Metode Bercerita dan Media Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Pada Anak

Metode Bercerita dan Media Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Pada Anak



Manusia mengalami pertumbuhan mulai dari ia berada di janin kandungan ibunya, dan memasuki usia golden age atau usia 0-6. Dikatakan sebagai golden age karena pada usia tersebut anak mengalami perkembangan kecerdasan yang sangat signifikan, dan juga pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar  yang menimbulkan perkembangan  kecerdasan anak sangat pesat. Dalam masa ini merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada didalam diri anak, meliputi aspek moral dan nilai agama, sosial, emosional  dan  kemandirian,  kemampuan bahasa,  kognitif,  fisik  motorik,  dan seni.

Salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak adalah aspek bahasa, karena bahasa merupakan kunci atau media komunikasi yang digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain. Bahasa merupakan peranan penting bagi kehidupan anak. Dengan bahasa, anak dapat berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya, dan mengungkapkan gagasan atau pikiran serta idenya kepada orang lain. Bahasa juga memberikan pengaruh yang besar dalam tumbuh kembang anak karena dengan bahasa anak mampu menjadi manusia yang bersosialisasi ditengah- tengah masyarakat.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, anak tidak dapat langsung dapat memahami bahasa secara tiba-tiba. Anak akan memahami bahasa sesuai dengan  fase  perkembangan  bahasa  yang ia lalui,  yaitu  sebuah  proses  dimana kemampuan anak dalam memahami, dan mengucapkan kata mengalami perkembangan. Seiring berjalannya   waktu   dan   banyaknya interaksi   yang dilakukan anak, akan mengembangkan kosa kata atau kemampuan bahasa anak. Abdul Chaer berpendapat bahwa teori perkembangan bahasa anak terbagi menjadi tiga pandangan, yaitu; teori Nativisme yang disampaikan oleh Noam Chomsky, teori Behaviorisme yang disampaikan oleh B.F Skiner, dan yang ketiga teori Kognitivisme yang disampaikan oleh Jean Piaget.

1.   Teori Nativisme

Nativisme merupakan pemikiran atau pemahaman bahwa dalam proses pemerolehan bahasa, anak mendapatkan kemampuannya secara genetic. Dalam teori nativisme ini anak yang lahir sudah dibekali dengan alat pemerolehan bahasa atau (Language Acquision Device/LAD) sejak lahir, dan diturunkan secara biologis. Jadi kemampuan bahasa menurut teori ini adalah pemahaman bahasa merupakan hal yang sangat natural. Contohnya, tanpa latihan, anak bisa membuat sebuah kalimat hanya dengan meniru bahasa orang-orang disekitarnya.

2.   Teori Behavioristik

Dalam teori ini dikatakan bahwa pemerolehan bahasa dipengaruhi oleh aspek diluar anak, atau pengaruh rangsangan lingkungan sekitar anak. Pandangan  ini  menyatakan  bahwa  pembelajaran  anak  adalah  dengan meniru atau imitasi, serta respon kepada lingkungannya. Jadi perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dari lingkungan dan orang dewasa disekitarnya.

3.   Teori Kognitivisme

Dalam  teori  ini  dikatakan  bahwa bahasa merupakan  kesatuan dari  ciri alamiah, yang merupakan salah satu kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif atau nalar. Dalam pengembangan bahasa anak, memerlukan metode yang tepat untuk mendorong pengembangan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan metode   bercerita.   Metode   ini   merupakan   metode   yang   populer   dalam pembelajaran bahasa pada anak-anak. Dengan menggunakan metode bercerita ini. Banyak sekali pengaruh positif yang terjadi pada anak. Hal-hal yang bisa diceritakan kepada anak bisa berbentuk cerita-cerita sederhana, dongeng binatang, ataupun   tentang   legenda.   Dari   penyampaian   cerita   tersebut   anak   akan mendapatkan nilai-nilai atau pembelajaran  yang diambil dari alur cerita, serta dengan metode ini anak dapat menunjukkan bagaimana anak dapat memecahkan masalah.

Bercerita merupakan aktivitas yang sangat baik dibiasakan untuk anak, terutama pada anak usia kelas rendah, dikarenakan pada usia tersebut merupakan usia dimana anak sangat suka untuk mendengarkan dan menyimak cerita. Dengan metode ini akan mendorong anak untuk lebih mencintai bahasa, selain itu juga dapat membantu perkembangan anak dalam berimajinasi. Cerita juga dapat menjadi wadah bagi anak untuk menyampaikan emosi yang dirasakannya, seperti marah, sedih, gembira, cemas, dan emosi-emosi lainnya dalam berjalannya alur cerita.

Dari pengaruh-pengaruh cerita dalam perkembangan bahasa anak, merupakan  alasan  bahwa  cerita-cerita  yang  mengandung  nilai-nilai  kebaikan sangat perlu dibuat, dikembangkan, dan disebarluaskan. Untuk membuat anak tertarik dengan cerita, pemilihan jenis cerita harus disesuaikan dengan minat, dan kemampuan  pemahaman  anak  sesuai  dengan  usianya.  Untuk  itu  diperlukan adanya media dalam pelaksanaan metode tersebut untuk menarik perhatian anak, salah satunya adalah dengan menggunakan media cerita bergambar.

Cerita bergambar merupakan cerita yang ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana dan ringan yang dilengkapi juga dengan gambar-gambar ilustrasi yang berkesinambungan dengan teks cerita yang ada. Biasanya cerita yang ada di cerita bergambar ini berdasarkan atas pengalaman, sehingga pembaca akan lebih mudah untuk memahami dan mudah untuk masuk kedalam alur cerita melalui perasaan yang  dirasakan  pembaca  melalui  watak  yang  ada  pada  tokoh  cerita  tersebut dengan pengalaman pribadi anak.

Dengan penggunaan media cerita bergambar akan mendorong minat dan kecintaan anak dalam membaca, memberikan pemahaman yang menyeluruh dan memberikan rangsangan imajinasi pada anak. Alasan cerita bergambar dijadikan sebagai alat pendidikan yang menarik adalah: (a) mendorong semangat belajar; (b) mudah didapatkan di koran dan toko buku; (c) berisi cerita tentang keupan sehari-hari; dan (d) memberi kan gaya belajar yang bervariasi.

Hurlock mengemukakan bahwa anak-anak usia sekolah menyu kai cerita bergambar karena beberapa hal di antaranya: (1) anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Hal ini akan membantu memecahkan masalahnya; (2) menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu ten  tang masalah supranatural; (3) mem beri anak pelarian sementara hiruk pi kuk hidup sehari-hari; (4) mudah di baca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya; (5) tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya; (6)mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak di berikan buku lain; (7) memberi sesuatu yang  diharapkan  (bila  berbentuk  serial);  (8)  tokoh  sering  melakukan  atau me  ngatakan   hal-hal  yang  tidak  berani  di lakukan  sendiri  oleh  anak-anak, walau pun   mereka  ingin melakukannya,  ini  memberikan  kegembiraan;  (9) tokohnya dalam cerita sering kuat, berani, dan berwajah tampan, jadi memberikan to koh pahlawan bagi anak untuk meng  identifikasikannya; (10) gambar dalam cerita bergambar berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak.

Daftar Pustaka

Hendra Adipta, dkk, . "Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Sebagai Sumber Bacaan Siswa SD." Jurnal Pendidikan, 2016: 990.

Deiniatur, Much. "Pembelajaran Bahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar." Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2017.

Fahmi, Zunita. "Penerapan Metode Bercerita Untuk Mengembangkan Kosakata Pada Anak di Kelompok A TK Muslimat NU Banyubiru Magelang." Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keruguan, UIN SUKA, 2018

Faizah, Umi. "Keefektifan Cerita Bergambar Untuk Pendidikan Nilai dan Keterampilan Berbahasa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2009.

Musfiroh, Tadkirotun. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta, 2018.

Widya Anggraini, dkk, . "Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar dalam Perkembangan Bahasa Anak." Islamic Early Childhood Education, 2019: 149.

By: Mufidatul Azizah

Belum ada Komentar untuk "Metode Bercerita dan Media Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Pada Anak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel