang atau hal-hal yang bersifat konkret, dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami atau hal-hal yang bersifat abstrak. Padahal bahan materi İPS penuh dengan pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuig), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi İPS yang harus diajarkan kepada siswa SD.
    Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itü dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkonkretkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya İPS SD bergerak dari yang konkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya: dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/ desa-RT/RW-tetangga-keluarga-Aku.
    Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. 
    Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode (multi metode), digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilainilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dari lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya tadi selalu akan dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Conny R. Semiawan. (2008). Belajardan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks

Etin Solihatin & Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara http://azisgr.blogspot.com/ http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Penanaman-Pendidikan-Nilai http://pips-sd.blogspot.com/

Mukminan, dkk. (2002). Diktat Dasar-Dasar IPS. Yogyakarta: FISE UNY.



By: Hadi Saputra

Belum ada Komentar untuk "PENANAMAN SIKAP DAN NILAI PADA PEMBELAJARAN IPS Dl SEKOLAH DASAR"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel