Analisis Kesalahan Berbahasa & Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa

Analisis Kesalahan Berbahasa & Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa

Abstrak 
Berbahasa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dengan manusia yang lain. Kegiatan berbahasa ini bisa berbentuk tulis dan lisan. Dengan berbahasa yang baik, kita dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain dan orang lain akan mengerti pada apa yang kita sampaikan. Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya.   Dalam berbahasa sehari-hari banyak ditemukan kesalahan berbahasa pada aspek fonologi. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menganalisis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi yang dipergunakan oleh pelajar MI/SD ketika kegiatan belajar di dalam kelas. Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pada Vokal, konsonan, pangucapan kata baku mejadi tidak baku, menghilangkan bunyi huruf, penambahan huruf. Adapun manfaat makalah ini adalah; Praktis Diharapkan makalah ini dapat memudahkan pembaca, khususnya pelajar, dalam menambah pengetahuan tentang analisis kesalahan bunyi bahasa. Edukatif Diharapkan makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah pengetahuan dalam pemahaman terhadap bidang fonologi khususnya yang berhubungan dengan kesalahan berbahasa. Teoretis Penulis mengharapakan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai acuan oleh pembaca dalam mengetahui tentang teori-teori yang berhubungan dengan analisis kesalahan bunyi bahasa.
Kata Kunci: Kesalahan, Bunyi, Bahasa 

PENDAHULUAN
Berbahasa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dengan manusia yang lain. Kegiatan berbahasa ini bisa berbentuk tulis dan lisan. Dengan berbahasa yang baik, kita dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain dan orang lain akan mengerti pada apa yang kita sampaikan. Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa yang terjadi secara tidak sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melaflakan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh penutur bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Penutursebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.

Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya. Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang  telah menguasai bahasanya. Perbedaan ini bersumber dari perbedaan penguasaan kaidah-kaidah gramatika (grammatical competence) yang pada gilirannya juga menimbulkan perbedaan realisasi pemakaian bahasa yag dilakukannya (performance). Di samping itu, perbedaan itu juga bersumber dari penguasaan untuk menghasilkan atau menyusun tuturan yang sesuai dengan konteks komunikasi (comunicative competence).

Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Ujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus, terkadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapai efek tertentu seperti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.

Dalam masyarakat bahasa tertentu, misalnya dalam masyarakat Jawa, kesalahan-kesalahan berbahasa baik kesalahan gramatika maupun kesalahan yang berkenaan dengan konteks pemakaian mempengaruhi pandangan orang lain terhadap status sosial orang yang berbuat kesalahan berbahasa tersebut. Kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan konteks adalah kesalahan memilih ragam bahasa yang berkaitan dengan tingkat tutur yang terdapat dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan istilah unggah ungguh. Kesalahan berbahasa dalam masyarakat Jawa dianggap sebagai noda. Oleh karena itu, dengan sadar setiap pemakai bahasa berusaha untuk memakai bahasa sesuai dengan kaidah gramatika serta ketepatan pemilihan ragam tingkat tutur sesuai dengan konteksnya. Dalam masyarakat Jawa, identifikasi seseorang antara lain dapat dilihat dari pemakaian bahasanya. Hal ini sesuai dengan tinjauan fungsi bahasa dari pandangan Sosiolinguistik.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya penutur memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat. Dalam berbahasa sehari-hari banyak ditemukan kesalahan berbahasa pada aspek fonologi. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menganalisis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi yang dipergunakan oleh mahasiswa ketika kegiatan belajar di dalam kelas.

PEMBAHASAN 
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Analisis bahasa (-bahasa) kita perlu sekali untuk mengetahui betapa bahasa (-bahasa) ketika itu diucapkan dan tulis, betapa bahasa kita itu disusun, dan betapa bahsa kita itu berfungsi. Pengetahuan ini pada dasarnya sangat penting untuk menuliskan buku-buku pelajaran dan melatih para guru dan menjamin bahwa sekolah-sekolah kita mengajarkan pekerjaan yang memuaskan di dalam mengajarkan membaca, menulis, berbahasa, dan sikap yang terdidik terhadap bahasa kita. (Samsuri,1987:6).

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistic (tahun terbit) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode.

Pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com) dalam buku yang berjudul “Common Error in Language Learning”, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com) bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.

Menurut Tarigan, (1990:141) kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari perfonmasi bahasa orang dewasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

A. Fonologi
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau berkomunikasi, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian yang lama kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan kadang-kadanng terdengar pula suara pemanjangan dan suara biasa. Runtunan bunyi bahasa ini dapat di analisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyi. Bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa disbut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi,dan logi yaitu ilmu (Chaer, 2007:102). Adapun berbagai pengertian dari fonologi menurut para ahi sebagai berikut:
  1. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari suatu bunyi bahasa. Menurut Faizah (2010) ilmu yang mempelajari tentang bunyi pada umumnya disebut fonologi. Fonologi mencakup segi-segi bunyi bahasa baik yang bersangkutan dengan pembentukan bunyi (organis), bunyi sebagai getaran udara (akuitis), dan bunyi yang terdengar (auditoris).
  2. Menurut Chaer (2007) bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan kata logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
  3. Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari perbedaan penangkapan makna. Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.

1. Pada Vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan ciri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é.Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.

2. Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.

a. Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.

b. Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya. Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx. Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.

c. Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah. Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.

B. Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa Aspek Fonologi
Pada buku Kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dilihat dari segi penggunaan bahasanya, secara lisan maupun tulisan. Dari kesalahan tersebut ditemukan beberapa jenis kesalahan berbahasa aspek fonologi, sebagai berikut:
1. Perubahan Pengucapan Fonem
b. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/
c. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
d. Fonem /ệ/ diucapkan menjadi /e/
e. Fonem /e/ diucapkan menjadi / ệ/
f. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
g. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/
h. Fonem diftong /ai/ diucapkan menjadi /e/
i. Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
j. Fonem kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/
k. Fonem /k/ diucapkan menjadi bunyi hambat (glottal) /?/
l. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/
m. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
n. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
o. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/
p. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/
q. Fonem /s/ diucapkan menjadi /z/
r. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /h/
s. Fonem /u/ diucapkan menjadi /w/
t. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
u. Fonem /b/ diucapkan menjadi /p/
v. Fonem /d/ diucapkan menjadi /t/
w. Fonem /t/ diucapkan menjadi /h/
x. Fonem /w/ diucapkan menjadi /ϴ/
2. Penambahan Fonem
Penambahan fonem /h/ di depan, di tengah, dan diakhir kata, contohnya hembus yang benarnya adalah embus.

3. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem terdapat pada fonem /h/ pada kata susa seharusnya susah. Pada fonem /k/ contohnya bami seharusnya bakmi.

4. Pemenggalan Kata atau Suku Kata
b. Kata tunggal, jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.
c. Jika ditengah kata terdapat konsonan atau gabungan konsonan yang diapit oleh dua vokal maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
d. Bila ditengah kata ada konsonan rangkap maka pemenggalan diantara kedua konsonan rangkap itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah dipisahkan, misalnya kh,ny dan ng.
e. Bila ditengah kata terdapat tiga konsonan, maka pemenggalan kata dilakukan diantara konsonan pertama dan kedua.

C. Penyebab terjadinya kesalahan berbahasa bidang fonologi
Pada kesalahan berbahasa ada dua faktor penyebab kesalahan dalam berbahasa menurut Tarigan (1990) yaitu sebagai berikut:
1. Penyebab interlingual (intrinsik) yaitu pada dasarnya hal/ butir-butir kesalahanterlihat sebagai penyebab kesalahan berbahasa yang berasal dari inferensi bahasa yang telah memberi angin bagi analisis kontrasitif atau anakon. Adanya bawaan bahasa ibu.
2. Penyebab intralingual (eksternal) yaitu: bukan bahasa ibu tapi kesalahan generalisasi mengenai kaidah-kaidah bahasa lingkungan. Ada beberapa faktor yaitu:
a. Asosiasi pintas yaitu bersifat spontan dan kebetulan.
b. Ketidakcermatan/ kesembronoan, maksudnya adalah mengikuti kaidah-kaidah yang diyakini/ diharapkan.

D. Kesalahan Berbahasa Dalam Kegiatan Belajar di Kalangan Masyarakat
1. Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Vokal
Fonem /a/ diucapkan /e/
Salah Benar 
- Sebenernya - Sebenarnya 
- Cepet - Cepat 
- Temen - Teman 
- Leptop - Laptop

2.   Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Konsonan 
Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
Salah Benar
- Konpesional - Konvensioal 
Fonem /c/ diucapkan /s/ 
Salah Benar 
- Wese - Wece 
- Ase - Ace 
Fonem /b/ diucapkan /p/
Salah Benar 
- Jawapan - Jawaban

3. Kesalahan Pengucapan Pada Kata Baku Menjadi Tidak Baku 
Salah Benar 
- Enggak - Tidak 
- Kalok - Kalau 
- Nanyak - Tanya 
- Kayak - Seperti 
- Keg gitu - Seperti itu 


4. Kesalahan Pengucapan dengan Penghilangan Bunyi Huruf 
Salah Benar 
- Liat - Lihat 
- Karna - Karena 
- Trus - Terus 
5. Kesalahan Pengucapan dengan Penambahan Bunyi Huruf 
Salah Benar 
- Jugak - Juga 
- Nantik - Nanti 
- Cuman - Cuma 

PENUTUP
Kesimpulan 
Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersiat inheren dalam setiap pemakaian bahsa baik secara lisan maupun tulis. Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah Bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan. 
Kesalahan yang terjadi pada proses belajar di kalangan masyarakat dan para pembelajar MI/SD adalah sebagai berikut: (1) kesalahan pada pengucapan fonem vokal; (2) kesalahan pada pengucapan fonem konsonan; (3) kesalahan pengucapan pada kata baku menjadi tidak baku; (4) kesalahan pengucapan dengan menghilangkan bunyi huruf; (5) kesalahan pengucapan dengan menambahkan bunyi huruf.   

Saran 
Dengan pembuatan artikel ini semoga dapat memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca, terutama tentang “ Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa”. Jika terdapat kekurangan pada makalah ini penulis mengharap saran yang membangun agar tercipta artikel yang lebih baik pada pada pembuatan selanjutnya. 

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Faizah, Hasnah. 2010. Fonologi. Pekanbaru: Cendikia Isnani
Mar’at, Samsunuwati. 2005. Psikologuistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga
Tarigan. 1990. Pengajaran Remidi Bahasa. Bandung: Angkara 
http://restyanindita.blogspot.co.id/2015/04/analisis-kesalahan-bahasa/ 
http://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa/

By: Izzah Riyatna Khamidiyah, Nur Afifa Afif, Yuni Purwanti

Belum ada Komentar untuk "Analisis Kesalahan Berbahasa & Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel