ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DARI BENTUKAN KATA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DARI BENTUKAN KATA

Abstrak
Dewasa ini kedudukan bahasa Indonesia semakin terjepit. Kita sering mendengar orang berdalih bahwa berbahasa itu yang utama lawan bicara dapat memahami informasi yang kita sampaikan, dan tidak harus dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana yang diatur dalam bahasa Indonesia. Permasalahan tersebut merupakan salah satu penyebab adanya kesalah dalam berbahasa. Kesalahan dalam berbahasa dapat terjadi melaluai beberapa hal. Salah satunya yaitu dalam komunikasi sehari-hari. Tidak hanya itu, kesalahan berbahasa juga dapat terjadi dalam penulisan sebuah karya tulis. Dalam penulisan sebuah karya tulis, pemilihan kata perlu diperhatikan. Karena hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, selain itu juga dapat mengganggu kejelasan informasi yang disampaikan. Bukan hanya dalam pemilihan kata kesalahan berbahasa dapat terjadi, akan tetapi bentukan kata yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari ataupun dalam penulisan karya tulis juga dapat menjadi penyebab kesalahan dalam berbahasa. Maka dari itu, di paper ini akan membahas tentang kesalahan berbahasa darisegi bentukan kata.
Kata Kunci: Pilihan kata, bentukan kata.

PENDAHULUAN
Bahasa indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi dan kaidah tata bahasa. Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi. Kata merupakan kunci yang digunakan dalam berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam bahasa Indonesia harus dimengerti agar apa yang disampaikan dapat dipahami.

Akibat adanya penyimpangan, penggunaan bahasa Indonesia itu dipandang mengandung kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan dalam berbahasa merupakan bagian yang integral dalam proses  pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Kesalahan berbahasa berdasarkan segi linguistik terbagi menjadi 5 bagian. Yaitu kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana.

PEMBAHASAN
A. Kesalahan bahasa dari segi diksi
1. Pengertian Diksi 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan.  .  Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. 

2. Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

3. Manfaat Diksi 
Adapun manfaat diksi diantaranya: 
a. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
b. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
  
Contoh Kalimat Diksi
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
APBN RI mengalami kenaikan lia belas persen (kata konkrit)
Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

4. Adapun kesalahan bahasa dari segi diksi.
Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi :
a. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal.
Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh  mereka kalangan menengah ke atas,  atau yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.
b. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular. Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh, dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh semua pendengar.
c. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.
d. Hindari pemakaian kata – kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu tidaklah baik.
e. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah using
f. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke penciumanku. 
g. Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan.  Hal ini karena kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.

B. Kesalahan bahasa dari bentukan kata
Baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain : (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c)peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-,meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat. berikut ini akan dipaparkan satu per satu wujud kesalahan tersebut.
1. Penghilangan afiks
a. Penghilangan prefiks meng-
Penghilangan prefiks meng- disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah.
Contoh:                
bentuk tidak baku
bunga mawar dan bunga matahari pamerkan keelokan mahkota mereka.
bentuk baku
bunga mawar dan bunga matahari memamerkan keelokan mahkota mereka.
b. Penghilangan prefiks ber-
Contoh:
bentuk tidak baku
pendapat bapakku beda dengan pendapat pamanku.
marilah kita ke Tirtabening, kita renang di sana!
kata beda dan renang merupakan kata dasar yang menduduki predikat pada masing-masing kalimat. sesuai kaidah bahasa indonesia yang baku, dalam predikat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-, yaitu menjadi berbeda dan berenang.
2. Bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan
Kata dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /s/, atau /t/ tidak luluh jika mendapat prefiks  meng- atau peng-. pemakaian yang seperti itu dapat kita perhatikan pada contoh berikut.
bentuk tidak baku
kita harus ikut serta mensukseskan Pilkada bulan April 2010
warga berusaha mengkikis habis koruptor di desa ini.
tukang foto memprotet si Bayu dengan serius.
kata-kata yang tercetak miring pada kalimat di atas, seharusnya fonem awalnya luluh menjadi bunyi nasal atau bunyi sengau, yaitu /s/ menjadi /ny/, /t/ menjadi /n/, /k/ menjadi /ng/, dan /p/ menjadi /m/. bunyi k, s, dan t yang tidak luluh hanyalah pada kata-kata serapan dari bahasa asing yang masih terasa keasingannya, seperti : mensponsori, pengklasifikasian, mentranskripsikan, dan penspesialisasian.
3. Peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh
a. Peluluhan bunyi /c/ yang tidak tepat
Kata dasar yang berfonem awal bunyi /c/ sering kita lihat menjadi luluh jika mendapat prefiks meng-. contoh:
rama sudah lama menyintai Shinta.
jangan suka menyontoh pekerjaan orang lain!
Jika prefiks meng- melekat pada kata dasar yang berfonem awal /c/, maka alomorf prefiks meng- adalah men- bukan prefiks meny-.jadi seharusnya kata yang bercetak mirik mencintai dan mencontoh.
b. Peluluhan Bunyi-bunyi Gugus Konsonan yang Tidak Tepat
Gugus konsonan pr, st, sk, tr, sp, dan kl pada awal kata dasar tidak luluh jika dilekati prefiks meng-. contoh : memproduksi, menstabilkan.
4. Penggantian morf
a. morf menge- tergantikan morf lain
b. morf ber- tergantikan morf ber-
c. morf bel- tergantikan morf ber-
d. morf pel- yang tergantikan morf per-
e. morf pe- yang tergantikan morf per-
f. morf te- tergantikan morf ter-
5. Penyingkatan morf mem-, men-, meng-,meny-, dan menge-,
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa indonesia adalah prefiks meng-. alomorf meng- adalah me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-. mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge- menjadi m-, n-, ny-, dan nge-. penyingkatan tersebut sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakaian bentuk kata yang salah.
6. Pemakaian afiks yang tidak tepat
penggunaan prefiks ke-
penggunaan sufiks –ir
penggunaan sufiks –isasi
7. Penentuan bentuk dasar yang tidak tepat
pembentukan kata dengan konfiks di-...-kan
pembentukan kata dengan prefiks meng-..
pembentukan kata dengan sufiks -wan
8. Penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata
9. Pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
a. pengulangan seluruhnya
b. pengulangan sebagian
c. lebih dianjurkan pengulangan sebagian.


PENUTUP
Simpulan
Dari hasl papar diatas, dapat disimpulkan bahwasannya, kesalahan berbahasa dapat terjadi pada diksi atau pilihan kata dan juga berkaitan dengan kesalahan dalam bentukan kata. Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Hal ini agar meminimalkan kesalahan dalam berbahasa. Selain itu, kesalahan berbahasa dari bentukan kata dalam tataran morfologi dapat terjadi baik dari ragam tulis maupun lisan. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain : (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c)peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-,meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, ada baiknya kita sebagai calon pendidik memahami benar tentang kebahasaan. Karena melalui bahasa kita berkomunikasi. Penggunaan bahasa yang baik dan benar akan mudah dipahami oleh para pendengar atau orang yang diajak berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
http://nahdariyani.blogspot.co.id/2012/05/diksi-gaya-bahasa-paragraf-dan.html (diakses tanggal 3 Maret 2017. Pukul 13.30)
http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-diksi-dan-contohnya-lengkap.html (diakses tanggal 3 Maret  2017. Pukul 13.00)
http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-diksi-dan-contohnya-lengkap.html (diakses tanggal 3 Maret 2017. Pukul 13.10)

By: Diah Aida Margareta, Miftakhul Ilmia, Nur Oktaviani

Belum ada Komentar untuk "ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DARI BENTUKAN KATA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel