ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARYA TULIS ILMIAH

Abstrak
Karya Tulis Ilmiah adalah sebuah tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian suatu masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan serta ditaati oleh masyarakat keilmuan. Dalam pengertian tersebut tersirat bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah harus menggunakan etika dan kaidah keilmuan yang merujuk kepada penulisan Ejaan yang baik dan benar. Penggunaan Ejaan yang baik dan benar adalah sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan. Beberapa kasus pada penulisan Karya Tulis Ilmiah terdapat kesalahan dalam penggunaan Ejaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimanakah kesalahan pada penggunaan huruf dalam sebuah kata, penggunaan imbuhan, serta penggunaan tanda baca. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kesalahan pada penggunaan huruf dalam sebuah kata, penggunaan imbuhan, serta penggunaan tanda baca. Objek dalam penelitian ini adalah Karya Tulis Ilmiah. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah peneliti membaca satu persatu objek penelitian, menandai kesalahan penulisan, menganalisis penggunaan huruf, imbuhan, serta tanda baca. Peneliti berharap agar kedepannya sebaiknya dalam menulis sebuah Karya Tulis Ilmiah harus sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh pembaca.
Kata Kunci: Penggunaan huruf, imbuhan, dan tanda baca

PENDAHULUAN
Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu produk berfikir dan meneliti sebuah studi kasus yang akhirnya menghasilkan upaya solutif dalam memecahkan masalah. Dalam penyusunan KTI ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baku. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat memengaruhi kata yang akan tersusun menjadi sebuah kalimat yang tepat.

Pemilihan kata yang tepat dapat membuat struktur sebuah tulisan mudah dipahami dan menjadikan tulisan tersebut memiliki nilai tersendiri. Tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit dari masyarakat atau pelajar masih kebingungan dalam menuliskan sebuah kalimat lengkap dengan penggunaan ejaannya. Selain itu, masyarakat atapun kalangan pelajar seringkali tidak memperhatikan kebenaran tulisan sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Apabila tujuan dan maksud sudah tersampaikan kepada lawan bicara sudah cukup bagi mereka. 

Dengan latar belakang tersebut, penulis mencoba mengamati kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia khususnya pada beberapa kesalahan ejaan yang sering penulis temukan dengan rujukan beberapa buku dan sumber dari internet. Pada penelitian ini, penulis memberi judul makalah ini dengan judul “Analisis Kesalahan Ejaan Pada Karya Tulis Ilmiah”.

PEMBAHASAN
A. Penggunaan Huruf
1. Pertukaran Huruf
Kerap kali dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah terdapat kesalahan dalam Ejaan. Misalnya, kata yang seharusnya ditulis dengan huruf f dan v ditulis dengan huruf p atau kata yang seharusnya ditulis dengan huruf f ditulis dengan v, kata yang seharusnya ditulis v ditulis dengan huruf f atau sebaliknya.
Sebagian orang tidak tahu dengan pasti huruf mana yang seharusnya digunakan. Ada juga orang yang menggunakan huruf p karena berpendapat bahwa kata-kata Indonesia haruslah ditulis dengan huruf p bukan dengan huruf f atau v yang biasa digunakan untuk menuliskan kata asing saja.

Di dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) huruf f dan v tentu saja terjadi dalam sistem ejaan kita. Maksudnya huruf-huruf tersebut tidak lagi dianggap sebagai huruf asing. Karena itu, ada kata yang ditulis dengan f dan ada juga ditulis dengan v. Menurut EYD kata-kata baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing ditulis sedapat-dapatnya jangan jauh dari ejaan asalnya. Yang diubah hanya yang betul-betul perlu diubah saja. Misalnya:
Colaboration (Ing) menjadi kolaborasi
Administration (Ing) menjadi administrasi
Function (Ing) menjadi fungsi
Vocal (Ing) menjadi vocal
Standardization (Ing) menjadi standardisasi
Contoh kata-kata diatas, kita perhatikan, /c/ pada contoh kata colaboration yang berbunyi /k/ diganti dengan huruf k. Bunyi akhir –tion ditetapkan diganti dengan –si. Huruf yang lain tetap sehingga hasil pengindonesiaannya kolaborasi. Begitu juga pada kata administration  bunyi akhir –tion diganti dengan –si, hasil pengindonesiaannya adalah administrasi.  Pada kata function, bunyi /f/ tetap huruf f, namun  bunyi akhir –tion diganti dengan –si. Untuk kata vocal, bunyi /v/ juga tetap ditulis dengan huruf v sedangkan bunyi akhir /cal/ ditulis dengan kal. Dengan demikian pengindonesiaannya menjadi vokal. Demikian juga standardization, hanya /z/ yang diganti dengan s dan –tion diganti dengan –si. Hasilnya standardisasi. Kata itu kita pungut secara utuh dan hanya ejaannya yang kita sesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Itulah sebabnya bentuk standarisasi bukan bentuk yang benar. Kita tidak mengambil standar (dari standard) lalu kita tambah dengan akhiran –isasi menjadi standarisasi, tetapi menindonesiakan kata Inggris di atas. Karena itu, /d/ pada –isasi tidak usah dihilangkan. 

2. Huruf Kapital
a) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang . Contoh:
Dia baru saja diangkat sebagai sultan.
Tahun ini dia pergi naik haji.

b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat. Contoh:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal?

c) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh:
10 volt
5 ampere

d) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Contoh:
Mengindonesiakan kata asing.
Keinggris-inggrisan.

e) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

f) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsure nama diri. Contoh:
Berlayar ke teluk.
Menyeberangi selat.

g) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Contoh:
Garam inggris.
Gula jawa.

h) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi. Contoh:
Menjadi sebuah republik.
Beberapa badan hukum.

i) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

B. Penggunaan Imbuhan
1. Kata depan “di” dan awalan “di”
Awalan di hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran  -kan  atau -i maupun tanpa akhiran-akhiran itu.
Contoh: Dipukul, dipukulkan, dipukuli
Dilempar, dilemparkan, dilempari.
Kata kerja yang berawalan di- itu ialah semua kata yang menjadi jawab pertanyaan diapakan dia, ayau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu cara mengenal kata dengan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata kerja berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.
Contoh:Dipukul lawannya memukul
Dipukulkan lawannya memukulkan
Dipukuli lawannya memukuli
Jadi, kalau kamu ragu apakah di pada kata itu dirangkaian, kita cobalah membentuk lawan kata itu dengan cara diatas. Apabila ada lawan bentuknya dengan awalan me-, pastilah di pada kata itu adalah awalan dan oleh karenanya haruslah dirangkaikan.  

Dan kata depan  itu harus di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya dengan di jenis ini mempunyai kedududukan sebagai kata. Fungsinya menyatakan “tempat”. Cara mengenlnya yaitu semua kata yang menjadi jawabpertanyaan di mana pastilah kata yang mengnadung kata depan di, karena itu jawaban harus dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah. 
Contoh: 
Di mana dia? Jawab: Di kantor.
Di mana rumahnya? Jawab: Di Jakarta. Di sana.
Di mana kau beli daging itu? Jawab: Di pasar, Di situ.
Jadi, kata seperti itu di mana, di sana, di sini, di situ, di atas, di bawah, di samping di tengah, di depan, di belakang, pun harus di tulis terpisah sebagai dua patah kata, seperti  di sekolah, di dinding, di laut. 

2. Partikel “pun” dalam Bahasa Indonesia
Cara membedakan partikel “pun” yang ditulis serangkai dari ”pun” yang ditulis terpisah.
Ada tiga macam “pun”.
a) Yang merupakan klitika, yaitu unsur yang melekat pada unsure yang lain, dengan perkataan lain pun  yang melekat pada kata yang mendahuluinya sebagai klitika. 
Ialah : adapun, andaipun, maupun, bagaimanapun, betapapun, kalaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, walaupun, kendatipun.  Kata-kata tersebut termasuk kata yang berfungsi penghubung atau pengantar kalimat. 
Contoh dalam kalimat:
¬_Adapun maksudnya datang kemari ialah untuk mengundang Ibu dan Ayah menghadiri pesta pernikahannya. 
b) Berfungsi sebagai kata penuh, yaitu yang bersinonim dengan kata juga.
Contoh dalam kalimat:
_jangankan engkau, aku pun tidak sanggup menyelesaikan permasalahan itu. (= aku juga)

3. Gabungan Kata
Dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan terdapat ketentuan dalam penulisan gabungan kata. 
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah. Contoh:
Baju baru
Kamar mandi
Meja belajar
b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkansalah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur (kata) yang bersangkutan. Contoh:
Ayah-ibu
Tua-muda
Alat penghirup-listrik
c) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Contoh:
Barangkali
Padahal
Daripada 
d) Kalau kata yang dilekatinya itu berhuruf awal kapital, maka antara unsure gabung itu dengan kata yang dilekatinya diberi garis tanda hubung.
Contoh:
non-Jawa
se-Kabupaten Wonogiri

C. Pemakaian Tanda Baca Koma (,) Sebelum Kata “dan”
Kata penghubung (konjungsi) berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Misalnya, sapi dan kuda; kaya dan rakyat melarat; murid-murid bermain dan guru mengawasinya. Menurut contoh diatas, tidak digunakan tanda baca koma (,) sebelum kata “dan”, atau di belakang kata yang mendahului kata dan itu. Namun, menurut EYD tanda baca koma digunakan didepan kata “dan” bila benda, hal, sifat yang disebutkan berturut-turut dalam kalimat lebih dari dua. 
Bunyi aturan sebagai berikut:
1. Tanda baca koma dipakai diantara unsur-unsur dalam sesuatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Dalam kalimat di atas, ada benda yang dirinci dan benda itu lebih dari dua, yaitu kertas, pena, tinta. Kalau benda yang disebutkan hanya dua buah, maka tidak menggunakan tanda koma. Misalnya: Amin dan Udin.
2. Tanda baca koma hanya digunakan didepan kata dan, namun dapat juga di depan kata penghubung lain yang digunakan dalam perincian.
Misalnya: Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Namun, adapula penggunaan tanda baca koma yang salah dalam penempatannya meskipun telah ada pembakuan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang masih terbiasa dengan penggunaan Ejaan lama. 
Contohnya dalam kalimat berikut:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Dia bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Dia malas berusaha, sedangkan hidupnya susah.
PENUTUP
A. Simpulan
Secara garis besar, kesalahan pada Karya Tulis Ilmiah terletak pada salah pertukaran huruf, penggunaan huruf kapital yang kurang tepat, penggunaan kata “di” pada kata depan dan imbuhan, gabungan kata, penggunaan tanda baca koma (,) sebelum kata “dan”, serta penempatan partikel “pun”. Kesalahan tersebut dilatarbelakangi oleh kurang pemahaman mengenai kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Akhirnya penulisan Karya Tulis Ilmiah menjadi tidak sesuai dengan kaidah EYD.

B. Saran
Adapun saran dari peneliti terkait dengan kesalahan dalam ejaan harusnya dapat diminimalisir dengan penggunan kaidah EYD yang tepat. Penggunaan ejaan yang baik dan benar akan memengaruhi keabsahan sebuah Karya Tulis Ilmiah. Maka dari itu, pemahanam tentang EYD harus lebih diperdalam khususnya kalangan akademisi.

DAFTAR PUSTAKA
JS. Badudu, Js. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
JS. Badudu, Js. 1996. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Cet.2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
Kis tanti. Problem Ejaan dan Pemakaiannya, diakses dari www.kizt.blogspot.com/2011/11 pada Minggu, 12 Maret 2017 pukul 14.00 WIB.
Slamet, St. Y. 2014. Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Waridah, Ernawati. 2009. Ejaan Yang Disempurnakan. Cet. 3. Jakarta: Kawan Pustaka.

By: Roista Indriani, Nihayatus Sholikhah, Nila Ni’matul Laili

Belum ada Komentar untuk "ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARYA TULIS ILMIAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel