PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DENGAN JIWA SPORTIF MELALUI PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PENDAHULUAN
Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan salah satunya melalui olahraga. Dengan olahraga kita bisa kembangkan karakter bangsa, sportivitas sekaligus merekatkan persatuan bangsa. Atas dasar tersebut, semua komponen bangsa harus memberikan andil dalam memajukan olahraga nasional. Menurut Irwan Prayitno (2008), secara normatif dan sebagaimana telah hampir dapat diterima oleh umumnya kita sekalian, pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang amat penting bagi generasi muda dan bahkan menentukan nasib bangsa dimasa yang akan datang.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Beberapa permasalahan khususnya dalam karakter anak yang seharusnya lebih diperhatikan dan ditekankan dalam sebuah proses pembelajaran penjasorkes karena pembelajaran bukan merupakan sebuah proses yang semata-mata menekankan pada aspek kognitif dan psikomotor yang hanya dinilai dengan angka-angka saja. Hal yang tidak kalah pentingnya pembelajaran tersebut harus mencakup aspek afektif dan perilaku baik. Agar nantinya penerus bangsa ini tidak hanya cerdas secara intelektual dan kinestetik tapi juga mempunyai moral dan tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai- nilai luhur Pancasila, pendidikan jasmani merupakan alat yang dirasa tepat dalam mengembangkan aspek- aspek karakter dalam diri anak, karena penjas merupakan proses pembelajaran yang mampu mencakup ketiga aspek tersebut secara langsung.
PEMBAHASAN
Pengembangan karakter dilakukan melalui tiga tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Keberadaan karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Dengan demikian karakter tidak cukup hanya untuk diketahui, melainkan harus dilakukan dalam bentuk perbuatan moral. Karakter akan lebih mudah dan berhasil dilakukan melalui pembiasaan hidup, berbentuk kegiatan sehari- hari yang pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan (habit) dan bukan disajikan secara teoritik. Penanaman disiplin, jujur, tanggung jawab, dan kerjasama lebih mudah dilakukan dan dibentuk melalui kegiatan bermain, bukan disajikan secara teoritik. “Dengan bermain” seseorang akan kelihatan karakternya, apakah dia disiplin, jujur, tanggung jawab, dan kerjasama atau tidak. Kerja sama akan lebih mudah dilakukan melalui permainan beregu, seperti sepakbola.
Dengan demikian pendidikan karakter dapat dibentuk salah satunya melalui pendidikan jasmani dan olahraga (gymnastics), melalui aktivitas motorik yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga menjadi kebiasaan. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran penting dan andil besar dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yang menunjang pendidikan karakter bangsa. Pendidikan jasmani disajikan di sekolah yang memiliki tujuan; kognitif, psikomotor dan afektif. Dalam pendidikan jasmani, aktivitas fisik merupakan salah satu ciri khusus yang harus ada sebagai penanda pendidikan jasmani. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) melekat dalam pendidikan jasmani, kalau anak tidak bergerak berarti belum melakukan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, menggunakan aktivitas fisik dengan persentase yang lebih banyak digunakan sebagai media pembelajaran, maka proporsi psikomotor lebih banyak proporsinya dalam pembelajaran pendidikan jasmani dibanding dengan kawasan kognitif dan afektif. Aktivitas fisik (jasmani) akan berhasil apabila dilakukan berdasarkan prinsip yang benar, memiliki isi, strategi yang digunakan tepat, dan dilakukan evaluasi secara tepat. Keberhasilan tersebut akan lebih tinggi apabila dilakukan
selaras dengan teori belajar gerak yang meliputi tiga tahapan: (1) kognisi, (2) asosiasi, dan (3) otomatisasi. Pembentukan karakter berada pada tahap asosiasi; peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan fisik sebanyak mungkin melalui permainan dan olahraga, sehingga karakternya akan terbentuk.
Pengertian Karakter
Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi “tanda” khusus untuk membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam bahasa Yunani, Charasein (karakter) berarti mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sedangkan Barnadib (1988) mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis, yaitu menunjukkan sifat memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji, dan dapat dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral.
Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh- kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia menurut motivasinya: (a) Achievement Motivation, (b) Popularity Motivation, (c) Power Motivation.
Nilai-nilai dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai cita-cita kemanusiaan. Menurut Wawan Suherman (2001: 1), bahwa “pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan serta keseluruhan memiliki posisi yang penting karena sumbangan yang khas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sumbangan yang khas terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dikarenakan dunia pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah gerakan yang memuat berbagai aktivitas cabang olahraga”. Pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terdapat suatu tujuan yang disebut keterampilan gerak. Keterampilan gerak ini dapat berarti gerak bukan olahraga dan gerakan untuk berolahraga. Gerak untuk berolahraga, bagi anak sekolah dasar, bukan berarti anak sekolah dasar harus dilatih untuk pencapaian prestasi tinggi, tetapi anak sekolah dasar harus disiapkan sesuai dengan tahap perkembangannya, dan tahap kematangannya (Sukintaka,
2001: 10). Menurut Agus S. Suryobroto (2004: 16) bahwa, “pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani”. Kurikulum (2004: 5) menuliskan, “pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.” Hal serupa diungkapkan oleh CA. Bucher dalam Sukintaka (2001: 1) bahwa, “pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kesegaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat”.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu wahana atau wadah untuk mendidik anak baik secara jasmani maupun rohani agar bisa tumbuh dan berkembang secara baik sehingga mempunyai kepribadian yang baik pula. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa penjasorkes pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan.
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaiitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.
1. Olahraga Pendidikan (Education Sport). Olahraga pendidikan adalah olahraga yang
diselenggarakan sebagai bagian dari proses pendidikan.
2. Olahraga Rekreasi (Sport for All). Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, perkumpulan, maupun organisasi olahraga.
3. Olahraga Prestasi (Competitive Sport). Olahraga prestasi adalah olahraga yang orientasinya pada pencapaian prestasi.
Pembentukan karakter anak adalah melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak diniasakan hidup sportif. Mengingat slogan dari oahraga adalah sportifitas anak akan dituntut untuk melakukan hal- hal yang terkandung dalam sportifitas tersebut. Dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak dituntut untuk melakukan tanggung jawab, jujur, kerja sama, dan toleransi. Pengembangan karakter akan terlaksana dengan pembiasaan yang dilakukan dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:
1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder). Peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa. Hal ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya.
2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Generasi muda dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
3. Sebagai perekayasa karakter (character engineer). Peran yang terakhir ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Harus diakui bahwa pengembangan karakter positif bangsa bagaimanaupun juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam hal ini peran generasi muda sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.
Tindakan yang Dilakukan
Wujud nyata sebagai pendidik dalam menerapkan pendidikan karakter adalah menjadi
panutan dan contoh bagi anak. Setiap individu dapat mengajar namun attitude yang harus ditegakkan. Karena stiap individu memiliki karakter yang bermacam-macam. Dalam penanaman karkter pada anak yaitu membiasakan anak dalam hidup sehari-hari berjiwa sportif. Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mendasari jiwa karaker itu dengan melaksanakan sportifitas dalam suatu aktivitas. Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seseorang akan memiliki tanggungjawab, rasa hormat dan memiliki kepedulian dengan sesama. Nilai-nilai ketekunan, kejujuran dan keberanian juga dapat diperoleh dari aktivitas olahraga dan tentu masih banyak lainnya. Selain itu merupakan langkah awal untuk memosisikan kembali olahraga dalam pembentukan karakter. Dalam hal ini yang harus digaris bawahi adalah sosok pendidik sebagai panutan anak dalam menanamkan jiwa sportif anak melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan salah satu bagian hidup dari setiap individu. Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat memberikan unsur-unsur karakter positif bagi setiap individu. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga memberikan pembiasaan berperilaku sportif sehingga membiasakan individu memilki jiwa yang berkarakter. Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diharapkan mampu memberikan karakter yang dapat meningkatkan anak dalam hal positif. Sehingga dapat menjadi manusia yang memiliki mental dan sifat yang dapat memberikan sumbangan positif bangsa. Karakter anak yang dibentuk melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga dituntut peran dari pendidik atau guru yang memiliki karakter yang bagus. Disamping itu pendidik juga dituntut sebagai pedoman karakter anak didik di sekolah.
By: Huriyatul Habibah
Belum ada Komentar untuk "PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DENGAN JIWA SPORTIF MELALUI PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN"
Posting Komentar