Bagaimana Problematika Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan?

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan di Negara Indonesia, maka dari itu semua warga Negara Indonesia wajib bisa menggunakan Bahasa Indonesia untuk komunikasi kepada seluruh warga Indonesia. Walaupun di Negara Indonesia terdapat kurang lebih 742 bahasa daerah atau bahasa keseharian dari ber juta juta penduduk atau warga Negara Indonesia, tetapi tetap saja bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan belum mendapat tempat di hati generasi bangsa. Hari kelahiran bahasa Indonesia tanggal 2 Mei juga belum diketahui secara luas. Bahkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran pokok acap kali disepelekan dan dianggap sebagai pelajaran yang paling membosankan.

Negara Indonesia memiliki penduduk sebanyak 123 juta jiwa di pulau jawa dan mempunyai kurang lebih 20 bahasa daerah. Sedangkan di papua terdapat kurang lebih 2 juta jiwa tetapi mereka mempunyai kurang lebih 271 bahasa. Tetap saja bahasa Indonesia menjadi bahasa yang digunakan di seluruh wilayah Negara Indonesia. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan anugerah melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Negara kita adalah negara yang terbentang dari sabang sampai merauke. Terdiri dari beribu pulau, beraneka ragam suku, adat dan budaya yang menjadi satu bagian yaitu negara Indonesia. Setiap suku di negara Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam, dimana setiap suku mempunyai adat istiadat berbeda-beda pula, termasuk cara bertutur (berbahasa).

Penggunaan bahasa dalam satu rumpun kebudayaan yang sama hanya terjadi dalam komunikasi antar masyarakat dalam lingkup daerah tertentu. Seperti masyarakat Padang, menggunakan bahasa Minang untuk berkomunikasi antar sesama orang Padang dan masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk kepentingan komunikasi antar sesama orang Jawa. Hal tersebut menjadi kendala apabila di suatu daerah terdapat kumpulan warga yang berbeda, terdiri dari kumpulan masyarakat dengan latar belakang budaya yang tidak sama. Maka dibutuhkan bahasa yang dapat menjembatani kesulitan berkomunikasi dan sekaligus mempersatukan masyarakat.

Yang menjadi masalah  di Negara Indonesia ini adalah kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang pentingnya berkomunikasi dan mempelajari Bahasa Indonesia. Mengapa demikian? Karena jika ditelusuri lebih lanjut warga Negara Indonesia masih banyak yang belum bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini terjadi dikarenakan mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah masing – masing dan juga kurang mempelajari bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, warga Negara Indonesia khususnya para pelajar dan mahasiswa juga harus diberikan bekal mulai dari sekarang agar bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan diberikannya pelajaran bahasa Indonesia di setiap tingkat sekolah, maka akan menjadikan warga Indonesia menjadi warga yang cerdas dan berbahasa. Jika dilihat dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP) murid – murid masih terlihat kurang meguasai bahasa persatuan ini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jika dilihat dari hasil  unas pada tahun ke tahun mengalami penurunan yang lumayan drastis. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran anak- anak yang harus lebih ditingkatkan kembali.

Bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib yang harus dilampaui dalam Ujian Nasional (UN). Karena setiap hari menggunakan Bahasa Indonesia, anggapannya semua siswa mampu melewati UN mata pelajaran ini dengan gampang. Namun kenyataanya justru berbanding terbalik. "Untuk SMP negeri dan swasta, di tahun 2016 dengan jumlah sekolah 890 rata-rata kita 65,05. Tahun 2017 dengan jumlah sekolah yang menggunakan UNBK ada 8.882 rata-rata hasilnya 55,51, sedangkan untuk tahun 2018 dengan jumlah 17.760 sekolah kita mencapai rata-rata 52,96," kata Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno, saat memaparkan hasil UNBK SMP di Perpustakaan Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (28/5/2018).

Sebuah hasil tentu didapatkan dari sebuah proses. Jika dalam konteks akademik, maka proses yang dimaksud ialah kegiatan belajar-mengajar di kelas. Maka jika nilai UN bahasa Indonesia mengalami performa buruk, proses belajar-mengajar di kelas patut dicurigai sebagai sebabnya. Kenyataan ini harus menjadi bahan renungan dan evaluasi khususnya bagi guru-guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bagaimana bisa terjadi, ini adalah bahasa resmi nasional kita. Dalam kegiatan belajar mengajar bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar komunikasi. Namun, setelah diujikan secara nasional ternyata, hasilnya paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Pasti ada masalah atau hal yang tidak tepat. Kenyataan ini harus disikapi secara obyektif untuk dicarikan solusinya secara tepat. Jika tidak, maka keterpurukan ini akan terus berlangsung.

Terlepas dari masalah teknik pengerjaan, sebenarnya akar masalah tetap terletak pada minimnya budaya membaca dan menulis dan maraknya budaya instan dalam berbagai bidang. Jika membaca dan menulis telah membudaya, panjangnya narasi atau tabel yang disajikan dalam suatu soal ujian tidak menjadi masalah yang berarti. Orang yang telah terbiasa membaca dan menulis akan memiliki seninya sendiri yang memudahkannya mencerap makna dari apa yang dibacanya dengan cepat. Jika kita ingin memudahkan peserta didik dalam menguasai mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka budayakanlah membaca dan menulis sejak dini. Jangan sampai peserta didik lebih dulu asyik mengakses internet sebelum terbiasa membaca dan menulis, karena akan semakin meningkatkan budaya instan dalam masyarakat.

Kita calon penerus bangsa sangat harus dengan bangga mempelajari bahasa Indonesia dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh untuk menambah lagi pengetahuan tentang bahasa Indonesia yang kita miliki. Dan mempelajari bahasa Indonesia juga bentuk dari kecintaan kita terhadap tanah air.Jika saat ini masih ada yang berfikir mempelajari bahasa Indonesia adalah kuno, membuang- buang waktu, hanya sebagai formalitas, tentu itu salah besar karena tidak ada ruginya kita mempelajari lebih dalam tentang bahasa yang kita miliki karena kita akan mendapat manfaat dan mampu membantu kita dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari atau pun membantu kita memahami istilah-istilah yang sebelumnya belum kita ketahui dari bahasa Indonesia. Beberapa manfaat yang menambah pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi pada bahasa Indonesia dengan baik dan benar, melestarikan dan mengembangkan budaya, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi , dan seni berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, dan membantu menyampaikan pendapat dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan sopan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.brilio.net/serius/nilai-bahasa-indonesia-menurun-dari-tahun-ke-tahun-ini-alasannya-171020n.html

By: Tina Yulianti

Belum ada Komentar untuk "Bagaimana Problematika Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel