Bagaimana Pendidikan Karakter di Bangun?

Apa itu karakter?
Karakter berasal dari Bahasa latin “charassein”
yang memiliki arti mengukir, membuat tajam, atau membuat dalam. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sifat-sifat kejiawaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dapat diartikan bahwa yang dinamakan karakter
adalah sifat bawaa, hati, kepribadian, budi pekerti, perilaku, tabiat,
tempramen atau watak. Menurut Imam Al-Ghazali, karakter memiliki kedekatan dengan kata akhlak, yang
berarti sesuatu yang ada dalam diri manusia yang tanpa direncanakan terlihat
dalam sikap atau perbuatan manusia, karena telah menjadi satu dengan diri
manusia tersebut.
Lalu, apakah karakter
muncul begitu saja seiring pertumbuhan anak? Karakter bukanlah bakat atau
bawaan lahir seorang anak, melainkan suatu hasil latihan atau pembiasaan
didikan yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan seorang anak yang
dilakaukan secara terus-menerus atau konsisten. Untuk menanamkan
karakter-karakter yang positif kepada anak, orang tua perlu mengetahui dan
memahami karakteristik anak terlebih dahulu, barulah kemudian dapat menentukan
pola asuh seperti apa yang cocok untuk diterapkan dalam mendidik anaknya. Sebab
masing-masing anak adalah spesial dengan kelebihan dan kekurangan yang ada pada
dirinya.
Pada perkembangan
zaman saat ini, banyak sekali kita dengar berita-berita di televisi dan laman
berita online bahwa banyak sekai kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak
dibawah umur. Mulai dari kasus pencurian, pelanggaran peraturan lalu lintas,
bahkan parahnya kasus pelecehan seksual, dan pembunuhan. Akan seperti apa masa
depan bangsa ini jika generasi penerusnya sangat memprihatinkan, semua perilaku
tidak pantas ini menjadi peringatan keras untuk para orang tua dan para
pendidik, juga masyarakat luas, perlu diperhatikan bahwasannya pendidikan
karakter harus dimulai sejak usia dini, masyarakat sebagai penanggung jawab
pendidikan pun memiliki peran yang besar untuk turut serta menyukseskan
pendidikan karakter sejak usia dini, sebab anak-anak tumbuh dan berkembang di
lingkungan masyarakat.
Komunikasi yang baik
antara orang tua, pendidik (guru) di sekolah, dan masyarakat sangatlah
diperlukan, karena lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tempat
bagi anak-anak untuk tumbuh, belajar banyak hal, dan bersosialisasi
sehari-hari. Sayangnya masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwasannya
siswa dengan nilai yang rendah dipelajaran umum langsung dinilai bodoh, bahkan
oleh gurunya sendiri. Hal ini dapat membunuh karakter anak tersebut, ia akan
berpikir bahwa dirinya bodoh, berkecil hati, dan kurang percaya diri dalam
bergaul serta menumbuhkan kemampuan yang dia miliki.
Setiap anak memiliki keistimewaan
tersendiri, oleh sebab itu kita tidak dapat hanya menilai seorang anak itu
bodoh hanya dengan melihat nilai matematikanya saja, sebab tidak semua anak
ahli dalam matematika, juga tidak semua anak ahli dalam menggambar. Maka tugas
kita sebagai seorang pendidik adalah membantu mengarahkan anak untuk menemukan
bakatnya dan mengasah kemampuan yang ia miliki agar anak tersebut merasa nyaman
dan dapat mengembangkan kemamuannya dengan rasa percaya diri, sebab merasa
sangat didukung dan diterima dengan sebagaimana adanya.
Apabila kita sebagai
pendidik terus-menerus disibukkan dengan pelajaran yang berpatokan dengan nilai
angka sebagai indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,
dampaknya kita lupa dengan pendidikan moral atau pembentukan karakter yang tak
kalah penting. Pendidikan karakter
sangat diperlukan untuk diajarkan sejak dini, sebab katakter merupakan dasar
atau fondasi yang kuat bagi anak untuk menghadapi berbagai tantangan hidup yang
akan mereka hadapi di masa depan. Beberapa kasus ditemukan, bahwa disuatu
sekolah sangat menuntut setiap siswanya mendapatkan nilai yang bagus saat ujian
nasional, hingga pihak sekolah memberikan bocoran dan memperbolehkan siswanya
untuk mencontek saat ujian. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan, sebab anak
yang harusnya dididik untuk percaya diri dan jujur malah diberikan contoh yang
buruk yaitu berbuat curang dalam ujian.
Apabila karakter baik
yang ditanamkan, maka seorang anak akan berpikir secara positif, dan
menghasilkan mnetal yang tangguh, pantang menyerah, dan bertanggung jawab dalan
setiap keputusan yang diambil, anak akan terbiasa mengontrol emosinya dan fokus
dalam meraih tujuan. Pendidikan karakter diharapkan akan membuat anak dapat
bersaing secara sehat, mandiri, dan dapat diandalkan dimanapun mereka berada.
Dalam lingkungan yang lebih luas, mereka diharapkan dapat menjadi pemimpin yang
bijaksana dan amanah.
Siapakah pihak yang
bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter seorang anak? Karakter
didapatkan dari pola asuh yang berkelanjutan, maka untuk membentuk karakter
anak yang positif diperlukan pola asuh yang positif pula, dan dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan. Anak adalah seorang penru yang luar biasa,
oleh karena itu sebagai orang tua harus memberikan contoh perilaku yang baik
agar dapat diteladani oleh seorang anak. Jika kita ingin anak kita memiliki
sikap yang optimis dan percaya diri, maka kita juga harus menunjukkan sikap
yang optimis dan percaya diri setiap harinya. Semakin baik karakter yang kita
contohkan kepada anak, semakin baik pula karakter yang akan dimiliki oleh anak
kita.
Pihak pertama yang
bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter pada anak yaitu orang tua,
lingkungan keluarga adalah tempat dimana anak tumbuh dan berkembang, banyak
waktu pada masa anak-anak dihabiskan bersama keluarganya, oleh karena itu
tempat belajar pertama seorang anak adalah keluarga. Sebagai orang tua, sudah
seharusnya memberikan contoh perilaku-perilaku yang positif kepada anak, serta
berhati-hati dalam berkata dan bertindak dihadapan sang anak, karena tanpa
disadari, anak selalu memperhatikan kemudian menirukan apa yang biasa dilakukan
oleh orang tuanya.
Orang tua, khususnya
seorang ibu adalah sosok pertama yang ditemui seorang anak ketika lahir di
dunia ini, ibu adalah guru pertama seorang anak, tokoh yang memegang peranan
penting dalam keluarga, ibu diharapkan dapat mendampingi anak-anak belajar
mengenai kehidupan. Hendaknya seorang ibu mendampingi anak dalam setiap
kegiatannya, dan responsive dalam menanggapi setiap kebutuhan anaknya, misalnya
saat anak mengalami kesulitan dan membutuhkan tempat untuk bercerita. Orang tua
juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak sejak usia dini, contohnya dengan
memberikan tanggung jawab ringan secara bertahap, sesuai usia anak. Orang tua
dapat memberikan tugas kecil, mulai dari membereskan mainan, membersihkan
kamar, menyapu rumah, dan lain-lain, hal ini untuk menyalurkan energi anak-anak
pada kegiatan yang positif.
Kegiatan ringan yang
dilakukan sehari-hari, seperti membersihkan rumah merupakan salah satu cara
untuk melatih karakter anak. Anak belajar untuk disiplin, mandiri, dan tangguh,
dalam kegiatan sehari-hari rumah haruslah memiliki suasana yang nyaman dan
positif, dimana anak-anak akan merasa dilindungi, disayang, dan dapat belajar
banyak didalamnya. Semakin positif suasana yang ada dirumah, maka semakin bagus
karakter yang terbentuk dalam diri seorang anak.
Pihak kedua yang juga
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan karakter yaitu lingkungan.
Dalam aktifitas sehari-hari, seorang anak tidak mungkin hanya menghabiskan
waktunya dengan keluarga saja, tetapi juga akan bersosialisasi dengan orang
lain yang ada di sekitarnya, seperti teman sebaya dilingkungan rumah, dan
teman-teman sekolah dimana anak-anak belajar ilmu-ilmu baru. Sehingga tidak
menutup kemungkinan saat anak pulang dari sekolah, mereka akan mengetahui
hal-hal baru, bahkan kosa kata baru yang akan dengan bangga mereka tunjukkan
kepada orang tuanya. Saat bersosialisasi dengan teman-temannya, anak akan
menemui hal-hal baru yang mungkin tidak ia temui dalam keluarganya, sebab
masing-masing orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Oleh karena,
tugas kita sebagai orang tua yaitu senantiasa memperhatikan, dengan siapa anak
kita betteman, bila perlu kita pun juga ikut bersosialisasi dengan para orang
tua untuk saling mengenal dan berbagi pengalaman dalam mengasuh anak.
Selalu memantau dan memperhatikan
perkembangan anak adalah kewajiban setiap orang tua, dimulai dari memilihkan
tempat bermain dan belajar untuk anak memulai pendidikan diluar lingkungan
keluarga. Ketika memilihkan sekolah untuk anak, tentu saja kita sebagai orang
tua perlu mempertimbangkan usia dan karakter anak itu sendiri. Keinginan anak
juga perlu dijadikan bhaan pertimbangan agar anak tetap merasa senang saat
belajar diluar rumah, tanpa perlu merasa terpaksa, atau bahkan tersiksa dengan
kemauan orang tua. Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk meluangkan waktu
untuk mendengarkan cerita anak tentang kegiatan sehari-hari, hal itu penting
untuk menunjukkan sifat terbuka pada orang tua.
Jika anak tidak dapat
terbuka pada orang tuanya, dikhawatirkan akan mencari orang lain untuk dapat
mendengarkan ceritanya, dan ketika terdapat masalah, anak akan mendapatkan
saran yang kurang baik dari orang lain tersebut. Apabila seorang anak kurang
terbuka kepada orang tuanya, maka orang tua bisa memancing dengan menceritakan
pengalamannya ketika masih kecil, saat seusia dengan anaknya. Anak-anak sangat
menyukai cerita-cerita semacam itu. Ketika anak mengalami kesulitan, entah itu
bertengkar dengan temannya disekolah, atau bahkan anak kurang menyukai
pelajaran atau bahkan gurunya disekolah, sebagai orang tua harus mengarahkan
anak untuk membuat keputusan dengan bijaksana.
Kapan waktu yang tepat
untuk memulai pendidikan karakter? Menurut beberapa sumber, usia produktif yang
baik untuk pendidikan karakter yaitu usia 3-10 tahun. Akan tetapi, pendidikan
karakter dpat dimulai sedini mungkin, melalui hal-hal kecil sesuai dengan usia
anak. Anak yangberusia satu tahun sangat senang bermain, maka orang tua dapat
memulai pendidikan karakter mulai dari merapihkan mainana, menjaga mainan agar
todak kotor atau rusak, juga dapat memulai pendidikan karakter dari
ceita-cerita dongeng yang mudak dipahami oleh anak, dan terdapat pesan moral
untuk diteladi oleh anak.
Sehingga pada saat
anak sudah lebih besar dan mengetahui hubungan sebab-akibat, maka rasa tanggung
jawab akan tumbuh pada diri anak, contohnya apabila tidak menjaga kebersihan,
akan menimbulkan penyakit. Maka bentuk tanggung jawab anak yaitu senantiasa
menjaga kebersihan dimanapun mereja berada, dan tugas orang tua yaitu untuk terus
memberikan contoh yang baik, agar karakter yang positif terus melekat pada diri
anak.
Maka dari itu, untuk
mencegah pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang lainnya, pendidikan karakter
sangatlah diperlukan, menanamkan nilai-nilai yang positif sejak anak usia dini
sangatlah berpengaruh dengan perkembangan anak, pola berpikirnya, dan tingkah
laku yang ditunjukkan sehari-hari. Pendidikan karakter bukan hanya tugas
sekolah untuk mengajarkannya pada seorang anak, akan tetapi pendidikan karakter
juga merupakan tugas orang tua untuk dapat memulai menamkan nilai-nilali yang
positif sejak usia dini, sebab orang tua adalah makhluk yang pertama kali
bersentuhan dengan anak sejak ia baru dilahirkan di dunia ini.
Memulai pendidikan
karakter dari hal paling sederhana, hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari
akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap perkembagan anak di kemudian
hari. Maka sebagai orang tua dan guru, janganlah merasa bosan untuk memberikan
contoh perilaku yang positif setiap waktu, anak adalah peniru yang sangat ulung,
maka berikanlah contoh perilaku positif setiap waktu.
Tidak banyak yang
dapat penulis sampaikan disini, kritik dan saran yang memotivasi sangat penulis
harapkan. Mari kita sama-sama sukseskan pendidikan karakter demi generasi
penerus bangsa yang bermoral dan berkualitas. Wassalamu’alaikum
By: Dwi Nur Arifah
Belum ada Komentar untuk "Bagaimana Pendidikan Karakter di Bangun?"
Posting Komentar