MEDIA PENGAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MEDIA PENGAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu tejadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah, rekaman video atau audio,dll) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, radio, televisi, komputer, perpustakaan, dan lain-lain). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Di samping itu, pendidik juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu pendidik harus memiliki pngetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan Islam.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MEDIA PENGAJARAN Dalam PENDIDIKAN ISLAM
a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar‟. Dalam hal media banyak terdapat batasan rumusan para ahli; Gegne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untu belajar. Briggs, yang mendefinisikan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi ini tampak pengertian edia mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.1 Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatr hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-sisiwa dan isi pelajaran. Kemudian, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.2 Lebih jauh Vernous, sebagaimana menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat diartikan dengan manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. 3 1 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 3 Flemming dalam : Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 3 3 Vernous dalam : Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 203 2

Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang bersal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu). Menurut Webster (1983), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian: perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi da manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.4 Erat hubungannya dengan istilah “teknologi”, kita juga mengenal kata teknik. Teknik dalam bidang pengajaran bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara guru dan murid. Ia merupakan strategi khusus (Anthony, 1963). Bahkan Richards dan Rodgers (1982) menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah prosedur dan praktek yang sesungguhnya dalam kelas. Dari sini, tampak jelas bahwa “teknologi” bukanlah hanya pembuatan kapal terbang model mutakhir dan semisalnya saja, tetapi melipat-lipat kertas jadi kapal terbang mainan itu juga hasil teknologi; karena itu juga merupakan suatu keterampilan dan seni (skill). Barangkali inilah yang menyebabkan beberapa kalangan lantas membagi pengertian teknologi menjadi dua macam; ada yang disebut teknologi tinggi (canggih), ada pula yang disebut teknologi tradisional. Teknologi pengajaran agama sementara masih heavy ke wawasan pengertian teknologi tradisional. Dengan demikian, kalau ada teknologi pengajaran agama misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajarkan agama. Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu. 4 Webster dalam : Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 5

1. Media pendidikan islam memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras) 2. Media pendidikan Islam memiliki pengertian nonfisik 3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio 4. Media pendidikan Islam memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas 5. Dapat digunakan dalam rangka komunkasi dan interaksi pendidik dan siswa dalam proses pembelajaraan 6. Dapat digunakan scara massal 7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.5 Jadi, yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam ranga lebih mengekfektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.6 b. Ciri – ciri Media Pendidikan Islam Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan pentunjuk mengapa media di gunakan. • Ciri Fiksatif (Fixative Property) • Ciri Manipulatif (Manipulative Property) • Ciri Distributif (Distribitive Property) c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Islam Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh pendidik. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang bar, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan 5 6 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 6-7 Oemar Hamalik, Media Pendidikan. Hal 23

media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajarandan penyampaian pesan dan isi pelajaran pad saat itu. Selain itu juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajkan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pebelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi 2. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar 3. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu 4. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan pendidik, masyarakat, dan lingkungan.7 Pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan. Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Pengetahuan itu meliputi diantaranya: a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c. Hubungan antara metode belajar dan pendidikan d. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran e. Memilih dan menggunakan media pendidikan f. Berbagai jenis alat dan tehnik media pendidikan g. Usaha inovasi dalam media pendidikan,dll. 7 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 24-25

Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni: a. Tujuan mengajar b. Bahan pelajaran c. Metode mengajar d. Tersedianya alat yang dibutuhkan e. Jalan pelajaran f. Penilaian hasil belajar g. Pribadi guru h. Minat dan kemampuan peserta didik i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung Keterampilan membuat media pendidikan, berarti trampil dan menguasai tehnik dan pross pembuata suatu media pendidikan yang berguna untuk suatu pelajaran tertentu. Alat – alat yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut: 1. Rasionil, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita. 2. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat. 4. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktis di sekolah an bersifat sederhana. 5. Fungsionil, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik. 8 B. JENIS – JENIS MEDIA PENDIDIKAN ISLAM Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan kepada dua bagian : yaitui alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidlikan yang bukan benda (non materil). a. 8 Alat Pendidikan yang Bersifat Benda Oemar Hamalik, Media Pendidikan. Hal 15-18

Menurut Dzakiah Daradjat, alat pendidikan yang berupa benda adalah, Pertama : media tulis, seperti al quran, hadist, tauhid, fiqh, sejarah, kedua : bendabenda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Ketiga: gambar-gambar yang dirancang seperti grafik. Keempat: Gambar yang diproyeksikan, seperti video, transparan, in-focus. Kelima : audio recording (alat untuk didengar), seperti kaset, tape radio. Senada dengan pendapat Dzakih Dradjat, Oemar Hamalik, menyebutkan, secara umum alat pendidikan materil terdiri dari: pertama, bahan-bahan cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual. Kedua, alat-alat audio visual. Ketiga, sumber-sumber masyarakat, seperti objek-objek peninggalan sejarah. Keempat, kumpulan benda-benda (material collection), sebagainya. 

Seperti dedaunan, benih, batu, dan 9 Yang termasuk alat pendidkan material menurut Arif.S.Sadiman adalah media grafis, dengan cara menuangkan pesan pengajaran kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Disamping media viusal dan media auditif, media audio visual merupakan media yang berhubungan dengan indra pendengaran dan indra penglihatan sekaligus dengan menggunakan media ini pesan pesan pengajaran dapat disaksikan dan didengarkan langsung. Namun TV belum dapat menggantikan eksistensi guru di depan kelas. Demikian juga halnya vidio, walaupun dapat diputar berulang-ulang, juga tidak mungkin menggantikan keberadaan guru dikelas. Secara umum tidak terdapat perbedaaan yang berarti tentang alat pendidikan yang berbentuk benda, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian istilah dalam memformulasikan. Namun yang jelas, alat pendidikan dalam bentuk benda perlu digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam konteks Ilmu Pendidikan Islam, M.Arifin menuturkan, alat pendidkan harus mengandung nilai-nilai 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 204-205

operasional yang mampu mengantarkan kepada tujuan pendidikan islam yang sarat dengan nilai-nilai. b. Alat Pendidikan Yang Bukan Benda Selain alat/media berupa benda, terdapat pula alat/media yang bukan berupa benda. Diantara alat/media pengajaran yang bukan berupa benda itu adalah: (1) keteladanan, (2)perintah/larangan, (3)ganjaran dan hukuman, yang akan dijelaskan berikut ini: 1) Keteladanan Pada umumnya manusia memerlukan figur indetifikasi (uswah alhasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk memenuhi keinginan tersebut itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia. Kemmudian kita diperintahkan untuk mengikuti rasul, diantaranya memberikan tauladan yang baik. Dalam hal ini Rasulullah juga memberikan teladan yang baik kepada umatnya. Firman Allah: Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan hari kiamat dan banyak menyebut (mengingat) Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21) Pendidikan dalam konteks Ilmu Pendidikan Islam, berfungsi sebagai warasalu al anbiya yang pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan li al’amin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada hukum-hukum Allah. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukkan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh serta bermoral tinggi. Sebagai warasah alanbiya seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Menurut Al-Ghazali, seperti yang disitir oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani, yaitu (1) amanah dan tekun bekerja (2) bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid

(3) dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang yang mengerjakannya (4) tidak rakus pada materi (5) berpengetahuan luas, serta 6) istiqomah dan memegang teguh prinsip. 10 Al-Ghazali juga menambahkan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus terinternalisasi dalam diri murid, yaitu rendah hati, mensucikan diri dari segala keburukan, serta taat dan istiqomah. Karena beberapa sifat terakhir perlu dimiliki murid, maka guru hendaknya menjadi teladan dari sifat-sifat tersebut. 2) Perintah dan Larangan Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dalam hal ini perintah itu bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran, pembiasaan dan peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung normanorma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan susila. . Contoh ayat Al-Qur‟an yang berupa perintah/anjuran adalah: Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan…” (QS. Al-Maidah: 2) Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu, atau jika apa yang harus dilakukan oleh anak-anak itu sudah dimiliki dan menjadi pedormui pula bagi hidup si pendidik. Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu (1) jangan memberikan perintah kecuali karena di perlukan, (2) hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik, (3) jangan 10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 207

memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dilaksanakan, (4) perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya, (5) perintah hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus. Disamping memberi perintah, sering kali pula pendidik harus melarang perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang mungkin dapat membahayakan dirinya. Larangan sebenarnya sama saja sepeti perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Contoh ayat Al-Qur‟an yang berupa larangan adalah: Artinya: “Dan janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah: 2) Misalnya larangan untuk bercakap-cakap dengan suara besar, larangan melakukan perbuatan yang tidak baik, larangan untuk bergaul denagn orang-orang asusila, dan sebagainya. 3) Ganjaran dan Hukuman Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap perilaku. Yang terpenting dalam ganjaran hanya hasil yang dicapai seorang anak, dengan hasil tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu. Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacammacam, antara lain: (1)guru mengangguk-anggukan kepala tanda senang dan membiarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak, (2)guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian), (3)guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak, dan sebagainya.

Dengan demikian dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara berulang. Di dalam bidang pendidikan, hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu : 1) Hukuman diadakan karena ada pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat (punitur, quina peccatum est). 2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran (punitur, nepeccatur) Asma Hasan Fahmi, menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam perspektif pendidikan islam yakni, (1) hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan, (2) memberiakan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya sebelum dipikul. Anak yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh dipikul, kalaupun tidak boleh dari tiga kali, (3) pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila sikap keras pendidik telah dianggap perlu maka harus dilaksanakan dari sikap lunak dan kasih sayang. Pengaruh Alat/Media Dalam Pendidikan Islam Di dalam pendidikan islam, alat/media itu jelas diperlukan. Sebab alat/mediapengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat/media ini dalam pendidikan atau dalam proses belajar mengajar Yusuf Hadi Miarso dkk. Menyatakan alat/media itu mempunyai nilainilai praktis yang berupa kemampuan antara lain : (1) membuat konkrit konsep yang abstrak, (2) membawa objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa, (3) menampilkan objek yang terlalu besar, (4) menampilkan objek yang tak dapat diamati oleh mata telanjang, (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (7) membangkitkan motivasi belajar, dan (8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan .

Selain alat/media yang bukan berupa benda pun perlu juga mendapatkan perhatian yang serius, sebab pada umunya alat/media yang bukan berupa benda lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna, dan pendidikan islam sangat berperan sekali untuk tugas itu. Sehingga murid-murid akan memiliki akhlak, moral yang luhur. Itulah yang membedakan pendidikan islam dengan pendidikan lainnya. Dengan demikian, apabila pendidikan islam memanfaatkan dan mengembangkan alat/media pengajaran tersebut didalam pelaksanaan pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak yang tinggi. 11 

C. STRATEGI PEMILIHAN MEDIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Strategi pengajaran merupakan pola umum untuk mewujudkan proses belajar mengajar, dimana siswa dan guru terlibat didalamnya secara aktif. Pola umum dapat juga disebut “model”. Model adalah “barang tiruan” dari gejala atau hidup yang nyata. Pola umu atau model tidak mengandung semua aspek secara lengkap dalam arti sebenarnya, akan tetapi hanya dalam garis besarnya saja, sehingga memudahkan kita untuk mempelajari, meneliti dan menganalisasinya. Beberapa model (pola umum) pengajaran dan penerapannya dalam bidang ilmu pendidikan perlu dilihat dari komponen-komponen yang dimiliki oleh suatu strategi, yakni dari segi : a. Tujuan, yakni khusus dalam bidang ilmu pendidikan, baik dalm bentuk instructional effect. b. Siswa, yang melakukan kegiatan belajar terdiri dari siswa calon guru, yang sedang dipersiapkan untuk menjadi tenaga profesional. c. Materi pelajaran, bersumber dari ilmu pendidikan yang telah dirancang dalam GBPP dan sumber masyarakat. d. Logistik, sesuai dengan kebutuhan pendidikan dalam bidang pengajaran, yang meliputi waktu, biaya, alat, kemampuan guru 11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 212-213
yang relevan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan bidang ilmu pendidikan
. Model – model Pengajaran Berdasarkan pendekatan tujuan dan cara penyampaiannya, model pengajaran dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni: 1. Model Interaksi Sosial (Sosial Interaction Model) Model ini menitik beratkan pad ahubungan antara individu dengan masyarakat atau dengan orang lain. Tekanannya pada proses realita sosial. Konsekuensinya, model ini berorientasi pada priorias terhadap perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain, perbaikan proses-proses demokratis, dan perbaikan masyarakat. Dalam model ini tercakup beberapa jenis strategi pengajaran: a. Kerja Kelompok (Herbert Thel dan J. Dewey) b. Pertemuan Kelas ( William Glaser) c. Pemecahan masalah sosial (Byron Masilas) d. Model Laboratorium (Methel Maine) e. Model Pengajaran Jurisprudensi (Donald Oliver) f. Bermain Peranan ( fannie Shaftel & George Shaftel) g. Simulasi Sosial (Sarene Boocock) 2. Model Proses Informasi (Information Prossesing Models) Model ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Beberapa model berkenaan dengan kemampuan siswa memecahkan masalah, yang menitik beratkan pada kemampuan berpikir produktif; tetapi ada pula yang berkenaan dengan kemampuan intelektual umum. Model proses informasi dilaksanakan dengan berbagai strategi pengajaran sebagai berikut: a. Mengajar Induktif (Hilda Taba) b. Latihan inkuiri (Richard Suchman)

c. Inkuiri Keilmuan ( J. J. Schwab) d. Pembentukan Konsep ( Jerome Bruner) e. Developmental model (Edmund Sullivan) f. Advanced organizer model (David Ausubel) 3. Model Personal (Personal Models) Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri (selfhood). Diharapkan membantu individu –individu untuk mengembangkan suatu hubungan produktif dengan lingkungannya dan menjadikannya sebagai person yang mampu membentuk relasi-relasi interpersonal yang lebih luas dan mampu memproses informasi secara efektif. Dalam kelompok ini terdapat beberapa strategi pengajaran, yaitu: a. Pengajaran non directive (Carl Rogers) b. Latihan kesadaran c. Synectics d. Sistem konseptual 4. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavior Modification Models) Model ini bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk memperurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan memanipulasi reinforcement.12 

KESIMPULAN 
Pada dasarnya alat pendidikan itu adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu kelancaran proses pendidikan, baik alat sebagai metode maupun alat sebagai sarana. Media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam ranga lebih mengekfektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. 12 Hamalik Oemar, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Hal
Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah. Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh pendidik. 

DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia Hamalik Oemar. 1998, 
Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan, Jakarta: Mandar Maju Hamalik Oemar. 1980, 
Media Pendidikan, Bandung: Penerbit Alumni Arshad Azhar. 2004 ,Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada
http://www.slideshare.net/lianaelfishy/media-pengajaran-dalam-pendidikan-islam

Belum ada Komentar untuk "MEDIA PENGAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel