Penanaman Akidah Islam

Penanaman Akidah Islam
Penanaman Akidah Islam

Agama Islam adalah satu-satunya agama yang mengajar manusia dalam segala lapangan hidup dan kehidupannya. Salah satu aspek ajaran Islam yang paling mendasar adalah aqidah,semua peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang dijalankan oleh manusia harus tercermin terhadap aqidah Islam. Karena ia merupakan penentu dalam kehidupan manusia di dunia ini. Aqidah meliputi semua persoalan keimanan, persoalan tersebut harus dipercayai dan diyakini oleh setiap muslim dan mukmin, termasuk rukun iman. Adapun syariah meliputi peraturan Allah SWT yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, baik muslim mau pun non Muslim serta alam sekitarnya. Untuk menumbuhkan aqidah, baik dalam diri seseorang maupun dalam kehidupan masyarakat.

Sekolah bisa mengenalkan hal ini, tapi, penanam yang paling kuat dan lebih utama adalah orangtua. Peran orangtua yang memilih kedekatan emosional akan jauh lebih efektif dibandingkan siapapun (seharusnya). Menanamkan akidah ke dalam pikiran bukan pekerjaan seketika. Butuh waktu dan kesabaran. Sebab, akidah adalah masalah yang abstrak. Sedangkan anak usia di bawah 7 tahun, berpikir dengan cara yang konkrit karena sel-sel syarafnya belum terkoneksi semuanya. Itu sebabnya kenapa Rasulullah memeritahkan untuk mengajarkan sholat pada anak usia 7 tahun. Sholat adalah bagian ibadah. Ibadah adalah salah satu implementasi aqidah bagi anak-anak memerlukan 'nalar' yang lebih sulit untuk memahami keyakinan melalui pelaksanaan kewajiban yang dalam menjalan perintah Allah swt.

Tapi penanaman sejak awal, meski pada awalnya mereka belum mengerti, mereka akan mencernanya kelak. Paling penting adalah saat orangtua mengenalkan, membicarakan, menguatkan, menjadikan ini sebagai topik di rumah, secara berulang, insya Allah ini akan terinstall di alam bawah sadar anak. Jika menjadi informasi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar, insya Allah sampai anak ini mati tidak mudah hilang dalam pikirannya.

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Kalimat “Saya ber-i’tiqad begini” maksudnya adalah mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Sedangkan Aqidah Secara Syara’ yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Dalam istilah kekinian, aqidah sering dikaitkan dengan kata ‘spiritual’. Menurut Oxford English Dictionary, kata spiritual diartikan persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang. Boleh tak setuju, dengan demikian bagi saya, spiritualitas yang shahih adalah spiritualitas yang ‘content’ nya adalah berkaitan dengan keyakinan-keyakinan aqidah ini.

Sebenarnya, anak-anak sendiri secara fitrah adalah makhluk spiritual. Secara naluriah mereka memiliki apa yang banyak orang dewasa 'kehilangan' dan setelah (maaf) mendekati sisa usia, mereka baru mencarinya kembali. Spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri dan nilai hidup anak. Spiritualitas memberi makna pada kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita; sesuatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan dengan sumber keberadaan kita. Saat anak memulai kehidupan dengan rasa takjub bawaan tentang dunia mereka, maka mereka memiliki bawaan spiritualitas. Kita, sebagai orangtua, dapat memupuk sifat bawaan yang berharga ini dengan perkataan, tindakan dan perhatian kita pada anak. Dimana ada ketakjuban, di situ ada spiritualitas. Hal-hal biasa menjadi luar biasa jika kita menjalaninya sebagai yang bermakna.

Beberapa contoh untuk mengenalkan ini pada anak antara lain soal aqidah dengan rujukan Al-Qur’an Annisa : 136 bunyinya seperti ini “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

Anak adalah amanat Allah. Allah menitipkan amanat itu kepada orang tua, pendidik, keluarga dan masyarakat untuk dididik dengan baik dan benar. Atas amanat, tersebut mereka semua akan dimintai pertanggung-jawaban dan akan dihisab atas kelalaian mereka dalam pendidikannya. Begitu pula, mereka akan mendapatkan pahala jika berbuat baik kepada anak-anak dan bertaqwa kepada Allah.( Amani Ar-Ramadi,2006,116).

Anak merupakan pondasi yang paling mendasar bagi terbentuknya sebuah bangunan umat. Apabila anak diletakkan dalam posisi yang benar, bangunannya secara utuh akan bisa lurus. Pondasi dasar yang harus ditanamkan kepada anak adalah pemahaman Aqidah, supaya anak bisa menjadi bangunan yang terbentuk lurus. Imam Ghazali telah menekankan untuk memberikan perhatian terhadap anak dan mendiktekannya sejak kecil agar ia bisa tumbuh di atas aqidah itu.

Beliau mengatakan, “Ketahuilah bahwa apa yang telah kami sebutkan dalam menjelaskan aqidah seyogyanya diberikan kepada sang anak di awal perkembangannya agar ia bisa menghafalkannya benar-benar, sehingga makna-maknanya kelak di masa dewasa terus terungkap sedikit demi sedikit”.(Amani Ar-Ramadi,2004,112). Imam Ghazali juga menjelaskan dalam kitab Al-Ihyâ’ ‘Ulûm Ad-Dîn cara menanamkan aqidah pada anak-anak. Beliau mengatakan, ”Cara menamkan keyakinan ini bukanlah dengan mengajarkan keterampilan berdebat dan berargumentasi, akan tetapi caranya adalah menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an dan tafsirnya, membaca hadits dan makna-maknanya serta sibuk dengan tugas ibadah.

Dengan demikian, kepercayaan dan keyakinan anak akan terus bertambah kokoh sejalan dengan semakin seringnya dalil-dalil Al-Qur’an yang didengar olehnya dan juga sesuai dengan berbagai bukti dari hadits Nabi yang ia telaah dan berbagai faedah yang bisa ia petik darinya. Ini ditambah lagi oleh cahaya-cahaya ibadah dan amalan-amalan yang dikerjakannya yang akan semakin memperkuat itu semua”.( Amani Ar-Ramadi,2004,113) 

Cara memahamkan aqidah kepada anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Aqidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, mempunyai keuniakan bahwa kesemuanya itu merupakan perkara yang ghaib. Anak dengan berbagai karakteristiknya yang khas, terkadang membuat banyak orang tua ataupun pendidik kebingungan bagaimana ia mesti menyampaikannya kepada anak dan bagaimana pula anak bisa dengan mudah berinteraksi dengan ini semua? Bagaimana cara menjelaskannya kepada anak-anak  agar lebih mudah dipahami?.

Belum ada Komentar untuk "Penanaman Akidah Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel