Dilubuk Hatiku

Dilubuk Hatiku
Dilubuk Hatiku

Aku mengaguminya?, iya benar. Aku mempercayainya?, tentu saja. Aku sayang padanya?, tak perlu di ragukan lagi. Tapi apakah aku mencintainya?, aku belum bisa memastikan itu. Yang pasti aku sangat mengaguminya dan menyayanginya.

Entah sampai kapan aku harus bertanya pada diriku sendiri seperti ini. Atau aku coba saja  bertanya padanya?, ah tidak tidak tidak. Mana mungkin aku bertanya padanya, mustahil sekali. Inikan sebuah rahasia. Jika aku bertanya padanya sama saja aku membongkar sebuah rahasiaku sendiri.

Segala sesuatu yang dia sukai, aku juga sukai. Apa yang dia benci, aku juga. Semua yang dia lakukan, aku juga akan berusaha lakukan. Segala hal akan aku laksanakan dan lakukan agar dia bahagia.

Tiada pekerjaan lain di hidupku kecuali mengikutinya dan mengaguminya. Aku tak ingin dia mengetahui dan mengerti apa yang sedang aku fikirkan, aku lakukan dan aku rasakan. Cukup aku dan Tuhan saja yang mengetahui semua ini. Bagiku, dia adalah sosok yang indah, tenang, bijaksana meski dia itu kadang menyebalkan dan kadang manja. Tapi aku tetap mengaguminya. Mungkin karena baik hatinya, sehingga aku begitu kagum padanya.

Hari ini aku bertemu dengannya di depan kelasnya, jantungku berdetak kencang saat aku mulai mendekatinya. Kelasku di samping kelasnya, jadi tak ada jalan lain selain melewati depan kelasnyanya. Aku menarik nafas dalam - dalam dan panjang, tenangkan diri ini dan lewat dengan anggun. Anggap saja tak ada rasa apapun.

“Lail tunggu sebentar”
Dia menghentikanku, ada apa ini?. Mengapa tiba - tiba dia menghentikanku? Apakah dia sudah mengetahui bahwa aku mengaguminya?. Ah aku tak boleh berfikir yang aneh - aneh. Aku berhenti dan menoleh ke belakang. Dia berlari menghampiriku.
Dia menjongkokkan badannya,
“kalau berangkat itu jangan tergesa – gesa kayak gini, lihat ini tali sepatumu belum di ikat sebelah”
Aku masih diam memandanginya, jantungku seperti mau meledak.
“biar aku talikan, di jalan sana ramai nanti kalau kamu jatuh malah jadi bahan tertawaan”
Apa?. Dia menalikan tali sepatuku?. Aku tak percaya ini, tapi ini bukan mimpi. Aku semakin kagum padanya, dialah satu - satunya sosok yang selalu di hati dan di fikiranku.
“terima kasih”

Dia tersenyum padaku, aku mencoba senyum padanya. Kemudian dia mengusap - usap rambutku dengan kasar dan meninggalkanku. Aku masih berdiri di tempat itu sambil memandanginya dan selintas aku memandangi sepatuku. Mengapa dia baik padaku, andai dia tak sebaik ini mungkin rasa kagumku juga takkan sebesar ini.
Hari ini aku duduk sendiri di taman depan kelas. Aku terbiasa seperti ini, aku lebih suka tempat tenang untuk berfikir jernih bila di bandingkan dengan tempat ramai seperi di kelas. Dia menghampiriku.
“hay Lail”
Aku hanya menjawabya dengan senyuman.
“aku pengen cerita nih”
Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Jantungku mulai lagi, semoga dia tak menyadari ini. Memang terkadang dia terlihat manja padaku. Aku suka jika dia manja seperti ini padaku.
“apa?” tanyaku
“nanti jam terakhir aku ada tugas buat dan baca puisi, kamu tau sendiri kan kalau aku tak ahli dalam bidang karya tulis, apalagi puisi”
“di coba dulu”
“aku dah coba tapi tetep aja jelek hasilnya, ini kamu baca deh. Tadi malam aku sudah membuatnya dengan susah payah” dia bangun dan memberikan secarik kertas padaku.
Aku membacanya dalam hati dan aku tersenyum pahit padanya, ini seperti bukan puisi.
“bagaimana? Jelek ya pastinya”
“mirip cerpen”
“ah Lail gitu ya, jujur amat, ngambek ah”

Dia meninggalkanku, tanpa berfikir panjang lagi aku membuatkannya puisi. Dan ketika dia sedang mencari makan ke kantin, aku menaruh puisiku di atas mejanya. Aku tak ingin dia mengetahui bahwa aku membantunya. Kemudian aku bergegas keluar. Saat dia masuk kelasnya dan mengetahui bahwa di mejanya ada puisi. Dia terlihat bahagia. Melihatnya tersenyum bahagia aku juga bahagia. Hatiku rasanya lega.

Setiap malam aku selalu merindukannya. Bahkan tiap jam, menit ataupun detik aku selalu rindu dan menanti kedatangannya, kedatangan hatinya untukku. Andai dia mengetahui semua ini. Tapi aku takut, aku takut bila dia mengetahui semua ini dia justru akan menjauhiku dan meninggalkanku.

Kedua orang tuanya berada di Amerika, mereka berdua membuka sebuah usaha di sana. Usaha yang tak bisa di tinggalkan. Rumah kita berdekatan, jika ada apa – apa dia selalu larinya ke rumahku. Apapun yang terjadi padanya, aku berusaha untuk jadi orang pertama yang membantunya. Setiap harinya dia selalu bersamaku.

Kita bagaikan saudara. Itu yang di lihat semua orang. Tapi tidak denganku, aku sebenarnya ingin lebih dari ini, lebih dari saudara. Aku kagum padanya, aku memujanya, aku sayang padanya. Dia segalanya bagiku. Aku tak pernah menangis, apapun yang terjadi aku tak boleh menangis. Meski memendam rasa ini sangatlah sakit.

Di hari berikutnya, aku melihat dia bersama dengan seorang gadis yang jauh lebih kaya dan cantik dariku. Mereka berdua terlihat sangat akrab. Melihat hal itu sebenarnya hatiku terasa sakit, tapi aku tak boleh menunjukkan rasa sakitku ini. Meski seperti itu aku tetap kagum dan selalu ingin membuatnya tersenyum dengan kejutan - kejutan rahasiaku. Tak pernah aku memiliki niatan untuk memisahkan mereka berdua.

Waktu itu teman - temanku sedang menghinaku, dan mempermainkanku. Gara – gara aku telat masuk kelas dan tanpa sengaja aku mendorong salah satu teman yang kurang ajar padaku. Mereka menyiramkan air kotor dengan sampah dedaunan ke sekujur tubuhku. Sebenarnya, aku tak peduli dengan perlakuan mereka. Tak lama kemudian dia menghampirku dan menolongku. Dia membawaku ke taman, dia membersihkan rambutku. Membersihkan wajahku. Kenapa dia menjadi baik lagi padaku? Ini semua membuatku semakin kagum padanya. Aku sulit membencinya.

“jika kamu di ganggu coba kamu lawan aja, kenapa sih kamu diam saja?” katanya
Aku hanya diam, tersenyum dan memandanginya. Ingin rasanya aku mendekap tubuhnya. Tapi itu takkan mungkin bisa.
“Lail”
Tiba - tiba dia memelukku. Jantungku berdetak sangat cepat. Kenapa dia tiba - tiba memelukku?. Aku yakin hatinya sedang terluka.
“tak apa kan aku memelukmu?”
Aku mengangguk. Dalam hatiku bicara iya sangat boleh, kapanpun, dimanapun, selama apapun boleh. Kamu ingin bersandar dan mencurahkan semua isi hatimu tak apa. Aku akan setia mendengarkanmu, meski itu akan sakit bagiku. Asal kamu bahagia.
“kamu kenapa?” tanyaku
“hatiku sakit sekali, dia lebih memilih mantan kekasihnya yang dulu pernah menyakitinya daripada aku Fan. Sakit banget rasanya”
Sakit yang kamu rasakan sebenarnya sama dengan sakit yang aku rasakan. Hanya saja, perasaan ini aku simpan sendiri. Tanpa seorang pun yang mengetahuinya.
“kamu beneran sayang sama dia?”
“iya lah, bahkan aku cinta banget sama dia. Aku takut kehilangan dia”
Betapa hancurnya hatiku mendengar perkataanmu. Kamu jahat. Kenapa kamu tak menyadari perasaanku selama ini. Ataukah hatimu beku untukku. Tapi, jika kamu lebih bahagia bila dengannya aku rela sakit. Aku akan tetap mengagumimu.
Melihat hal ini hatiku ikut sedih bila orang yang aku kagumi sedih. Diam - diam aku menemui gadis yang katanya dia cintai itu. Aku berusaha menyakinkan padanya, jika dia benar -benar mencintainya. Akhirnya sang gadis percaya padaku, tapi aku berpesan padanya untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya aku lakukan.
***
“Lail, aku punya kabar gembira”
“apa?”
Sebenarnya aku sudah mengetahui apa yang akan kamu katakan padaku, aku sudah tau.  Pasti kabar ini akan membuatku sakit, membuatku hatiku hancur dan tercabik - cabik. Aku harus kuat.
“dia menerima cintaku, taukah kamu bagaimana perasaanku? Aku sangat bahagia, bahagia banget Lail. Kamu harus bahagia juga” dia memelukku erat sekali.
“iya aku juga bahagia”

Wajahku memang terlihat bahagia, tapi tidak dengan hatiku. Taukah kamu? Hatiku hancur. Hatiku remuk. Hatiku terluka. Terluka parah. Luka yang tak dapat diobati dalam bentuk obat rumah sakit. Mungkin ini resiko dari sebuah rindu yang rahasia. Kemudian si gadis menghampiri kita berdua, mereka berdua bergandengan tangan tepat di depan kedua mataku dan meninggalkanku.

Ya Tuhan, kenapa harus didepanku, didepan mata dan hatiku?. Hatiku rasanya seperti tercabik - cabik, ingin rasanya aku mengakhiri hidup ini. Hidupku hanya untuk dia, jika hidupnya hanya untuk gadis itu, buat apa aku ini? Tak ada gunanya lagi. Semakin lama, rinduku padanya semakin menyiksa batinku bagaikan narkotika yang selalu membuatku semakin hari semakin parah. Hanya sebuah lukisan yang mampu aku gambarkan tentang perasaanku.

Hingga suatu saat, dia datang ke rumahku. Memang, sudah 2 bulan aku tak masuk sekolah dan tidak bertemu dengannya. Aku mengidap sakit jantung. Aku membiarkan sakit ini, aku tak ada niatan untuk membawanya ke dokter.
Saat itu aku tertidur pulas, tiba - tiba aku merasakan sentuhan lembut pada kepalaku. Aku bangun. Aku terkejut melihatnya berada di kamarku. Semoga dia tak bisa mengartikan dari semua lukisan - lukisan ini. Semua lukisan ini menunjukkan perasaanku padanya.

“ada apa?” tanyaku
“aku ingin berpamitan padamu”
“mau kemana?”
“aku akan ikut orang tuaku ke Amerika, mungkin aku akan selamanya di sana. Tapi jika ada waktu senggang aku akan kesini, bermain bersamamu. Kamu sudah aku anggap sebagai saudaraku, aku takkan lupakanmu, aku sayang kamu” dia memelukku dan aku mencoba menutupi air mataku. Dan dia pergi meninggalkanku.
Bertambahlah hancur hati ini. Kini semua rindu itu abadi di dalam lubuk hatiku dan dia juga takkan pernah mengetahui tentang perasaanku sejak dulu yang telah tumbuh. Ini merupakan sebuah kebodohan terbesar dalam hidupku, jika aku dulu mengatakan yang sebenarnya mungkin dia tak akan meninggalkanku. Dan mungkin dia akan hidup bersamaku.

Dan rindu ini benar - benar menyiksa dan menghantui diriku setiap detik waktu. Selamanya, rindu ini takkan pernah terungkapkan sampai hayat menjemputku. Jika saja Tuhan bisa menceritakan semua padanya, dia akan tahu. Tuhan tak ingin aku merasakan sakit lebih lama lagi. Dan Tuhan menyabut nyawaku. Aku bersyukur bisa melihatmu selama ini. Semoga dia akan mengerti semua perasaanku lewat semua lukisanku.
...SELESAI.

STATUS KEWARGANEGARAAN SEORANG ANAK BERDASARKAN HASIL PERNIKAHAN CAMPURAN

Globalisasi berasal dari kata “global“ yang berarti universal (keseluruhan, secara umum dan bersangkutan mengenai seluruh dunia). Globalisasi adalah masuknya segala aspek kehidupan secara mendunia tanpa adanya batasan ruang sekecil apapun. Aspek tersebut meliputi teknologi informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik, pakaian, ekonomi, pendidikan, makanan, budaya dan sebagainya. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin bisa menolak adanya pengaruh dari globalisasi tersebut, namun kita harus tetap menfilter segala apapun yang masuk pada bangsa kita.

Adanya globalisasi pada informasi, ekonomi, pendidikan dan sebagainya menjadikan seseorang dapat berinteraksi dengan secara cepat, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok bahkan warga negara indonesia dengan warga negara asing dari berbagai negara yang ada di dunia. Interaksi yang mereka lakukan kebanyakan melalui media informasi yaitu dengan majunya teknologi, dengan mudahnya sarana komunikasi merupakan salah satu pemicu terjadinya pernikahan warga Negara Indonesia dengan warga Negara Asing. Perkenalan yang mereka lakukan biasanya melalui sosial media, pendidikan saat kuliah ataupun sebagainya, rekan kerja ataupun rekan bisnis. Pada aspek ekonomi yang menjadi pemicu terjadinya pernikahan campuran itu adalah adanya Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Negara Lain, contohnya TKI yang ada di Malaysia menikah dengan dengan warga Malaysia. semua itu merupakan dampak positif adanya globalisasi. Disisi lain globalisasi juga mempunyai beberapa dampak negatif yaitu : munculnya sikap lebih mementingkan diri sendiri (egoisme tinggi), munculnya sikap materialistis, munculnya sikap sekularisme yaitu mengabaikan urusan agama dibanding urusan duniawi, munculnya sikap seseorang yang konsumerisme dan lain sebagainya.

Adanya pernikahan campuran merupakan implementasi adanya dampak positif dari globalisasi yaitu akibat semakin mudahnya dalam menggunakan alat komunikasi untuk menjalin suatu hubungan. di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 : ”Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.”

  Pada dasarnya seseorang yang menikah adalah bertujuan untuk mempunyai keturunan. Dan yang menjadi permasalahan akibat adanya pernikahan campuran tersebut adalah status kewarganaegaraan yang dimiliki oleh seorang anak. Anak yang dilahirkan dari pernikahan campuran sulit untuk memilih status kewarganegaraannya. Dalam UU telah menentukan bahwa anak yang merupakan hasil dari pernikahan campuran, status kewarganegaraannya harus mengikuti kewarganegaraan ayahnya. Peraturan ini menjadi permasalahan yang sangat besar apabila pada kemudian hari orang tuanya mengalami broken home. Maka seorang ibu akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan hak pengasuhan terhadap anaknya yang berkewarganegaraan asing.

Dengan lahirnya UU yang baru mengenai kewarganegaraan menjadi daya tarik bagi seseorang yang melakukan pernikahan campuran yaitu adanya status hukum seorang anak mereka kini akan memiliki kewarganegaraan ganda. Namun UU ini menimbulkan banyak pro dan kontra, tetapi tetap bagi seseorang yang menikah campuran hal itu merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi mereka. Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002, pasal 1, angka 1, yaitu tentang Perlindungan Anak adalah : “ Anak adalah seseorang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan “.

Dengan adanya hak atas kewarganegaraan seorang anak maka Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi anak sebagai Warga Negaranya dan juga berkewajiban untuk menjamin pendidikan bagi seorang anak tersebut, serta memenuhi hak-hak yang harus didapat oleh seorang anak. Dalam menentukan kewarganegaran seseorang, dikenal adanya asas kewarganegaraan yaitu:
  1. Asas ius soli adalah asas yang menetukan kewarganegaraan seseorang menurut tempat dimana ia dilahirkan.
  2. Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan  kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan.

Pada aspek perkawinan mempunyai 2 asas, yaitu:
  1. Asas kesatuan hukum adalah asas yang terjadi karena adanya perkawinan untuk membangun sebuah keluarga yang pada umumnya seorang istrilah yang mengikuti kewarganegaraan suaminya.
  2. Asas persamaan derajat adalah bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan berubahnya status kewarganegaraan masing-masing. 

Penentuan kewarganegaraan di setiap negara berbeda-beda menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi seorang warga. Masalah kewarganegaraan umumnya adalah orang yang tidak memiliki warga negara atau warga negara rangkap antara lain :
1. Apatride adalah orang yang tidak memiliki kewarganegaraan.
2. Bipatride adalah orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap.
3. Bahkan Multipatride adalah orang yang memiliki kewarganegaraan banyak yakni lebih dari 2.
Dalam undang-undang juga disebutkan bahwa kewarganegaraan dapat dimiliki dengan cara permohonan pewarganegaraaan atau naturalisasi yaitu :
1. Naturalisasi biasa adalah warga asing yang akan mengajukan permohonan. Naturalisasi biasa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Telah berusia 18 tahun.
b. Lahir di wilayah Republik Indonesia, paling sedikit 5 tahun berturu-turut tinggal di Indonesia.
c. Bersedia membayar kepada KAS negara.
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Dapat berbahasa indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan Undang Undang Dasar.
2. Naturalisasi Istimewa yaitu warga asing yang telah berjasa kepada NKRI dengan pernyataan sendiri untuk menjadi Warga Negara Indonesia.
Proses Naturalisasi ini diatur dalam Kepres No. 13 tahun 1980.
Secara umum pewarganegaraan dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 
1. Stelsel aktif adalah seseorang melakukan serangkaian tindakan hukum tertentu secara aktif.
2. Stelsel pasif adalah seseorang secara otomatis menjadi warga negara tanpa harus melakukan tindakan hukum tertentu.
Dijelaskannya tentang kewarganegaraan ini semua, seseorang akan mengerti bagaimana hukum seorang anak yang merupakan hasil pernikahan campuran, seseorang yang ingin mendapatkan kewarganegaraan dan juga hilangnya kewarganegaraan seseorang. 


Kakakku
Suatu ketika teman yang mengantarku pulang sekolah, dia teman sejak SMP, saat mengantarku pulang dari wajahnya terlihat sangat bahagia, yang membuatku penasaran sekaligus ikut bahagia melihatnya tersenyum.
“Kakak terlihat bahagia deh”
“Adik tau aja kalau kakak ini lagi bahagia, adik tau darimana sih?” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Tau dari hati kakak” candaanku.
“Oh adik penerjemah hati kakak ya?”
“Em bisa saja sih”
“Memangnya cara hati kakak buat ngasih tau ke adik gimana?”
“Tadi hati kakak ngebisikin ke hati adik”
“Gitu ya? Emangnya adik punya hati?” tersenyum lagi sambil memandangku.
“Punya lah kak, kakak mungkin yang nggak punya hati”
“Hati kakak lagi bahagia dik” wajahnya terlihat merona.
“Oh ya? Cerita kak?” aku mulai duduk tepat disampingnya dan berharap dia cerita, aku memang suka melihat dia bahagia.
“Kakak baru nembak gadis, dan adik tau jawabannya apa?”
“Apa kak apa? Adik penasaran nih?”
“Dia menerima cinta kakak adik, kakak bahagia sekali” jawabnya yang terlihat sangat bahagia dan memegang tanganku.

Rasanya ikut bahagia sekali mendengar cerita kakak, mungkin karena dia sudah aku anggap seperti kakak sendiri makanya aku bisa merasakan apa yang kakak rasakan. Kakak benar-benar terlihat sangat bahagia, ingin sekali melihatnya tersenyum seperti ini setiap saat dan setiap waktu.
Seiring berjalannya waktu, 2 bulan sudah kakak menikmati masa-masa pacarannya dengan bahagia, tetapi kakak tak pernah sedikitpun melupankanku. Hingga suatu ketika kakak sakit, dia mengidap suatu penyakit yang tidak aku ketahui. Kakak tak penah cerita padaku dan ketika aku bertanya padanya tentang sakitnya itu kakak tak pernah menjawabnya.
Berhubung hari ini hari sabtu, aku mengajak satu sahabatku untuk mengantarku ke rumah sakit di mana kakak di rawat.

“Sore kakakku yang nyebelin” sapaku sambil masuk kedalam, kutaruh buah yang ku bawa di mejanya dan ku ganti bunga yang sudah terlihat kering di samping mejanya.
“Sore juga adikku yang cerewet” sambil mengacak-acak rambutku.
“Sdik tidak cerewet tau kak” aku duduk disampingnya, “Oh iya, bagaimana keadaan kakak? Sudah mendingan kan, maaf adik baru bisa kesini, adik banyak tugas”
“Tidak apa kok adik, kakak sudah seneng adik mau menjenguk kakak” tersenyum manis.
“Eh kak, adik bawain apel merah nih, kesukaan kakak?”
“Kupasin dong buat kakaknya”
“Beres kakakku” kemudian ku ambilin apel dan kukupas untuknya.

Tak lama kemudian sahabatku pulang, karna dia hanya bisa mengantarku dan harus segera pulang. Aku mendengar gemerincing air di kamar mandi ruangan ini. Dalam hatiku, aku bertanya. Siapakah yang sedang didalam kamar mandi? Ah mungkin ibunya kakak.
“Ibu sudah kesini kak hari ini?” tanyaku sambil mengupas apel, aku suapkan padanya.

“Sudah adik tadi, sekarang udah pulang. Tadi katanya mau balik lagi, mau nemeni kakak tidur disini katanya”
Aku mulai bertanya pada diriku lagi, terus yang didalam kamar mandi itu siapa kalau bukan ibu? Masak hantu sih. Ya tidak mungkin sama sekali lah.
“Adik nanti boleh kan...” tiba-tiba seorang gadis seumuranku keluar dari kamar mandi, apa dia adalah kekasih kakak?,
“Eh ada temennya ya” tanya gadis itu.

Aku tersenyum padanya, tapi kenapa dia tak membalas senyumku? Sepertinya benar dia adalah kekasih kakak, jadi sungkan aku dari tadi bicara banyak sama kakak.
“Kenalin dong kak sama kekasihnya, masak adik nggak dikenalin sih?” kataku.
“Iya diajak kenalan sendiri dong adik” kakak tersenyum.
Kujabatkan tanganku padanya, dan dia balas jabat tangan. Namanya Shina.
“Oh iya adik, tadi adik mau bilang apa? Boleh apa adik?” tanya kakak.

Kalau aku jawab adik mau menginap disini pasti Shina jadi salah paham dan mengiraku yang aneh-aneh. Ah mending kubatalkan saja niatku buat menemani kakak. Shina lebih pantas kok buat nemeni kakak.
“Em apa ya?, adik lupa deh kak” aku tersenyum terpaksa yang aku buat-buat, “Ah adik buru-buru pulang nih kak, adik pulang dulu ya”
“Loh kok cepat-cepat sih adik?” tanya kakak, aku lirik ke Shina dia asik main handphonenya sendiri tapi terlihat jelas bahwa dia tidak mengharapkan kehadiranku disini.
“Ibu nanti kawatir kak kalau adik pulang kemaleman”
“Oh iya udah, hati-hati pulangnya. Bilang ke sahabat adik yang mengantar tadi pelan-pelan saja naiknya, jangan ngebut-ngebut. Dan satu lagi, salam buat ibu”
“Siap kakak” aku menjabat tangannya dan dia mengacak-acak rambutku seperti biasanya, “Shina? Duluan ya” pamitku pada Shina.

“Oh iya hati-hati dijalan” jawabnya
Aku harus pulang naik apa ini, ini sudah jam 9 lebih, kendaraan sudah sepi. Tadi kan sahabatku sudah pulang, aku harus gimana ini? Mana mungkin aku kembali ke kamar kakak, Shina kan tidur di sana bersama ibunya. Kalau aku pulang jalan kaki tidak mungkin, rumahku dan rumah sakit ini jauh sekali jaraknya. Terpaksa aku jalan kaki untuk pulang, sekali-kali lah jalan kaki. Setelah berjalan cukup lama, tiba-tiba sahabatku sudah berada disampingku.

“Kok jalan kaki sih, kamu kan bisa telfon aku buat jemput kamu” katanya.
“Aku tidak ingin merepotkan kamu, katanya tadi kamu buru-buru pulang ada kepentingan keluarga yang tak bisa ditinggal”
“Tapi kamu itu sahabatku yang paling aku sayangi, mana tega aku membiarkan sahabatku terlantarkan seperti ini”
“Terimakasih sudah perhatian padaku, oh iya kamu tau darimana kalau aku nggak jadi menginap di rumah sakit?” tanyaku.

“Tadi kakakmu nelfon aku, dia tanya apa kamu sudah sampai rumah atau belum gitu. Aku langsung berfikir pasti disana kakakmu itu sudah ditemani kekasihnya, makanya kamu bohong mau pulang sama aku. Padahal kamu sebenarnya mau menginap tapi menghargai kekasihnya itu” jelasnya.
“Tapi kamu tidak cerita kan, kalau aku tadi tidak pulang sama kamu?” tanyaku.
“Tidak, langsung aku tutup tadi telfonnya”
“Syukurlah, terima kasih sahabatku tersayang. Bangga punya sahabat cantik sepertimu” rayuku sambil kupeluk dia.
“Hem gombal, pulang ke rumahku saja ya? Udah malem banget nih, masak tega sih kamu nyuruh aku jalan sendirian di jalanan sepi ini habis nganter kamu pulang”
“Iya pulang ke rumahmu saja” jawabku.
Seminggu kemudian kakak keluar dari rumah sakit, aku tak ikut menjemputnya lantaran aku mengerjakan tugas yang tak mungkin aku tinggalkan sebelum aku selesaikan. Tapi, keesokan harinya saat hari minggu aku datang ke rumahnya.
“Permisi”
“Oh nak Abdul, masuk saja ke kamar. Dia lagi nonton tv, belum makan dari tadi pagi, bandel dia”
“Terimakasih bu”
“Bujuk dia ya nak”
“Siap bu” aku tersenyum.
Aku masuk kedalam kamarnya, kakak tersenyum melihatku datang ke rumahnya.
“Kakak belum makan ya?” tanyaku.
“Belum adik, lagi malas makan nih”
“Bagaimana mau cepat sembuh kalau disuruh makan aja bandelnya minta ampun seperti ini”
“Nanti saja deh adik”
“Tidak baik ditunda-tunda terus”
“Kali ini saja deh adik”
“Ah kebanyakan alasan deh kakak, bentar kak” aku mencari ibu dan kembali membawa semangkok bubur buat kakak.
“Apa itu adik?”
“Bubur buat sarapan kakak lah”
“Tidak mau deh adik”
Karena aku paksa terus-menerus, akhirnya kakak mau makan juga. Hampir setengah selesai kakak mulai bercerita dan mengatakan hal penting padaku.
“Adik”
“Iya kak, ada apa?”
“Adik tidak pulang?”, kakak menundukkan kepalanya.
“Memangnya kenapa kak? Adik kan baru sebentar disini? Kakak mengusirku ya” tanyaku mulai bingung dan sedih.
“Kekasih kakak mau kesini”
“Iya apa hubungannya sama adik sih kak? Mengapa adik harus pulang” aku tak melanjutkan menyuapinya.
“Kakak takut salah paham lagi”
“Lagi? Memangnya pernah terjadi?”
“Pernah adik”
“Kakak kok tidak pernah cerita sih ke adik”
“Kakak juga pernah berantem sama dia gara-gara salah paham, dia mengira adik ada hubungan lebih sama kakak”
“Tapi emang ada kan kak? Aku sudah kayak adik kakak sendiri kan?”
“Iya adik, tapi dia mengiranya tidak seperti itu. Dia selalu terlihat cemburu kalau di sisi kakak ada adik”
“Iya kak, adik mengerti kok” aku taruh makanan yang di tanganku ke mejanya.
“Adik tidak marah kan?” dia memegang tanganku.
“Tidak kakak, tenang saja” aku tersenyum.
“Kakak minta maaf ya?”
Aku mengangguk dan mencoba tersenyum padanya, dan setelah itu aku langsung saja pulang. Hatiku sakit disuruh kakak pulang, rasanya kayak di usir dengan pelan-pelan. Setelah kejadian itu tak ada lagi komunikasi dari kakak selama dua minggu, rasanya beda sekali tanpa kabar dari kakak karena aku dah terbiasa selalu didampinginya.
Sampai dua bulanpun berlalu...
Di pintu rumahku ada yang mengetuk empat kali, aku membukanya. Aku terkejut melihat kakak yang didepan pintu. Dengan mata berkaca-kaca.
“Kakak tidak bisa jauhin adik” katanya.
“Kakak jahat” seketika, aku meneteskan air mata.
“Kakak memang jahat adik, maafin kakak ya karena kakak telah menjauhi adik selama dua bulan ini. Hapuslah air matamu”
Kemudian kumengusap air mataku. Akhirnya Sendi menceritakan semuanya bahwa selama dua bulan kemarin dia telah dilarang kekasihnya untuk tidak menghubungiku. Tapi justru sang kekasihnya itu yang telah menduakannya.
“Maafkan kakak ya?”
“Iya kak, jangan kayak seperti ini lagi ya”
“Kenapa?”
“Adik tidak kuat”
“Tidak kuat? Kok bisa?”
“Tau tidak?, adik itu tidak bisa kalau jauh sama kakak, tidak bisa kalau tidak selalu sama kakak” aku mengatakannya tanpa terpikir panjang, aku menutup mulutku karena aku merasa malu.
“Adik... Kakak juga tidak bisa kok” dia tersenyum sambil mengacak-ngacak rambutku.
Akupun tersenyum padanya dan dia juga tersenyum padaku. Aku bahagia mempunyai kakak seperti dia.



Terima Kasih Kakak
                 Pagi yang sejuk, kicauan burung membangunkanku. Sebenarnya ini hari minggu, jadi aku teruskan saja tidurku yang sempat tertunda tadi. Tiba-tiba aku mendengar  suara  yang tak asing bagiku. Iya suara kakak sekaligus kembaranku
.”Sari………Sari……bangun ini  udah siang jangan molor aja kamu”. Teriak Angga tepat ditelingaku.
”Apaan sih, inikan hari minggu, sana-sana pergi”. Jawabku.          
“Dasar males”. Ledeknya.
“Biarin” Jawabku.
                Aku dan Angga memang sering bertengkar. Tapi aku sayang banget sama dia. Walaupun dia nyebelin. Aku dan Angga duduk di bangku SMA kelas XI. Dan untungnya kita gak satu kelas. Soalnya kalau satu kelas,bisa-bisa tiap hari tiap waktu aku berantem sama dia.

                Suatu hari aku dan Angga bertengkar hebat di depan sekolah. Saat itu aku benar-benar kesel. Gimana gak kesel dia lebih mentingin pacarnya daripada adiknya. Adiknya di suruh pulang naik bus. Aku lalu pergi ninggalin Angga. Aku terus saja jalan kaki karena aku gak tahu jalan pulang. Malampun tiba, aku duduk di halte bus. Tiba-tiba ada motor yang menghampiriku. Ternyata itu Angga, dia memintaku untuk naik ke motornya. Karena aku masih marah, aku nolak. Lalu aku lari menjauh  dari Angga.Dia mengejarku, akupun memutuskan untuk menyebrang jalan dan tanpa kusadari, ada sebuah mobil yang melaju kencang. Mobil itupun akhirnya menabrakku. Akupun tak sadarkan diri.
                Setelah aku sadar, semua terlihat gelap. Akupun berteriak. Angga menghampiriku. ”Ngga kenapa gelap banget?”. Teriakku.Angga hanya diam saja dan aku mendengar dia menangis. ”Nggi maafin aku, ini semua salahku”. Ucap Angga.” Maksud kamu apa?”. Tanyaku bingung. ”Kamu…..kamu buta Nggi”. Jawab Angga sambil memelukku. ”Apa, nggak …..mungkin. Aku gak mau buta”. Teriakku sambil menangis.
                Setelah kecelakaan itu, aku udah gak sekolah. Aku hanya di rumah sendiri, karena ibu sedang bekerja keluar kota. Ayahku meniggal sejak umurku 7 tahun. Setiap sore Angga mengajakku jalan-jalan. Agar aku gak bosen di rumah.
“Ngga ,makasih banget ya. Kamu memang kakak yang baik”. Kata-kataku keluar begitu saja.
“Kamu mau nggak operasi mata kamu?”. Tanya Angga padaku.
“Iya mau, tapikan biayanya mahal”. Jawabku.
“Soal biaya kamu gak usah bingung, aku akan kerja terus gajinya aku kumpulin buat biaya operasi kamu”. Ucap Angga.
“Tapi aku gak mau nyusahin kamu”.Kataku.
“Nggak kok……….”.Jawabnya.
“Iya uda, terserah kamu”. Kataku.
                Setahun sudah aku mengalami kebutaan . Anggapun sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk operasi mataku. Tinggal cari donor mata. Sudah dua bulan aku masih belum mendapat donor mata yang cocok. Lalu, akhirnya Angga memberitahuku tentang kabar gembira.
“Aku punya kabar gembira buat kamu”.Ucap Angga.
“Hah…………….apa?”. Tanyaku.
“Minggu depan kamu udah bisa operasi mata kamu”.Jawab Angga.
“Beneran”.Kataku tak percaya.
“Iya. Suer deh”.Jawabku.
                Akupun gembira dan tak sabar ingin segera melihat.Karena aku udah jenuh dengan pemandangan gelap ini. Hari-hari sebelum aku operasi. Angga selalu menemaniku. Kita pergi ke taman. Kita juga foto-foto banyak banget. Angga ngajak aku ke danau.
“Aku nggak sabar ingin liat lagi”. Ucapku.
“Oh ya?” Jawabnya.
“Emm…………Aku mau kamu nemenin aku operasi” Mohonku.
“Pasti”. Jawabnya
“Aku juga mau kamu yang aku liat pertama kali”. Kataku.
Tapi Angga hanya diam saja.
                Dan kini tiba saatnya aku di operasi. Namun Angga gak ada di sampingku. Hingga aku masuk keruang operasi , dia gak datang. Bahkan setelah aku dioperasi dia juga gak nengokin aku. Seminggu setelah operasi akhirnya perbanku dibuka. Namun Angga gak datang. Dalam hati kesal ,karena dia gak nepati  janjinya.

                Setelah mataku normal kembali, akupun segera pulang. Administrasiku sudah di bayar atas nama Angga. Tapi kenapa dia gak datang waktu aku operasi. Akupun pulang kerumah. Dirumah aku cari-cari Angga , tapi rumah sepi. Aku masuk kamarku. Banyak sekali hiasan ucapan selamat untukku karena aku bisa liat lagi. Foto-foto waktu aku jalan dengan Angga terpajang di dinding banyak sekali. Kemudian, aku menemukan sebuah amplop. Akupun membukanya.

“Selamat Sari, akhirnya kamu bisa liat lagi. Maaf ya kemarin aku gak nemenin kamu waktu kamu operasi. Aku juga gak datang waktu perban kamu di buka. Mungkin saat ini kamu bingung cari aku. Aku udah ada di suatu tempat yang nyaman. Jadi kamu harus bisa hidup tanpa kembaranmu ini. Tapi aku akan selalu ada di dekat kamu. Karena mataku akan selalu menemanimu. Aku sayang kamu”.
                Tak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa menangis, berteriak. Aku gak nyangka Angga ngelakuin semua ini. Kulihat foto-foto terakhirku dengannya.Aku semakin menangis. Aku lalu ke makam Angga. ”Ngga kenapa kamu lakuin semua ini. Makasih banget atas pengorbanan kamu buat aku. Kamu memang  kakak terbaikku”. Aku hanya bisa menangis di depan makam Angga.
                Aku putuskan untuk sekolah lagi. Dan ibuku pulang untuk menemaniku. Setelah lulus sekolah, aku bekerja untuk menghidupi keluargaku. Sampai saat ini aku benar-benar merindukan Angga. Aku hanya berdoa untuknya. Agar dia ditempatkan diantara orang-orang yang beriman. AMIN...


TPA UNIK DI KOTA MOJOKERTO
TPA (bukan taman pendidikan Al-Qur’an loh ya) -Tempat Pembuangan Akhir. Di desa Randegan Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto  dahulu merupakan tempat yang sangat kumuh dan bau. Tapi kini menjadi tempat yang unik.

Bagaimana tidak menyita perhatian warga Mojokerto, dulunya tempat tersebut hanya sebagai  tempat pembuangan sampah.  Kini menjadi tempat wisata yang edukatif serta asri. Bau busuk yang menyengat di TPA kini tak tercium lagi karena berbagai pohon dan bunga ditanam di dalam TPA Randegan yang dilengkapi papan nama sesuai jenis flora, seperti pohon trembesi, angsana, bambu Jakarta, jati, kepeteng biasa, sepato dea, palem ekor tupai. 
TPA Randegan saat ini terlihat tidak seperti TPA, melainkan seperti tempat wisata. Ada tempat bermain anak-anak , taman dan spot foto yang bagus. TPA ini juga dilengkapi dengan taman baca yang bisa dijadikan unsur edukasi, bangku yang nyaman, gazebo,dan juga ada tempat untuk pemanfaatan dan daur ulang sampah.

Pengolahan sampah di TPA Randegan mengubah sampah menjadi biogas dan pupuk kompos, serta pengolahan menggunakan sistem control landfill. TPA ini juga dilengkapi dengan tempat pengolahan air lindi dan Bank sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto, Amin Wachid mengatakan, luas TPA Randegan saat ini 2,6 hektare. Jumlah itu, sekitar 40% dimanfaatkan sebagai fasilitas pembuatan pupuk kompos, pengolahan air lindi dan ruang terbuka hijau.  Sementara sisanya digunakan untuk pengolahan sampah dengan sistem controll landfill. Rata-rata dalam sehari, TPA ini mampu menampung 165 meter kubik sampah dari seluruh wilayah Kota Mojokerto. “Control Landfill sederhananya tanah dikeruk dikasih sampah dan ditimbun tanah, sampah sebelum ke TPA sudah dipilah di TPS (tempat penampungan sementara) khusus sampah basah yang organik.” 

Di TPA Randegan, sampah yang sebelumnya menggunung diolah menjadi sejumlah produk bermanfaat. Salah satunya sampah dedaunan yang kering diolah menjadi pupuk kompas. Menurut Amin “Dalam sebulan TPA Randegan menghasilkan 200-300 kantong pupuk kompos.” 
Setiap kantong seberat 1 Kg. Pupuk itu dibagikan secara gratis kepada sekolah dan RT/RW se Kota Mojokerto. “Air lindi kami treatmen menjadi biogas, berupa gas metan. Kami salurkan ke 20 rumah tangga di sekitar TPA, sebenarnya bisa sampai 50 rumah tangga, namun instalasi masih terbatas,” Kata Amin.

Suasana sore hari di TPA Randegan sangat sejuk ketika kita duduk santai di tempat duduk yang berada di lokasi yang lebih tinggi di atas taman dan tempat pengolahan sampah. Di lokasi ini terlihat semua fasilitas yang ada di TPA yang dikelilingi oleh sawah-sawah warga kelurahan kedundung.  Suasana yang diatas membuat warga sekitar kota Mojokerto ingin mengunjungi TPA Randegan disetiap harinya. Bahkan ketika pukul 17:00 WIB pengunjung semakin banyak dari keluarga sekitar maupun pemuda-pemudi ketika pulang kerja. Ketika weekend TPA Randegan menjadi salah satu jujugan utama warga Mojokerto mengingat tempatnya yang relatif terjangkau dari wilayah sekitar kota dan kabupaten Mojokerto yakni di tengah kota Mojokerto. Biaya masuk ke tempat wisata edukasi ini gratis. Saat pengunjung membawa motor  hanya membayar tarif parkir 2000 yang dikelola warga sekitar TPA. Harapannya, dengan TPA yang diubah menjadi wisata edukasi ini masyarakat bisa mengenal lebih dekat pengelolaan sampah sembari belajar.


Mengulang Hari Kelahiranku
Melihatmu seperti ini membuatku bahagia, sungguh bahagia. Selamat mengulang hari kelahiranmu temanku, Miyah. Bila kumampu menjelaskannya secara detail, pasti kuakan menjelaskannya. Tetapi ini sangat sulit untuk di jelaskan. Namun intinya dalam malam ini kau sangat bahagia melihat wajahmu berseri-seri. Senyummu selalu terlihat indah, seakan dunia ini hanyalah milikmu. Kau beruntung Miyah, banyak orang yang menyayangimu hingga di hari kelahiranmu di ulang utuk yang ke-20 menjadi moment terindah, ini menurutku, entah dengamu.
“banyak sekali kado yang kamu dapat” kataku sambil memegang salah satu kado yang sangat menakjubkan bagiku, yaitu boneka beruang warna putih setinggi satu meter. Boneka yang aku impikan sejak SMP.
“tidak, setiap tahun memang seperti ini” katanya sembari tersenyum manis.
Apa kau tau Miyah? Sejak hari kelahiranku di ulang untuk yang ke 1 tahun hingga ke 20 tahun aku tak pernah mendapatkan kado sebanyak kado yang kamu dapatkan. Apa kau tau Miyah? Aku pernah sekali selama aku mengulang hari kelahiranku, aku mendapatkan kado. Itupun hanya boneka kecil, dari sahabatku SMP ketika aku masih berumur 12 tahun. Sahabatku itu memberi kado bukan karena ingin membuatku ternganga atau inisiatif dari hatinya, tapi sahabatku itu hanya ingin memberi balasan karena waktu hari kelahirannya aku telah memberikan kado untuknya. Lucu bukan!
Jangan tanya dengan kado dari kedua orang tuaku, mereka tidak pernah sekalipun memberikan kado untukku. Pernah ketika hari kelahiranku di ulang untuk yang ke 17 tahun aku menangis kepada kedua orang tuaku, bagaimana tidak menangis jika di tiap hari kelahiran para sahabat-sahabatku di ulang mereka selalu mendapatkan kado terbaik dari kedua orang tuanya. Namun kau tau Miyah apa kata kedua orang tuaku saat aku menangis?
“buat apa kado jika doa-doa saja sudah cukup, bukankah itu akan lebih baik untukmu. Ayah dan Ibu akan selalu mendoakan untuk kebahagianmu, bahkan setiap hari bukan ketika hari kelahiranmu di ulang saja” kata Ayah sambil mengusapi air mataku.
Karena perkataan Ayah yang telah menyentuh hatiku, aku tak lagi meminta kado darinya hingga saat ini ketika hari kelahiranku di ulang.
“coba tebak boneka yang kamu pegang itu dari siapa” tanyanya dengan wajah mengharapkan aku untuk menebaknya.
“dari orang tuamu”
“bukan”
“dari sahabatmu?”
“bukan juga”
“dari kekasihmu?”
“iya benar sekali, kamu tau? Aku sangat bahagia karena di tiap aku mengulang hari kelahiranku dia selalu memberikan kado-kado yang menakjubkan untukku” kata Miyah sambil mengambil rangkaian bunga mawar merah sembari senyum-senyum bahagia, entahlah apa yang sedang dia bayangkan hingga dia senyum-senyum seperti itu.

Kau beruntung Miyah, kau memiliki kekasih yang setia, pengertian dan selalu bisa membuatmu melayang dengan perlakuannya. Apa kau ingin tau sedikit tentang kado dari kekasihku Miyah? Baiklah akan kuceritakan sedikit. Tidak ada kado dari kekasihku di hari kelahiranku di ulang. Sejauh umur 20 tahunku ini, hanya sekali saja ketika aku mengulang hari kelahiranku yang ke 19 tahun aku memiliki kekasih. Itupun kita pacaran jarak jauh, karena kita sama-sama sedang menempuh pendidikan yang berbeda kota, bahkan beda pulau. Bila di fikir memberi kado tidak ketika tepat hari kelahiran di ulang juga bisa, tapi kekasihku tak melakukannya. Aku tak marah, ngambek, ataupun meminta kepadanya untuk di berikan kado. Aku hanya diam. Apa kau tau apa yang dia katakana sebelum aku berucap?.

“bila di fikir memang tidak mengenakkan, tapi inilah kenyataannya. Kita masih sama-sama meminta uang kepada orang tua, bukankah sedikit tidak enak rasanya bila kita membelikan sesuatu dari uang tua kita untuk kekasih kita? Mereka sudah bersusah payah mencarikan kita uang, apa iya kita akan tega menghabiskannya dalam sekejap saja?. Bukan karena aku pelit tak memberimu kado, aku hanya tak ingin ketika memberikan kado akan menjadikan suatu kebiasaan buatmu hingga membuatmu menjadi wanita manja, wanita matre” ucapannya kepadaku dengan sangat hati-hati, aku mampu memahaminya.

Kau beruntung Miyah, sejak kecil tradisi keluargamu selalu membuatkan kue ulang tahun yang indah dengan hiasan lilin di atasnya untuk kamu tiup ketika perayaan hari kelahiranmu di ulang. Bahkan di hari kelahiranmu di ulang yang ke 20 ini kamu meniup lilin di atas tiga kue, kue dari orang tuamu, kekasihmu dan sahabatmu. Aku jadi ingin tau rasanya seperti apa berdoa sebelum meniup lilin. Mengapa aku ingin tau? Jawabannya karena aku tak pernah sekalipun dalam hidupku ketika hari kelahiranku di ulang ada yang membawakan kue kepadaku. Tak pernah ada. Dari keluarga, ataupun kekasih, ataupun sahabat, tidak pernah sekalipun. Apa kau ingin tau lagi Miyah? Dulu ketika hari kelahiranku di ulang untuk yang ke 18 tahun, aku meniup lilin, lilin kecil berwarna merah, awalnya kutersenyum bahagia, karena kuakan meniupnya. Namun, senyumku berubah menjadi tangisan hanya karena semenit kupejamkan mata dan kupanjatkan doa. Kau tau mengapa? Karena aku membeli lilin itu sendiri dengan uang sakuku, kunyalakan lilin itu sendiri di meja belajar di dalam kamarku, kupanjatkan doa sendiri tanpa ada orang di sampingku, dan kutiup lilin kecilku sendiri tanpa kue tuk menopangnya.

“dan apa kamu tau apa yang di lakukan kekasihku?” lanjut Miyah dan masih memegang rangkaian bunga mawar merah ditangannya.
“apa yang dia lakukan?” tanyaku ingin tau
“dia membuatku kesal selama seminggu sebelum hari kelahiranku diulang, dia bekerja sama dengan teman-temanku sekelas dan tadi ketika di kampus, puncaknya adalah drama. Mereka berdrama hingga membuatku menangis, kemudian air, tepung, dan telur bercampur aduk di sekujur tubuhku, aku menangis bahagia. Dan mereka semua tertawa, termasuk kekasihku” ceritanya sambil senyum-senyum kembali.

Kejutan-kejutan dan drama-drama seperti itu memang indah dan akan selalu di ingat, karena aku juga ingat kejutan seperti itu yang di lakukan padaku ketika aku masih duduk dibangku SMP ketika itu aku mengulang hari kelahiranku yang ke 15 tahun. Meski tak meriah tapi mengesankan, itu ide teman-teman sekelas. Yang membuatnya terkesan bukan karena keseruannya mengerjaiku tapi yang mengesankan bagiku adalah di marahi Ibuku. Ibuku marah melihatku pulang sekolah dengan keadaan seperti itu, baju seragam putih biruku menjadi kotor, bau dan menjijikkan kata Ibu. Dua hari aku dimarahi, karena memang sulit menghilangkan bau telur dibaju seragam putih biruku. Sejak saat itu, mereka tak pernah membuat drama ataupun kejutan dihari kelahiranku di ulang.
“oh iya, bagaimana dengan cerita ulang tahunmu?” tanya Miyah
“apa kamu serius ingin mengetahuinya?”

“tentu saja” jawabnya dengan penuh harap agar kubercerita.
Kuberikan boneka ukuran 1 meter berwarna putih dari kekasihnya kepadanya. Kuatur dudukku senyaman mungkin, kuhirup dalam-dalam oksigen di dalam ruangan itu, kemudian..
“aku tak penah mendapatkan kado benda sepertimu, karena semua orang yang didekatku hanya mengkadoku dengan doa-doa terbaiknya. Aku tak pernah memanjatkan doa-doaku didepan kue dan lilin-lilin indah sepertimu, karena aku sudah memanjatkan doa-doaku diatas sajadahku. Dan aku tak pernah dibuatkan drama-drama ataupun kejutan-kejutan sepertimu, karena bila Ibu mengetahuimya, beliau akan memarahiku lagi”




Cowok Jutek Bisa Nangis
Satu hari lagi, Ujian Sekolah akan dilaksanakan. Tetapi kenapa aku sama sekali tidak merasa takut ataupun bingung untuk menghadapi ujian nanti ya. Justru Ujian kali ini mungkin akan membuatku tidak bersemangat, karena kelasku akan menjalani ujian duduk bersampingan dengan kakak kelas. Sebenarnya asyik juga duduk satu meja dengan kakak kelas, tetapi ada yang aku benci dari salah satu kakak kelas itu. Orang yang aku maksud adalah seorang Ketua Osis sekolah kami.

Memang dia terkenal tampan, cool tetapi yang membuatku membencinya yaitu kejutekkan dan kesombongannya. Mentang-mentang banyak yang mengaguminya, sehingga dia begitu sombong dan jutek kepada siswa yang mengaguminya. Hampir semua cewek dikelasku mengaguminya. Kalau aku nggak bakal mengagumi orang sombong seperti dia. Ohh iya belum aku kenalkan, namaku Naumi dan cowok jutek itu, namanya Bagus.

Dan hari ini pemasangan nomor peserta ujian, aku terus berdoa semoga Bagus tempat duduknya jauh dariku. Teman - temanku cewek semuanya pergi keruangan ujian melihat dan berharap bisa satu meja dengan Bagus, karena ditinggal sendirian aku pergi saja ke Perpustakaan.
“Naumi Naumi” teriak Nita sambil berlari menghampiriku di perpustakaan.

“ada apa?, apa Ujiannya nggak jadi? Atau...”
“ehh kamu dengerin aku dulu” dia memotong pembicaraanku. 
“apa?” membuatku semakin penasaran. “kamu, kamu satu meja dengan Bagus, kamu pasti senang” 
“hah?, yang benar. Kamu salah baca mungkin” aku terkejut dan membuat mataku membuka lebar - lebar. 
“eggak, ayo ikut aku” Nita menarik tanganku dan membawaku ke ruangan yang akan dipakai Ujian nanti Senin.

Dan ternyata benar, wah bisa - bisa panas terus nanti kalau aku satu meja dengan orang jutek, dan susah diajak bicara sepertinya.

Hari senin pun tiba, Ujian pertama akan dimulai. Bagus memasuki ruang Ujian dan duduk disampingku. Semua temanku terpesona melihat Bagus. Tapi tidak denganku, aku sangat membenci orang sombong sepertinya. Dia itu tidak pernah menghargai cewek yang menyapanya. Hari pertama ini, kita berdua saling diam tanpa ada ucapan sepatahpun yang terucap. Dan hari - hari selanjutnya pun sama.
Hari terakhir Ujian yang aku tunggu - tunggu. Saat aku akan mengumpulkan lembar jawaban kedepan, tali sepatuku lepas, karena saking semangatnya aku berdiri dan maju kedepan, tanpa sengaja aku menginjak tali sepatuku. Sehingga membuatku terjatuh disamping Bagus. 

“auhhh sakit, aduh kakiku” kakiku mengenai kaki meja, dan teman satu ruang melihat kepadaku semua. 
“hehehe” Bagus tertawa kecil padaku, dia seperti mengejekku, aku diam dan aku belum bangun. 
Baru kali ini aku melihat Bagus tertawa, ternyata sijutek bisa senyum juga ya.. 
“hahaha makanya hati - hati” semua pada menertawakanku.

Bagus hanya senyum saja, tanpa membantuku berdiri. Dengan kesal aku mengumpulkan lembar jawabanku dengan terseok - seok. Semuanya jahat meninggalkanku sendirian yang nggak bisa jalan sendiri gara - gara jatuh tadi. Aku pelan-elan keluar dan sampai di samping pintu, ternyata Bagus berdiri disamping pintu. 
“loh kakak kok belum pulang” tanyaku. 
“nunggu kamu” jawabnya. 
“menungguku?, apa nggak salah?” tanyaku sambil tersenyum menyindir. 
“aku tau kakimu sakit” dengan nada sedikit cuek. 
“tapi aku bisa jalan sendiri kok”. 
“ayo aku bantu”. 
“hah? Seorang Bagus yang terkenal jutek dan sombong mau membantu? Yang bener nih, jangan-jangan Cuma ngerjain aja ni”. 
“nggak, ayo. Dasar bawel” dia membantuku berjalan sampai kedepan gerbang. 
Dan panggilan yang unik buatku, “Bawel”.
Aku masih bingung dengan hari ini, mimpi apa ya Bagus jadi seorang penolong dan baik gini. Hah mungkin Cuma ingin mencari muka saja. 
“makasih kak”. 
“iya, dijemput apa mau nyari kendaraan?”. 
“dijemput ayah”. 
“aku temenin”. 
“nggak usah, kakak pulang saja nggak apa”. 
“sebagai kakak kelas, aku harus jaga adiknya”. 
Aku tak menjawabnya.
Bagus memainkan gitarnya dan bernyanyi disampingku. 
“ternyata kakak nggak sesombong dan sejutek yang aku fikirkan ya” kataku. 
“sebenarnya enggak, tetapi aku nggak suka basa - basi dengan cewek yang sok cari perhatian”. 
“ohh gitu, sebenarnya aku benci lho sama kakak”. 
“kenapa?” tanyanya sambil memalingkan wajahnya kepadaku. 
“ya karena kakak kalau disapa nggak pernah balas sapa, meski bukan aku sih yang nyapa kakak, tetapi temen-temen”. 
“emm”. 
“apa nanti kalau aku sapa kakak, kakak juga akan diam saja?”. 
“enggak, pasti kakak balas dan jawab”. 
“beneran? Janji?”. 
“iya kakak janji”. 
“ayah sudah datang, aku pulang dulu kak. Sampai ketemu besok”
Semakin hari Bagus semakin dekat denganku, sampai-sampai dia lupa dengan salah satu teman cewek yang sekelas dengannya. Namanya Chilsi. Dia cantik dan dia diam - diam menyimpan rasa kepada Bagus. Dan Chilsi sering melamunkan Bagus, tersenyum - senyum sendiri, sering bicara sendiri seperti layaknya bicara dengan Bagus.
Biasanya, saat pulang sekolah Bagus selalu denganku, menungguku sampai ayah menjemputku. Tapi hari ini dia pulang duluan, karena dia harus membeli buku dulu sebelum toko buku tutup. Ayah hari ini tidak bisa menjemputku.
Ketika aku baru keluar dari kelas, tiba - tiba sebuah pisau menghadang tepat didepan perutku. Aku berhenti, diam dan kaget. Ter-nyata Chilsi yang menghadangku dengan pisau. 
“Naumi, dasar kamu cewek tukang rebut kebahagiaanku, kamu telah mengambil milikku, mengambil Bagus dariku” Chilsi semakin memainkan pisaunya di depanku. Membuatku takut.

“kamu tau nggak gimana rasanya jadi aku, sedih, cemburu, kesal, dan sakit hati, apa kamu bisa mengganti semua sakit ini? Bisa nggak? Hahaha aku yakin bisa, kamu ingin tau caranya gimana? Gini...” Chilsi mencoba menusukkan pisaunya tepat ditengah perutku, akupun men-coba menghindar tetapi sayang. Pisau itu tetap mengenai samping perutku.

Chilsi melihat darah segar yang keluar dari perutku, dia ketakutan. Sejenak dia menertawakanku dan kemudian menangisiku, membentakku dan dia berlari ketakutan meninggalkanku. Aku tak kuat menahan sakit ini, aku mencoba mencari pertolongan, aku berjalan menuju gerbang. Saat hampir sampai digerbang, aku melihat Bagus, aku memanggilnya dan aku terjatuh. “Naumi” teriaknya sambil berlari menolongku. Aku tersenyum padanya dan tubuh ini sudah tidak kuat lagi. Aku terjatuh tepat dipangkuan Bagus. Aku tersenyum lagi padanya dan aku tak sadarkan diri.

Saat aku terbangun, aku berada disebuah taman indah yang di penuhi dengan bunga-bunga bermekaran dan kupu-kupu yang berlalu lalang disampingku. Aku melihat Ibu tersenyum manis didepanku, dan aku melihat Bagus memanggilku dari belakang. Ibu menghampiriku. 
“Naumi, belum waktunya kamu ikut Ibu, meski Ibu sebenarnya kangen tetapi dialam sana jauh akan lebih baik lagi, ada yang tak ingin kamu pergi”. 
“tapi bu?”, 
“Ibu akan pergi, sampai jumpa anakku”. 
Bagus memegang tanganku dan tersenyum..
Ketika aku membuka mata, aku berada disuatu ruangan putih lengkap dengan peralatan pertolongan pertama dan aku melihat Bagus menangis sambil memegang tanganku serta memelukku. Ayah berada dibelakang Bagus.
Aku tersenyum, semuanya terkejut. 
“ternyata kamu bisa nangis juga ya, hehehe aku nggak percaya” kataku. 
Bagus mengusap - usap air matanya, seperti tak percaya. Ayah juga tersenyum sambil mengusap air matanya yang menetes dipipi. 
“apa aku sedang bermimpi, Naumi tolong cubit pipiku donk” kata Bagus. 
Kemudian aku mencubit pipinya. 
“aduhh sakit tau Bawel, wah ternyata bukan mimpi, terima kasih TUHAN”. 
Aku tersenyum ramah.
Ayah dan Bagus memelukku.
Aku termakan kata - kataku sendiri, aku mengagumi orang yang sudah aku anggap jutek dan sombong. Sebenarnya aku kasihan kepada Chilsi, dia telah dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa. Tetapi inilah kuasa TUHAN. Jika tuhan telah menghendaki seperti ini maka akan terjadi seperti ini. Aku berharap Chilsi segera sembuh...
...Tamat...

SUKSESKU... KARNA RINTIHAN DO’AMU IBU.....

Seorang wanita sedang duduk di ruang  kelas tiga Madrasah Aliyah. Ia  memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru dan menginginkan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri, lebih tepatnya ia ingin melanjutkan pendidikan di UIN MALANG. Setiap hari ia memikirkan bagaimana ia akan bisa kuliah di sana, jauh dengan orang tua, dan biaya hidup yang mahal.  
Setelah menyelesaikan ujian sekolah, ia mendaftar masuk ke Perguruan Tinggi melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ia mendaftar secara online dengan 3 temannya, dengan bimbingan dari salah satu guru yang mengajar di Madrasah Aliyah tempat ia mencari ilmu. setelah pendaftaran dan berkas-berkas ia lengkapi, tinggal menunggu hasil pengumumam. Ia menunggu menunggu dengan perasaan yang cemas, khawatir, dan selalu muncul perasaan dalam benaknya. Bagaimana hasil pendaftaran?, Apakah aku diterima di Perguruan Tinggi tersebut?. Semua pertanyaan yang mengguncang hatinya, akhirnya terjawab pada tanggal 14 Agustus 2014. Tepat pada waktu tersebut ia melihat, menantikan jawaban dari kegelisahannya.  Ia mendapatkan tulisan “ TIDAK LULUS”  mengikuti jalur SNMPTN tersebut. Sedih, selalu mengahampirinya, harapan yang ia dambakan belum dapat terkabul.

Beberapa hari ia memikirkan apakah keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke PTN bisa tercapai?, ia bimbang karena berbeda pendapat antara ayah dan ibunya. Ibu nya menginginkan ia untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, berbeda dengan keinginanan ayahnya yang berharap ia untuk melanjutkan pendidikan di PTS saja, karena jika ia masuk di PTN, ia akan tinggal di luar kota. Meski izin dari ayah sangat sulit ia dapatkan, ibu nya mengatakan “sudahlah nak meskipun ayah tidak mendoakan tapi do’a ibu selalu untukmu, yakin kamu lulus”. 

    Hari demi hari berlalu, ia terus berfikir bagaimana selanjutnya nanti. Apakah harus menuruti keinginan ibu nya? atau ayah nya?. Pada suatu waktu akhirnya ia meminta izin dari ayah nya untuk mengikuti tes masuk PTN, yaitu SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Jawaban dari ayah nya “ Jika kamu lulus tes ini, maka ayah izinkan untuk kuliah di PTN. Jika tidak lulus, maka kuliah di PTS saja”. Sedangkan ibu nya menginginkan ia tetap masuk PTN meskipun melalui jalur mandiri. Berkat dukungan dari Ibu nya, ia memutuskan untuk daftar melalui jalur SBMPTN dengan seorang temannya.
****
Menunggu jadwal tes untuk masuk PTN. Ia daftar di Balai Latihan Kerja yang berada di kota ia tinggal- Mojokerto. Pelaksanaan tes tersebut lumayan lama, untuk mengisi waktu luang, ia menunggu dengan mencari kesibukan-kesibukan yang bisa membuatnya bertambah pengalaman. Akhirnya ia lulus, mencari ilmu di Balai Latihan Kerja tersebut selama 40 hari. Di Balai Latihan Kerja ia mengambil jurusan Processing (tata boga), sebenarnya ingin mengambil jurusan informatika, tapi kuota sudah penuh jadi untuk mendaptkan pengalaman baru akhirnya ia memilih jurusan tersebut.

Pada hari aktif masuk pelatihan ia izin untuk mengikuti tes SBMPTN. Ia berangkat hari Senin pagi pukul 05:30, dengan diantar oleh tantenya- saudara yang tinggal di Surabaya, rumahnya dekat dengan kampus tempat ia melakuakan tes. Siang harinya ia memberanikan diri untuk mencari kampus yang besok ia tempati untuk tes. Ia hanya berdua dengan temannya, yang sama-sama tidak pernah pakai motor sendiri. Mencoba berkeliling menjajaki kota Surabaya bersama temannya mencari kampus tempat ia tes, yang pada akhirnya kesasar. Mereka bertanya pada Pak Satpam dan orang-orang yang ada di jalan, akhirnya ia menemukan kampus tersebut. Setelah ia mengetahui jalan ke kampus, ia akhirnya pulang kembali ke rumah saudaranya.

Keesokan harinya tepat tanggal 12 Juli,  ia berangkat mengikuti tes. Tes yang dinanti-nanti, hari ini adalah hari penentuan dan kesempatan yang diberikan oleh ayah nya terakhir kali. Ia berusaha semaksimal mungkin supaya bisa lolos pada tahap tes ini. Saat itu hujan sangat lebat,  dengan keberaniannya ia berangkat bersama teman dan tantenya. Dengan keadaan hujan yang lebat dan banjir di mana-mana. Ia tetap semangat berangkat untuk hadir mengikuti tes, dengan memakai mantel dan celana yang tetap basah karena derasnya hujan pada pagi itu. Derasnya air hujan yang mengguyur tubuhnya, tak akan melunturkan semangatnya dalam mengikuti tes.

Setiba di kampus, ia mencari ruang kelas yang sudah tertera dalam kartu tesnya. Sembari mencari ruangan, ia melihat di setiap sudut ruangan anak-anak belajar dengan membawa buku panduan yang ia bawa, guna mempelajari latihan-latihan soal. Di saat itu rasa pesimisnya mulai datang, karena ia merasa berasal dari sekolah desa yang backcgroundnya berbeda dengan anak-anak yang sekolah di kota. Ditambah lagi, ia tidak pernah mengikuti bimbingan tes SBMPTN, ia hanya bermodalkan keinginan yang kuat untuk masuk PTN serta iringan do’a orang tuanya yang tak pernah putus mendo’akannya. Pelaksanaan tes kali ini, berakhir sampai sore hari. 
Tes SBMPTN pun telah ia lewati, kembali ke rutinitas awal yaitu mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja sampai pada hari terakhir ia masuk pelatihan. Setelah lulus dari Balai Latihan Kerja ia mencari kesibukan lagi, padat saat itu akan bulan Ramadhan, dan Alhamdulillah ia bisa mengabdikan dirinya di suatu tempat Badan Amil Zakat selama satu bulan puasa. Bukan hanya mengisi kekosongan setiap harinya, tapi di tempat tersebut ia bisa menyantuni dan membantu adik yatim dan piatu. 
Pada bulan Ramadhan tersebut, tepatnya tanggal 28 Agustus ada kegiatan safari Ramadhan dengan donatur  dari Badan Amil Zakat, dan disaat itu pula, hasil tes SBMPTN akan segera dipublikasikan. Ia menunggu pengumuman kelulusan tes SBMPTN. Seraya menunggu, ia mengikuti kegiatan safari Ramadhan tersebut, tepat pukul 16:00 ia mendapat sms dari sahabatnya “Naf tanggal lahir pean berapa?” langsung dibalas “Tanggal 26 November”, akhirnya seorang sahabatnya yang melihat pengumuman kelulusan tes nya, mengabarkan kepadanya. Alhamdulillah dengan perasaan pesimis untuk lulus mengikuti tersebut karena banyaknya saingan dari sekolah-sekolah yang standarya baik, akhirnya LULUS dan masuk di jurusan yang ia inginkan yaitu PGMI. betapa bahaginya ia, akhirnya apa yang diharapkan dapat terkabul, yaitu masuk di PTN.

Ia percaya bahwa keberhasilan atas lulusnya ia diterima di PTN tak lepas dari do’a orang tua, ialah kunci kesuksesan kita dalam menggapai keberhasilan.  Tanpa do’a orang tua, kehidupan yang kita rasa akan terasa hambar, kosong dan kurang bermakna. Karena ridho Tuhan tergantung pada ridho orang tua. Ketika orang tua sudah ridho, ikhlas mendo’akan kita, Tuhan akan memudahkan jalan terang bagi kehidupan kita.  Terlenih do’a restu seorang ‘ibu’. 


MUNCULNYA KEMBALI TARI COKEK di
 WILAYAH DKI JAKARTA





Budaya merupakan identitas suatu Negara yang mempunyai nilai-nilai keluhuran dan kereatifitas.Seperti yang telah kita ketahui banyak sekali karya-karya yang telah diciptakan oleh para pahlawan-pahlawan kita, semua itu mempunyai nilai-nilai yang kuat dan harus di tanamkan pada diri serta tingkah laku kita khususnya sebagai bangsa indonesia, kita harus mencerminkan suatu kebiasaan dengan budaya, bahwasanya telah kita ketahui pada era globalisasi ini dari zaman kezaman budaya di Negara kita telah tertinggal dan hampir di lupa kan oleh semua orang, khususnya pemuda-pemudi di Indonesia. Misalnya saja tari-tarian daerah. Mengenal dan mempelajari suatu tari-tarian tidaklah mudah bagi kita.
Berbicara mengenai tarian daerah, banyak sekali tarian-tarian yang dimiliki oleh Negara kita, baik tarian asli dari Indonesia, maupun tarian yang terkombinasi dengan Negara-negara lain. Contonya saja tari cokek. Sejarah adanya tarian ini yakni suatu tarian khas betawi yang terpadu didalamnya oleh budaya dari banten dan cina. Tarian ini sudah ada pada abad ke-19 di suatu daerah teluk naga tanggerang yang dicetuskan oleh saudagar cina yang bernama Tan SioKek. Kemudian tan sio kek tersebut membawa alat music dari daerahnya sendiri, yaitu rebab dua dawai yang kemudian di kolaborasikan dengan alat music khas daerah kita seperti, suling, kempul, gong, kecrek, dan kendang. Irama dari lantunan tembang yang terpadu antara cina dan tanggerang tersebut dinamakan gambang komong. Pada awalnya tari cokek dimainkan oleh 3 orang penari, akan tetapi dalam pertunjukan sekarang ini Tari cokek bias dimainkan oleh beberapa orang yang didalamnya terdiri dari kurang lebih 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki yang berfungsi sebagai pemain music yang sebagian ikut mengiringi pemain wanita. Dengan memakai kostum kebaya warna mencolok dan sehelai selendang cantik yang terikat di pinggul penari. Apabila kita cermati lebih dalam, tari cokek sekilas mirip sekali dengan tari sintren dari Cirebon dan tari ronggeng khas jawa tengah, di  karena kan tarian ini juga dapat menghibur diri dengan mengajak penonton-penonton yang ingin ikut menari. Tari cokek biasanya sering diselenggarakan pada saat musim nikah, para penari banyak sekali mendapat undangan untuk mengisi acara pernikahan dll. Biasanya jika pada saat acara pernikahan penari sering mengajak mempelai pria, serta pejabat-pejabat ternama yang hadir, seperti lurah, camat dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
Dalam perkembangan dunia yang semakin menggelobal. Dewan kesenian Jakarta (DKJ) memunculkan kembali tari cokek di daerah betawi. Melalui sebuah acara yang bertajuk “telisik tari”. Tujuan di adakan acara tersebut yakni untuk memunculkan dan mengingat kembali akan budaya-budaya yang ada di Indonesia untuk member kesempatan terhadap para sejarah dan pecinta tari tradisional dengan mengembangkan dan melatih potesi-potensi mereka. Melalui program telisik tari tersebut, para komite-komite tari DKJ, mempunyai niat dengan menginginkan adanya wadah untuk menampung serta mendiskusikan adanya isu-isu yang terjadi di Indonesia tentang punahnya sebuah tari tradisional khas Negara kita.
Menurut saya, adanya kepunahan budaya tersebut ini di sebabkan oleh dua factor, yaitu : 
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
Faktor internal, yakni kurangnya guru/pembimbing yang mahir dalam menguasai budaya-budaya kita sendiri, misalnya saja pada pendidikan di sekolah-sekolah, pada saat mereka menduduki kelas MI mereka jarang dikenalkan akan lagu kebangsaan indonesia, bahkan tidak semua sekolah mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang di dalamnya mengajarkan tari-tarian tradisional, jadi kecil kemungkinan untuk kita mendapatkan dan menghargai adanya nilai-nilai budaya Negara Indonesia dari kecil.

Faktor eksternal, yakni adanya pengaruh dari luar, lingkungan sekitar kita, sehingga kita sebagai bangsa Indonesia lebih menyukai budaya orang luar dari pada budaya kita sendiri, misalnya tarian ala Michael jakson, gangnam style dari korea dan lain-lain. Secara tidak sadar kita sebagai warga negara Indonesia sudah terpengaruh dan terjerumus kedalam dunia barat. Begitu juga dengan anak kecil, dengan adanya teknologi yang canggih, mereka dapat mengakses melalui intrnet dan lain-lain, sehingga mereka bias dengan mudah mengetahui dan meniru tarian-tarian tersebut. Sedangkan tarian khas tradisional belum tentu mereka bisa.

Kemudian timbullah petanyaan tentang tari cokek tersebut, apakah tarian itu asli dari budaya Indonesia ataukah asli cina? Jika suatu tarian tersebut merupakan tarian asli Indonesia, kenap amereka “DKJ” membiarkan orang asing ikut serta dalam membuat/menciptakan adanya tarian tersebut.

By: NAFISATUL UMAMI

Secara tidak sadar, Negara kita telah dikuasai oleh orang-orang barat, mereka perlahan-lahan melakukan trik-trik untuk menghancurkan Negara kita, dengan menerapkan suatu metode melalui 3F, F yang pertama yaitu fashion yang berarti gaya, penampilan dalam berpakain, F yang kedua yaitu food (makanan), melalui makanan-makanan yang ada dan tersebar di wilayah kita sangatlah berpengaruh bagi kita, contohnya yaitu sebuah lestoran yang bernama Chines Food, di dalamnya terdapat makanan-makanan khas cina. F yang ketiga yaitu funny (kesenangan), seperti yang telah kita ketahui pada kalangan remaja saat ini mereka melakukan kesenangan dengan kemauannya sendiri tidak menganut syari’at islam, mereka seolah-olah meniru suatu kebiasaan dan budaya ala orang barat.
Kebudayaan yang berada di indonesia sangatlah banyak. Indonesia terdiri dari beberapa pulau dan beragam suku serta budaya. Secara tidak sadar negara kita mempunyai banyak suku dan budaya yang berbeda-beda di setiap negaranya. Karena beragamnya. Begitu juga dengan tari cokek yang memiliki unsur budaya antara betawi dan cina. Keterpaduan antara keduanya dapat menghilangkan keaslian tarian tersebut. Maka dari itu mari kita jaga kebudayaan kita jangan sampai tergantikan dan dikuasai oleh negara-negara asing. Dan kedatangan MEA dalam tahun 2015 juga sangatlah berpengaruh bagi negara kita, untuk mengatasi itu marilah kita kembangkan dan lestarikan budaya asli negara kita yaitu indonesia. Misalnya, dengan cara mengikuti UKM seni budaya yang ada dikampus UIN Sunan Ampel surabaya atau di tempat-tempat lain yang mempunyai kegiatan sanggar tari dan lain-lain. Karena dari situlah kita bisa lebih mengenal budaya apa saja yang ada di indonesia. Semoga kita semua menjadi pemuda-pemudi yang dapat membanggakan negara dan mempunyai segudang prestasi dalam bidang akademik saja melainkan di bidang non akademik pula dengan melalui karya, karya dan karya. 




Belum ada Komentar untuk "Dilubuk Hatiku"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel