SUMBER KESALAHAN BERBAHASA

SUMBER KESALAHAN BERBAHASA

ABSTRAK
Kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginprestasikan secara sistematik kesalahan-kesalahan dalam prosedur linguistik. Nanik (2010: 10-11) mengatakan bahwa pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya.

Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa maka semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang terjadi pada siswa harus dikurangi, bahkan dihilangkan. Hal ini dapat tercapai jika guru telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa. Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakan, adapun sumber kesalahan berbahasa itu  meliputi: transfer interlingual dan transfer intralingual.
Kata kunci : Transfer interlingual, transfer intralingual.

PENDAHULUAN
Pergunakanlah bahasa  yang baik dan benar! Ungkapan itu sudah sering terdengar dan terbaca. Akibatnya, kita pun dapat bertanya “Apakah penggunaan bahasa  yang baik dan benar itu masih belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan bahasa saat ini masih belum baik dan benar?”. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa  yang baik adalah bahasa  yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan. Apakah sumber kesalahan berbahasa? Hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini. Diharapkan agar anda mempelajari hal tersebut melalui sajian dalam makalah ini. Dengan mengetahui analisis kesalahan dalam berbahasa, anda dapat mengimplementasikannya ke dalam bahasa Indonesia. Akhirnya pernyataan “Pergunakanlah bahasa yang baik dan benar” menjadi kenyataan.

PEMBAHASAN
Analisis kesalahan  berbahasa merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek (yaitu bahasa) yang sudah ditargetkan. Bahasa yang ditargetkan tersebut dapat berupa bahasa ibu maupun bahasa sasaran. Seseorang yang ingin memiliki suatu bahasa tentulah dia harus mempelajarinya. Mempelajari dalam arti melatih berulang-ulang dengan pembetulan diberbagai hal merupakan suatu peristiwa yang wajar ketika mempelajari suatu bahasa.

Analisis kesalahan terutama dikenakan pada bahasa yang sedang ditargetkan. Analisis kesalahan sangat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran atau pun pemerhati bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa. Adapun sumber kesalahan berbahasa itu  meliputi (1) transfer interlingual dan (2) transfer intralingual. (http://sitimahdzuroh.blogspot.co.id/2014/12/analisis-kesalahan-berbahasa_33.html//, diakses pada tanggal 11 Maret 2017).
Brown, H.D. (1980). Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey:Prentice-Hall. Inc.

Transfer Interlingual
Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa. Misalnya, seorang anak yang berbahasa ibu bahasa Jawa. Pada tahap awal pembelajaran anak itu akan tampak masuknya unsur-unsur bahasa pertamanya, yaitu bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Artinya, ketika anak itu berbicara atau menulis dalam bahasa Indonesia, dipastikan terdapat unsur-unsur bahasa Jawa yang digunakanya dalam tuturan maupun tulisan. Baik secara sadar maupun tidak. Karena kita tahu sendiri bahwa seseorang yang tinggal dengan lingkungan yang sering menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertama. Faktanya, masih sering menggunakan bahasa pertamanya itu ke dalam kegiatan sehari-hari. Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan perkembangan anak yang notabennya masih kental dan bergantung pada persepsi komunikasi pertama yang diterimanya. Yaitu bahasa ibunya. Contoh-contoh transfer dari bahasa Jawa berikut ini akan dapat memberikan gambaran tentang transfer interlingual tersebut.

Contoh : Ayah pergi ke sawah mencari dhadhuk.
Kata dhadhuk adalah kosakata bahasa Jawa yang ditransfer ke dalam bahasa Indonesia. Anak mengalami kesulitan untuk menyebutkan kata itu dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia padanan yang cocok untuk kata itu tidak ada. Lazimnya kata itu harus dikatakan sebagai daun tebu yang sudah kering. Tidak ada padanan satu lawan satu kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia. (https://massofa.wordpress.com/2008/08/27/sumber-kesalahan-berbahasa//,diakses pada tanggal 10 Maret 2017).

Transfer Intralingual
Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem bahasa kedua yang dipelajari oleh siswa. Jika siswa itu belajar bahasa Indonesia, sumber kesalahan berbahasanya dapat dilacak dari sistem atau kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Kaidah itu dapat meliputi kaidah tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, kaidah leksikal, bahkan kaidah semantik. Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahan ini merupakan kesalahan terbesar.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena transfer intralingual itu diantaranya sebagai berikut.
Penghilangan Morfem-morfem Gramatikal
Termasuk ke dalam morfem gramatikal yang sering dihilangkan ialah :
Penghilangan awalan me- dan ber- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia. Contoh : Saya suka nonton sepak bola. Kaka saya kuliah di FKIP. Sekarang ia tidak kerja lagi. kalau demikian, ia tidak jalan. Presiden resmikan pabrik baru.
Bentuk-bentuk nonton, kuliah, jalan, resmikan merupakan bentuk yang kehilangan morfem gramatikal, yakni kehilangan awalan me- pada nonton, resmikan dan kehilangan awalan ber- pada bentuk kuliah, kerja, jalan. Seharusnya bentuk-bentuk itu menjadi menonton, berkuliah, bekerja, berjalan, meresmikan.
Penghilangan akhiran-kan.
Contoh :
Saya mengajar bahasa Indonesia
Orang itu paling suka memberi nasihat.
Saya tidak biasa memberi keterangan semacam itu.
Ada penghilangan akhiran –kan pada bentuk mengajar dan memberi pada contoh-contoh di atas. Seharusnya bentuknya adalah mengajarkan bahasa Indonesia, memberikan nasihat, dan memberikan keterangan.
Penghilangan partikel.
Sesuai pendapat saya, hal itu dapat diterima. Ia pergi Surabaya. Bapak ada rumah.
Ada partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan  di pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut adalah sesuai denga pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di rumah.
Penandaan Ganda atau Penggunaan Unsur Secara Berlebihan Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya ialah :
Penggunaan gaya bahasa tautologi, yakni penggunaan kata yang sama atau mirip maknanya secara bersamaan. Contoh :
Jumlah orang yang hadir berjumlah 30 orang. Demi untuk kekasihnya ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar supaya berhasil ia bekerja keras. Pancasila adalah merupakan dasar negara. Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.

Pada tiap-tiap kalimat diatas terdapat kata yang mempunyai makna yang sama, yakni : selayaknya penutur memilih satu bentuk untuk tiap-tiap kalimat. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi benar apabila dibenahi menjadi seperti ini. Jumlah orang yang hadir 30 orang atau yang hadir berjumlah 30 orang. Demi kekasihnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar berhasil, ia bekerja keras. Pancasila merupakan dasar negara. Pancasila adalah dasar negara. Sejak kecil ia sakit-sakitan. Dari kecil ia sakit-sakitan.

Penggunaan gaya bahasa pleonasme. Contoh : Ia naik ke atas. Ali sedang turun ke bawah. Murid yang rajin itu disuruh gurunya maju ke depan. Kata naik sudah mengandung pengertian ‘ke atas’. Demikian juga turun, maju sudah mengandung pengertian ‘ke bawah’ dn ‘ke depan’. Oleh sebab itu, penggunaan kata ke atas, ke bawah, ke depan tidak diperlukan lagi.  (https://massofa.wordpress.com/2008/08/27/sumber-kesalahan-berbahasa//, diakses pada tanggal 10 Maret 2017).

By: Lailatus Sholihah, Rohma Aprilia, Ade Bella Hakiky

Belum ada Komentar untuk "SUMBER KESALAHAN BERBAHASA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel