MENGHANCURKAN BANGSA LEWAT MEMBUTAKAN SEJARAH RAKYAT

Begitu
penting sejarah, sebagai sarana belajar, sarana untuk lebih nasionalis
(mencintai negeri). Seorang tokoh pernah berkata ‘Jika Kau Ingin Menghancurkan
Suatu Bangsa, Hapus Semua Jejak Sejarahnya’. Sejarah suatu bangsa bisa dianggap
adalah suatu pijakan, pondasi dari sebuah negara, tak berlebihan apabila
dikatakan akan hancur sebuah negara saat kehilangan sejarahnya, Bagaimana
sebuah bangunan berbeton yang kokoh sekalipun akan runtuh saat hancur
pondasinya.
Polemik
sejarah bukan hanya tugas sejarawan, pun bukan hanya tugas akademisi sejarah
saja, namun adalah tugas setiap warga negara yang bertempat, mendapat keamanan,
jaminan kehidupannya dalam negara. Keperhatianan mayoritas saat ini masih jauh
dari peduli, menganggapnya seolah sejarah bukan hal yang penting, sejarah tak
lebih hanya menjadi cerita zaman dahulu, tanpa tahu apa yang dapat dipelajari
dari sejarah itu. Sejarah yang seharusnya dapat dipelajari agar kehidupan yang
kita jalani dapat berjalan lebih baik. Fungsi Sejarah sebagai pelajaran agar
tak mengulangi kesalahan yang sama telah memudar dalam tindak laku kita.
Pelajaran
sejarah telah diwajibkan, masuk menjadi salah satu unsur pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), muatan mata pelajaran yang sempit dan terbatas tentu
tak akan cukup untuk merekam, dan mengajarkan sejarah yang begitu panjang dan
luas. Seorang warga negara yang mengenyam pendidikan sekolah mempelajari
sejarah yang terkandung dalam pelajaran IPS hanya agar dapat menjawab soal-soal
ujian yang diberikan, sedikit sekali warga negara yang konsisten mempelajari,
mencaritahu, terlebih menggali sejarah bangsanya.
Memasuki
Revolusi Industri 4.0 dimana hampir segala lini telah berevolusi menjadi digital,
dunia menjadi tak terbatas, dunia berada dalam genggaman. Dalam era digital
yang seharusnya dapat menaikkan eksistensi sejarah, mempelajarinya menjadi
lebih mudah, buku elelktronik yang bisa dibeli ataupun disewa kapan saja, video
pengkajian sejarah oleh sejarawan oleh para ahli sejarah yang dapat dengan
mudah diakses di Youtube misalnya. Namun realitas yang terjadi sebaliknya,
segala akses yang memudahkan ini dapat membuat terlena, menurunkan tingkat
kepekaan, meninggikan individualitas, membuat sosmed bergambar berisi kehidupan
pribadi seseorang, keluhan, dan lain sebagainya lebih menarik daripada harus
membaca buku sejarah yang membuat ngantuk, atau menyaksikan video sejarah yang
membosankan.
Warga
negara khususnya Millenial-warga usia produktif- yang seharusnya menjadi garda
terdepan untuk melahirkan inovasi, untuk menjaga dan melestarikan sejarah malah
terjebak dalam kubangan distraksi sosial media, kebingungan dalam
memprioritaskan mana suatu hal yang lebih penting dan hal yang memang sudah seharusnya
diprioritaskan. Menunjukkan (post) foto baru di sebuah situs
sejarah lebih menarik, daripada mempelajari dengan serius pesan sejarah yang
dibawa oleh situs itu.
Negara
Indonesia tercinta kita ini, masih kurang sekali orang yang mau melestarikan sejarah
dengan belajar dan mengemas sejarah agar menarik. Negara kita masih kekurangan
orang yang sadar akan pentingnya sejarah serta mampu menyadarkan orang lain
agar menyadari bahwa sejarah itu sangat penting. Negara kita sangat membutuhkan
orang-orang ini, agar negara kita menjadi negarayang kuat nan kokoh.
Yang
akan penulis jabarkan berikut adalah alasan mengapa sejarah begitu penting :
1) Sarana
membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, tak diherankan sejarah sebagai
pondasi jelas menjadi unsur yang sangat penting dan krusial dalam menentukan
membangun bangsa, semakin kokoh pondasinya, semakin kokoh pula bangunannya.
2) Membangun
karakter bangsa, Bacon pernah mengungkapkan ‘…histories make man wise’. Materi
sejarah memiliki arti strategis dalam membangun
karakter dan peradaban bangsa. Peserta didik dapat mengetahui
nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan di masa lampau. Peserta didik juga lebih
mampu dalam menghargai perjuangan di masa lampau, dan akan turut melestarikan
dan memperjuangkan nilai-nilai bangsa yang harus dijunjung tinggi dan
diamalkan.
3) Meningkatkan
kemampuan dalam berpikir secara sistematis, analitis, dan logis serta
memecahkan masalah kehidupan dengan objektif.
4) Mengetahui
pola sejarah global dan menerapkan untuk kehidupan berbangsa yang lebih baik
Sebagai contoh, di setiap periode zaman, dapat
ditemukan pola dari kekuatan negara terbesar setiap zaman. Persia dinasti
Archaemenid (550 SM- 330 SM) Kekaisaran Romawi (50 SM- 300 M) Tiongkok zaman
dinasti Tang (600 M- 900 M) Kelkhalifahan Ottoman (Abad 16-17) Kerajaan Inggris
pada zaman Ratu Victoria (Abad18-19) Amerika Serikat modern (1991-sekarang)
pola dari tiap penguasa yang terkuat di atas ialah selalu merupakan
peradaban/negara/kerajaan yang paling toleran. Dengan pola ini pula dapat
diketahui apa yang menyebabkan kemunduran suatu peradaban disebabkan
intoleransi yang menggerogoti bangsa (Marcel : 2017). Dari pengamatan, dan
penganalisisisan sejarah, bangsa dapat mempelaajari apa yang harus diperkuatnya
untuk membangun bangsa, dan apa yang harus diwaspadai dan ditiadakan agar
bangsa tidak melemah dan jatuh. Jorge Agustin Nicolas Ruiz de Santayana pernah
berkata ‘Those who cannot remember the past are condered to repeat it.’
5) Menjadikan
warga negara kuat idealisme, dan rasa nasionalisnya. Masyarakat atau warga
negara yang buta sejarah akan dengan mudah disetir oleh media propaganda,
fitnah, dan berita palsu untuk membelokkan persepsinya terhadap kepentingan
kekuasaan tertentu (Marcel : 2017)
6) Agar
kita sebagai warga negara mengenal jati diri bangsa. Pentingnya jati diri, saat
apabila kehilangan jati diri pasti akan menjadi tidak percaya diri (Ali :
2019). Pahlawan dalam memperjuangkan bangsa ini tidak dengan cara bersantai dan
bermalas-malasan, jiwa raga diserahkannya untuk pertiwi demi kemerdekaan bangsa.
Para founding fathers tidak main-main dalam merumuskan dasar negara,
dengan pertimbangan panjang, analisi membaca karakter nusantara yang Bhinneka
Tunggal Ika dan tentu dengan memohon petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Betapa
tidak tahu diri dan tidak sopan sekali saat kita memaksakan ideologi baru,
melupakan dan mengabaikan sejarah bangsa. Presiden pertama Republik Indonesia
berkata ‘Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu
bangsa. Tidak dapat berdiri sebagai bangsa yang merdeka’
Beikut
adalah beberapa faktor yang menghalangi atau menghambat eksistensi sejarah yang
telah dirangkum oleh penulis :
1) Kurangnya
kesadaran bahwa sejarah adalah suatu hal yang sangat penting yang harus
dipelajari dan dijaga bersama oleh seluruh elemen negara, baik pemerintah
maupun rakyat sipil. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang
mendukung kelestarian sejarah, seperti melindungi cagar budaya, mengetatkan dan
mengupayakan pengumpulan situs dan pengarsipan. Rakyat dengan kesadaran yng
tinggi dapat dengan inisiasi sendiri untuk mempelajari, menyadarkan, dan
menyalurkan sejarah yang ia ketahui baik dengan karya tulis, karya visual,
audio, maupun audio visual seperti video.
2) Kemasan
dan penyampaian sejarah yang monoton, pelajaran sejarah di sekolah pada umumnya
terasa membosankan dan memenatkan, dipaksa menghafal, bukan memahami. Penulis
besyukur masih ada segelintir orang yang mampu mengemas sejarah menjadi suatu
hal yang menarik, seperti sebuah karya sastra (novel), dongeng, music, dan film yang dapat dinikmati
oleh siapa saja dan menjadi pemantik bagi seseorang untuk tertarik dan
mempelajari sejarah. Tenaga pengajar sejarah harus diberi pelatihan dan
pendampingan agar dapat mmbuat peserta didik bersemangat dan antusias dalam
pembelajaran sejarah. Peluang untuk membuat model, strategi, metode dalam
pembelajaran sejarah yang efektif dan menyenangkan terbuka lebar untuk siapa
saja yang mau menemukan dan mengembangkannya,
3) Masih
sedikit media pembelajaran sejarah yang menarik, novel dan film yang mengandung
sejarah masih bisa dihitung jari. Pun juga dapat pula difaktori minat
masyarakat yang masih kurang terhadap sejarah, sehingga ketika suatu karya yang
berisikan sejarah dirilis tidak banyak menyedot atensi masyarakat.
4) Faktor
strategi negara luar yang masih ingin menjajah Indonesia berusaha membuat para
generasi mudanya supaya tidak peduli akan sejarah bangsanya, lebih menyukai
budaya asing yang dianggap lebih modern daripada budaya tradisional yang
dianggap kuno. Secara fisik Indonesia adalah negara yang merdeka akan tetapi
hakikatnya kita masih terjajah entah dalam hal industri, budaya, perekonomian.
Indonesia masih dibuat seolah-olah membutuhkan negara lain, dan melumpuhkan
sendi-sendi kemandirian, belum lagi polemik internal Indonesia yang memiliki
pejabat korup oligarki yang artinya tak faham Pancasila, tak memahami
niali-nilai perjuangan bangsa.
Dari
sekian penjabaran tentang pentingnya sejarah, kita menjadi sadar betapa penting
sejarah untuk dipelajari, diamalkan, dan dilestarikan. Besar tanggung jawab
kita untuk bersama-sama mengemban tugas kewajiban kita sebagai warga negara.
Bapak Proklamator, Presiden Republik Indonesia pertama pernah mengatakan ‘Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya’
Seorang
ulama seklaigus akademisi KH. Agoes Ali Masyhuri berkata ‘Umat yang tidak
memiliki sejarah, tidak punya sejarah, pasti tidak memiliki masa depan’ Ia
pun mengungkapkan jika umat tidak mau mengambil pelajaran dari sejarah,
bersiap-siaplah digulung untuk digulung oleh sejarah itu. Dalam prespektif
Islam sendiri, Al Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam menunjukkan
pentingnya arti sejarah, Al Qur’an mengabadikan 1600 ayat dan 35 surat yang
berbicara tentang sejarah hampir seperempat dari Al Qur’an berisi tentang
sejarah (Ali : 2019)
Sedangkan
dalam hadits yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai pentingnya
belajar dari sejarah atau kesadaran sejarah Nabi bersabda “Barangsiapa yang
hari sekarangnya lebih baik daripada hari kemarin maka dia termasuk orang yang
beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan hari kemarin maka dia adalah
orang yang merugi. Barngsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada
harinya kemarin maka dia terlaknat” meskipun riwayat hadits ini lemah, hadits
ini menunjukkan perintah dan himbauan Rasulullah untuk ummatnya agar terus
menjadi diri yang lebih baik dengan belajar dan berkaca dari masa lampaunya,
tidak statis, mengulangi kesalahan yang sama apalagi jika sampai melakukan hal
yang lebih buruk dari yang pernah dilakukan sebelumnya.
Penulis
berharap semoga tulisan ini membawa manfaat bagi pembaca semua, semoga para
pembaca dapat menyadari betul betapa pentingnya sejarah. Tidak hanya sadar
namun juga mengambil langkah konkret untuk mempelajari, melestarikan,
mengamalkan, serta menyalurkan sejarah. Bukan hal yang mudah apalagi di tengah
godaan bersantai-santai yang sangat mendukung untuk menjadi tidak produktif dan
tidak memedulikan sejarah. Dengan niat yang kuat, dan ridho sang kuasa penulis
yakin jalan kemudahan akan terbuka, seperti bunyi ayat dalam Al Qur’an Asy
Syarh ayat 5 fa inna ma’al usri yusran ”Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan ada kemudahan”
Masa
depan bangsa ini berada dalam genggaman pemudanya, para pemuda inilah yang
nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa mendatang, bagaimana akan
memimpin dan memajukan bangsa ini, apabila ia tidak mememahami, dan menghayati
sejarah ?
Wa
Allahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Tharieq
By: Arikah
Mayari
Belum ada Komentar untuk "MENGHANCURKAN BANGSA LEWAT MEMBUTAKAN SEJARAH RAKYAT"
Posting Komentar