Bagaimana Permainan Tradisional Mulai Terlupakan?

Perubahan zaman tidak terasa telah menjadikan permainan-permainan
tradisional kita menjadi terasingkan, terlupakan, dan bahkan telah ditinggalkan
oleh generasi masa kini. Padahal permainan tradisional merupakan salah satu
bagian dari budaya Indonesia. Sangat jarang atau bahkan hampir tidak ditemukan
lagi anak-anak yang asyik dengan permainan tradisional. Sekarang, mereka lebih
akrab dengan gadget, smartphone, dan video game.
Daripada memainkan permainan tradisional bersama-sama teman
sepantaran, anak-anak masa kini cenderung lebih asyik dengan dirinya sendiri.
Menikmati tontonan di youtobe selama berjam-jam, dan tidak sedikit dari
mereka yang sudah terbiasa dengan media sosial seperti facebook, whatsAap,
instagram, twitter, atau pun sejenisnya. Permainan tradisional seakan sudah
tidak memiliki daya pikat lagi bagi mereka untuk dimainkan.
Jika kita bandingkan antara permainan tradisional dengan permainan
modern, sebenarnya permainan tradisional cenderung lebih variatif dan menantang
untuk dimainkan. Tubuh banyak bergerak, otak ikut berfikir, dan emosi pun ikut
terlibat. Sedangkan permainan modern cenderung membuat diri seseorang lebih
pasif bergerak, meski secara fikiran dan emosi juga ikut terlibat. Sehingga tidak
mengherankan jika banyak anak-anak di era modern ini yang hidupnya lebih
individualis dan tidak mau/ enggan untuk bersosialisasi. Sangat jauh berbeda
jika dibandingkan dengan kehidupan anak-anak tempo doeloe.
Beragam permainan tradisional itu sangat diminati karena jaman
dahulu belum secanggih saat ini. Dimana sekarang ini hampir semua permainan
bisa dimainkan di sebuah smartphone saja. Coba bayangkan dulu di era
90-an dari anak-anak hingga orang dewasa pasti mereka selalu bermain dengan
cara tradisional, tetapi memberi kesan yang tidak bisa dilupakan hingga
sekarang. Dengan adanya permainan tradisional, dapat mengasah anak-anak menjadi
lebih kreatif. Tak hanya itu , dengan bermain berbagai macam permainan
tradisional juga dapat menggugah kekompakan dan sikap gotong royong.
Kilas balik ke masa kecil, kalian semua pasti tidak asing dan
pernah bermain dengan berbagai macam permainan tradisional. Berikut adalah
deretan permainan tradisional yang bisa bikin nostalgia, yaitu :
1.
Conglak
Congklak
atau yang dikenal dengan nama Dhakon di Jawa ini merupakan permainan
tradisional yang biasa dimainkan oleh dua orang. Cara memainkannya adalah
dengan adu strategi dalam menempatkan semua biji congklak. Pemain yang paling
banyak mengumpulkan biji congklak, maka dia berhasil sebagai pemenang.
2.
Lompat Tali
Permainan lompat tali
adalah permainan yang terbuat dari karet atau
tambang ini biasa dimainkan oleh anak perempuan atau laki-laki berjumlah paling
banyak 10 orang. Bermain lompat tali dapat mengasah konsentrasi karena harus
fokus agar bisa melompati tali dengan tinggi yang berbeda-beda. Pemain yang
bisa melewati semua ketinggian lompat tali, maka menjadi pemenangnya.
3.
Engklek
Engklek
atau sunda manda merupakan salah satu permainan tradisional yang populer di
Indonesia. Tak hanya dimainkan oleh anak perempuan, anak laki-laki pun biasa
memainkannya.
Cara
bermainnya adalah dengan membuat sembilan kotak yang digambar dengan kapur terdiri
dari tiga buah kotak horizontal, disambung tiga kotak vertikal, ditambah satu
kotak di atasnya, dan terakhir dua kotak di horizontal. Satu per satu pemain
melompati kotak tersebut menggunakan satu kaki. Jika kaki menapak maka harus
menaruh batu di salah satu kotak terakhir sebagai tanda untuk memulai giliran
kembali.
4.
Gobak Sodor
Gobak
sodor yaitu permainan yang biasa dimainkan di lapangan dan memerlukan
kekompakan dalam sebuah kelompok. Permainan ini berbentuk kotak yang biasanya
ada 4 kotak atau 6 kotak. Permainan ini terdiri dari dua kelompok yang berbeda,
ada yang sebagai penjaga dan ada yang harus meloloskan diri dari penjaga.
Cara
bermainnya kelompok penjaga berdiri di garis yang sudah ditentukan, sedangkan
lawan harus bisa masuk ke kotak dengan syarat tidak boleh tersentuh oleh
penjaganya.
5.
Ular Naga
Permainan ular naga
merupakan permainan ini dimainkan sekitar 5 sampai
10 orang atau lebih dengan menyanyikan lagu “Ular naga panjangnya bukan
kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang
lezat, itulah yang dicari. Ini dianya yang terbelakang.”
Cara
bermainnya adalah dengan menyanyikan lagu tersebut dan jika lagu berhenti, maka
anak yang berhenti pada lagu tersebut pun akan ditangkap.
6.
Petak umpet
Petak umpet adalah jenis permainan yang memerlukan
kesiagaan. Anak yang sedang berjaga dapat mematikan lawan yang bersembunyi apabila
sudah mengetahui letak lawan dengan menyebut namanya dan memegang tempat
pertahanannya. Namun selain mempertahankan tempat tersebut penjaga juga harus
mencari anak lainnya yang bersembunyi, sampai semua anak di temukan.
7.
Bola bekel
Permainan bola bekel
biasanya diamainkan oleh anak-anak perempuan. Akan tetapi tidak salah jika anak
laki-laki juga ikut memainkannya. Untuk dapat
memainkan permainan bola bekel ini perlu disiapkan bola bekel dengan empat,
lima, atau bahkan enam biji. Permainan ini ada beberapa step, mulai
dari step mengambil satu biji bekel sampai enam bekel. Setelah
selesai semua step, maka jika ada yang berhasil memenangkan step terlebih
dahulu dijadikan pemenang.
8.
Kelereng
Kelereng
bentuknya bulat seperti kaca bening dengan berbagai motif dan biasanya yang
memainkan ini adalah anak laki~laki. Untuk memainkan permainan ini cukup mudah
karena hanya menyentil kelereng dan harus mengenai kelereng lawan. Jika kena,
maka kelereng lawan akan menjadi milik kita. Saat ini sudah jarang yang memainkan
permainan kelereng karena sudah jarang menemukan penjual kelereng.
9.
Bentengan
Permainan
benteng atau bentengan adalah permainan yang melibatkan dua grup, terdiri dari
4-8 orang. Masing-masing kelompok harus menentukan sendiri benteng mereka,
seperti tiang, pohon, batu, atau apapun seau kesepakatan bersama. Kelompok yang
keluar sebagai pemenang, berhasil menyentuh benteng lawan sambil berteriak,
"Benteng!".
10.
Gasing
Gasing
termasuk mainan tertua di Indonesia yang terbuat dari kayu. Ketika berputar, gasing
bertumpu pada satu titik di porosnya. Permainan gasing dibedakan menjadi adu
bunyi, adu putar, dan adu pukul. Cara memainkannya dengan gasing dililitkan
pada tali lalu lempar gasingnya ke tanah, gasing yang berputar paling lama akan
keluar sebagai pemenang.
11.
Egrang atau Engrang
Egrang, engrang atau ada pula yang menyebutnya dengan sebutan
jangkungan adalah sebuah tongkat panjang yang terbuat dari bambu di mana
seseorang bisa berdiri di atasnya, kemudian berjalan dalam jarak atau waktu
tertentu. Permainan egrang ini sebenarnya cukup unik dan cukup menguras tenaga.
Karena dalam permainan ini, para pemain dituntut agar bisa terampil dalam
menjaga keseimbangan tubuh dan berjalan dengan stabil di atas tongkat kayu yang
panjang.
Sebutan untuk permainan egrang ini di setiap daerah berbeda-beda.
Di Kalimantan disebut dengan Batungkau, di Jawa Tengah disebut dengan
Jangkungan, sedangkan di Sumatra Barat disebut dengan sebutan Tengkak-tengkak.
Namun, sebagian besar masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Egrang atau
Engrang. Dan masih banyak lagi permainan tradisional lainnya yang tidak bisa
dijelaskan satu persatu.
Nah, agar permaian-permainan tradisional tersebut tidak semakin
punah seiring berjalannya waktu, maka saat ini di salah satu desa di kecamatan Krian,
Sidoarjo, tepatnya di desa Kwangen, jalan Junwangi nomer 43C, terdapat sekolah
yang bernama Sekolah Dasar Antawirya (Antawirya Islamic Javanese
School). Di sekolah tersebut memiliki beberapa keunikan dari sekolah
lainnya, diantaranya sekolah ini menitik beratkan pada unsur islami dan unsur
jawa. Sesuai dengan visinya yang berbunyi : “Terwujudnya
murid yang berprilaku islami, Cinta tanah air, berkearifan lokal dan berwawasan
global.”
·
Berperilaku Islami
Berperilaku islami maksudnya yaitu para siswa dididik
dan dibiasakan untuk menerapkan kewajiban dan sunnah - sunnah yang telah
diajarkan oleh Rosulullah, diantaranya yaitu : mereka dibiasakan untuk sholat
berjamaah, sholat dhuha, mengaji setiap pagi, dan menerapkan ajaran-ajaran
Rosul yang telah terdapat dalam hadis, misalnya dilarangnya makan dan minum
sambil berdiri, dan lain sebagainya.
·
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air maksudnya yaitu para siswa diajarkan
untuk mencintai tanah air dengan cara mengikuti upacara bendera pada setiap
hari senin dan pada moment-moment tertentu. Selain itu para siswa juga
dikenalkan dengan budaya-budaya Indonesia agar mereka lebih mencintai dan
mengetahui tentang kebudayaan dan keberagaman Indonesia.
·
Berkearifan Lokal
Berkearifan lokal maksudnya yaitu para siswa dikenalkan
dengan dolanan tradisional. Mereka diajak untuk lebih mengenal budaya mereka
dan sejenak melupakan gadget yang pada era ini sudah tidak bisa terelakkan
lagi. Bahkan anak-anak kecil lebih gandrung dan menyukai permainan atau
game-game online yang terdapat pada smart phone milik orang tua mereka
daripada dolanan tradisional. Maka dari itu sekolah SD Antawirya ini mencoba
untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali budaya permainan tradisional yang
hampir terlupakan karena telah tergerus oleh perkembangan zaman.
·
Berwawasan Global
Berwawasan global artinya para siswa diajak untuk
mengarungi dan mengeksplorasi pengetahuan umum dengan cara pembelajaran di
dalam kelas dan di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas, seperti misalnya
mengadakan kunjungan industry, kunjungan ke peternakan, kunjungan ke musuem,
kunjungan ke fun tech, kunjungan ke candi, dan lain sebagainya.
Nah, dari visi SD Antawirya tersebut, dapat
disimpulkan bahwa permainan tradisional menjadi penting bagi mereka. Bahkan
permainan trdisional atau biasa disebut dengan dolanan menjadi mata pelajaran
wajib di SD tersebut. Lantas mengapa SD Antawirya menjadikan dolanan menjadi
mata pelajaran wajib? Ya, itulah salah satu ikhtiar para guru dan pendiri SD
Antawirya agar permainan tradisional tidak semakin punah pada era digital 4.0
yang serba canggih ini. Selain itu, permainan tradisional juga sangat baik jika
dihubungkan dengan pembelajaran pada anak-anak. Banyak sekali manfaat permainan
tradisional dalam pendidikan. Seperti halnya permainan tradisional dapat
meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain :
1. Aspek
motorik yang dapat melatih daya tahan, sensori-motorik, motorik kasar, dan
motorik halus.
2. Aspek
kognitif yang dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, strategi, pemecahan
masalah, antisipatif, dan pemahaman konsektual.
3. Aspek
emosi mampu mengasah empati, pengendalian diri, dan katarsis emosional.
Permainan tradisioanl meningkatkan gerak motorik anak
yang mampu menstimulus pertumbuhan otot dan otak menjadi lebih baik. Otot dan
otak mampu bekerja sama secara seimbang sehingga dengan sendirinya mampu
mendorong peningkatan kecerdasan anak dalam berpikir. Selain itu, permainan
tradisional mampu meningkatkan interaksi sosial yang berpengaruh pada kemampuan
berkomunikasi anak. Sikap saling menghargai, dan sportivitas melalui
aturan-aturan yang ada dalam permainan sehingga anak mampu mengendalikan emosi
dan juga sikap empati antarsesama.
Oleh karena itu, pembentukan karakter anak dapat
dilakukan melalui permainan tradisional. Untuk mengatasi lunturnya permainan
tradisional di kalangan anak-anak pada zaman modern ini, perlu dilakukan upaya
pelestarian permainan tradisional dengan cara mengintegrasikannya ke dalam
kurikulum pembelajaran. Namun, pengintegrasian itu harus sesuai dan tepat
sasaran. Memang tidak mudah dan diperlukan waktu agar anak-anak dapat memahami
kembali pentingnya permainan tradisional.
Selain itu, tugas kita juga sebagai generasi muda
bangsa Indonesia untuk menjaga dan melestarikan budaya dolanan tradisional ini.
Kita kenalkan budaya permainan ini ke adik-adik dan saudara kita agar tidak
sampai punah. Mari kita hidupkan kembali permainan tradisional yang telah punah
ini.
Belum ada Komentar untuk "Bagaimana Permainan Tradisional Mulai Terlupakan?"
Posting Komentar