Kiai Hasyim Menjawab tentang Wali dan Thariqah

 Kiai Hasyim Menjawab tentang Wali dan Thariqah

 Kiai Hasyim Menjawab tentang Wali dan Thariqah


Hadratusy Syekh KH. Hasyim Asy'ari antara lain menulis risalah (kitab tipis) dengan judul ad Durar al Muntatsirah fi al Masa'il at Tis'a Asyarah (Taburan Permata Indah Membahas Sembilan Belas Masalah).

Kitab ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia awal mula oleh KH. Tholhah Mansur, dan khat Arabnya ditulis oleh Abd Manab Murtadla dan selesai pada 14 September 1940, semasa Hadratusy Syekh masih sugeng (hidup). Edisi terjemahnya sekitar 32 halaman.  Dalam kitab ini pendiri utama Nahdlatul Ulama ini meletakkan kaedah-kaedah pokok tentang wali dan thariqah, yang terdiri dari tanya jawab sembilan belas masalah. Masalah pertama tentang makna atau arti Wali, hingga masalah terakhir (kesembilan belas) tentang tanda-tanda orang baik yang berbahagia dan tanda orang yang merugi.

Dalam penjelasannya, Hadratus Syekh menyampaikan bahwa ada fitnah atau cobaan yang merusak hamba Allah, di antaranya adalah tentang klaim kewalian. Dalam awal pengantar kitab ad-Durar itu beliau menyatakan, "Setengah cubo kang ngerusakake kawulo akeh, iku pengakuan guru thariqah lan pengakuan wali, malah ono kang ngaku wali Quthub lan ono kang ngaku imam Mahdi..." (terjemah, "Di antara cobaan yang merusak hamba pada umumnya adalah pengakuan guru thariqah dan pengakuan wali. Bahkan ada pula yang mengaku dirinya sebagai Wali Quthub, dan ada pula yang mengaku sebagai Imam Mahdi).

Adalah sebuah pertanyaan tentang adakah wali yang memberita-beritakan dirinya sebagai wali, sebagaimana fenomena pada masa Hadratus Syekh (dan berlangsung hingga saat ini). Mengutip kitab Nataijul Afkar, Hadratus Syekh menyatakan bahwa tidak ada wali yang mendaku dirinya sebagai wali. Yang semestinya adalah bahwa wali itu merahasiakan kewaliannya, dan agar kita mewaspadai klaim kewalian yang diujarkan seorang oknum. Nasehat Mbah Hasyim Asy'ari agar kita tak gampang mempercayai klaim kewalian seseorang terdapat dalam masalah yang kesepuluh berikut ini:

,"...para sederek kulo aturi angen-angen, Panjenenganipun Imam Yahya An-Nawawy waliyuLlah kang saestu, malah wali quthub kados pundi angsalipun nyamaraken kewalianipun. Dados terang, tiyang ingkang ngandak-ngandaaken yen awake waliyullah punika sanes wali saestu, nanging wali-walian kang terang salahipun, sebab ngelahiraken sirr al-khushushiyah lan gawe-gawe goroh ingatase Allah Ta'ala. Peramilo para sederek kang atos-atos sampun ngantos kenging bujuk" (ad-Durar al-Muntatsirah, hal. 9-sepuluh).

Terjemahnya sebagai berikut:

Saudara-saudaraku semua!

Silahkan direnungi  keberadaan Imam Nawawi dengan sungguh-sungguh. Beliau adalah seorang Wali Quthub. Bagaimana bisa beliau menyembunyikan kewaliannya?

Jadi, menjadi jelas bahwa orang-orang yang memberitakan dirinya sebagai Waliyullah, maka orang tersebut bukanlah Wali yang sesungguhnya. Ia hanya wali-walian yang jelas salahnya. Sebab, hal itu sama dengan menyatakan sirrul khushusiyah (rahasia kekhususan) dan membuat kedustaan kepada Allah. 

Karena itu saudara-saudara, berhati-hatilah, jangan sampai tertipu!

Selain Kiai Tholhah, kitab yang masuk dalam Irsyadus Sary ini juga diterjemahkan orang lain, termasuk belakangan oleh Tim Tebuireng. Achmad Muhibbin Zuhri, penulis buku "Pemikiran KH. M, Hasyim Asy'ari Tentang Ahl al-Sunnah wa Al-Jama'ah" memberikan data bahwa pada 1970-an, Kiai Yusuf Hasyim  memerintahkan Kiai Tholhah Mansur menerjemahkan kitab ini dan diterbitkan percetakan Menara Kudus. Namun data ini tidak sesuai dengan copy buku yang menyebut tahun 1940. Oh iya, karena masih dalam tahun 1940, tentu ejaannya juga pada masa berlaku ketika itu.

Alhamdulillah mendapatkan copy buku langka ini dari Pak Ustadz Taufik Hidayantoni. Di samping buku ini, ia juga mengirim beberapa buku unik dan bermanfaat lainnya.

By: FORUM PENELITI PTNU (Bapak Yusuf Suharto)

Belum ada Komentar untuk " Kiai Hasyim Menjawab tentang Wali dan Thariqah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel