Modal sosial sangat diperlukan untuk perang melawan pandemi seperti saat ini.

 Modal sosial sangat diperlukan untuk perang melawan pandemi seperti saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashr Akbar, Dosen IAI Tazkia


Dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan, diperlukan modal yang kuat. Modal tidak selamanya tentang materi. Ada modal yang bersifat non materi, di antaranya adalah modal sosial. Modal penting yang diperlukan guna meraih tujuan bersama. Ia adalah fitur organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi (Putnam, 1993).

Modal sosial yang terwujud di berbagai komunitas telah terbukti berkorelasi positif dengan aspek yang diinginkan pencapaiannya oleh komunitas tersebut, seperti kualitas kesehatan, perumahan, panjang umur, kualifikasi pendidikan, tingkat pekerjaan, aset dan gaji (Sankey & Wilson, 2007). Dengannya para pekerja lebih produktif, perusahaan lebih kompetitif, dan beberapa negara lebih sejahtera (Putnam dan Feldstein). Pandangan Islam tentang modal sosial tergambar pada surah al-Hujurat: 10. Sesungguhnya hubungan antara satu mukmin dengan mukmin yang lain adalah ikatan persaudaraan kandung. Ikatan yang kuat dan erat. Saling membantu tanpa ada pamrih. Jika ada perselisihan, maka diselesaikan secara norma Syariah. Inilah modal sosial yang ditanamkan oleh Islam. Hasilnya adalah rahmat Allah yang melimpah. Bahasa makronya adalah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun Ghafur. (silahkan baca buku tafsir ekonomi kontemporer untuk lebih detail).

Setidaknya ada empat elemen penting dalam modal sosial; yakni norma (norms), jaringan (network), timbal balik (reciprocity) dan kepercayaan (trust). Di Islam, Syariah adalah norma yang harus dijadikan sebagai pedoman. Manusia diciptakan beraneka ragam. Berbeda fisik. Berbeda Bahasa. Berbeda adat-istiadat. Hal ini supaya kita saling mengenal satu sama lain (al-Hujura: 13). Dengan silaturahim yang intens, maka jaringan akan terbentuk dengan kuat.

Silaturahim mengetuk pintu kepedulian satu sama lain. Mereka yang senantiasa menjalin relasinya, maka Allah akan lapangkan rezekinya dan juga panjangkan “umurnya” (shahih Bukhari, no. 5986). Di tengah wabah Covid-19 ini, maka jaringan yang kuat harus dipupuk untuk semakin kuat. Inilah saatnya untuk lebih mengenal tetangga dan kerabat, adakah di antara mereka yang terdampak dengan wabah ini. Bagaimana kondisi mereka dan keluarganya. Sapa mereka dan perkuat ikatan.

Jaringan ini memerlukan adanya elemen kepercayaan. Percaya bahwa setiap manusia sangat berharga untuk mendapatkan perhatian dan pertolongan kita. Selain itu, tidak elok jika menuduh tak berdasar bahwa seseorang dapat membawa petaka bagi lingkungan. Beberapa fakta menunjukkan bagaimana sejumlah perawat rumah sakit yang harus diusir dari tempat tinggalnya (kosan), karena dianggap dapat menjadi perantara. Tidak sedikit pula, beberapa kelompok warga yang menolak adanya pemakaman korban covid 19 di daerahnya. Sejumlah fakta ini muncul karena lebih mendahulukan buruk prasangka (al-Hujurat: 12) daripada mencari informasi yang sebenarnya.

Dengan adanya jaringan dan kepercayaan, maka hubungan timbal balik akan hadir. Sikap saling mengasihi dan juga saling tolong-menolong akan tercipta di lingkungan tersebut. Warga dengan modal sosial yang kuat akan mengupayakan gotong royong dalam membantu kesulitan yang dihadapi oleh warganya dalam menghadapi pandemi ini. Bantuan moril dan juga materil. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan teladan penting dalam membangun modal sosial. Kaum Muhajirin, hijrah dari Makkah menuju ke Madinah meninggalkan harta dan kekayaan mereka. Karenanya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mempersaudarakan mereka dengan kaum anshar Madinah.

Tercatat dalam sejarah, setidaknya terdapat 45 muhajirin dan 45 Anshor yang dipertemukan dan dipersaudarakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Satu Anshor menolong satu Muhajirin. Persaudaraan yang tidak didasarkan kepada ‘ashobiyah (fanatisme) kesukuan ataupun ‘ashobiyah lainnya. Persaudaraan tersebut dibangun atas dasar keimanan. Kaum Anshor pun senang menolong kaum muhajirin, bahkan mendahulukan kebutuhan kaum muhajirin atas keperluan diri mereka. Kekuatan modal sosial yang dibangun oleh Rasulullah saw menjadi modal dasar membentuk kekuatan Umat Islam yang dapat menyebar secara luas ke seluruh jazirah Arab dalam waktu singkat. Khalifah Umar bin Khattab ra. Juga memberikan teladan yang luar biasa dalam menghadapi krisis di kala wabah pada tahun 17-18 Hijriyah krisis yang disebabkan oleh paceklik yang berkepanjangan ditambah dengan munculhnya wabah PES/ Tha’un Amwas di Syam. Saya tidak ingin membahas detail terkait kebijakan Umar bin Khattab pada artikel ini.

Setidaknya, ada ucapan Umar bin Khattab yang perlu dicermati. Beliau berkata: “Segala puji bagi Allah, jika Allah tidak menurunkan kelapangan terhadap krisis ini, maka aku tidak akan membiarkan satu keluarga dari kaum muslimin yang memiliki keluasan rizki melainkan aku masukkan kepada mereka sjumlah mereka dari orang-orang miskin; karena tidak terdapat dua orang yang binasa sebab makanan yang cukup bagi satu orang.” Inilah contoh modal sosial yang ingin dibangun oleh Umar bin Khattab dalam menyelesaikan krisis. Kepedulian antar sesama. Kepedulian antara yang kaya dan yang miskin. Dengan modal sosial yang kuat, upaya memerangi pandemi akan berakhir dengan rahmat Allah SWT. Wallahu a’lam.

https://www.republika.co.id/berita/qlxtrb282/belajar-mengelola-modal-sosial-dari-rasulullah-dan-umar-part2


Belum ada Komentar untuk " Modal sosial sangat diperlukan untuk perang melawan pandemi seperti saat ini."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel