BAGAIMANA CARA MENYIKAPI MURID YANG BELUM LANCAR MEMBACA?
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan sesuatu hal yang wajib ditempuh oleh setiap manusia. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[1]
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi dalam diri
manusia melalui kegiatan belajar mengajar. Salah satu penunjang terbesar akan
berhasilnya suatu pembelajaran yakni adanya minat belajar dalam diri peserta
didik. Tumbuhnya minat belajar dalam siswa dapat diciptakan dengan adanya
motivasi dalam belajar.

PEMBAHASAN
Membaca
merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah Dasar ke kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca
dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang
pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca
sebagai suatu menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui
kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan
karakteristik anak yang masih senang bermain.
Pembelajaran
membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan kelas-kelas awal dan kelas-kelas
tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut pelajaran
membaca dan menulis permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi di sebut
pelajaran membaca dan menulis lanjut. Di era sekarang ini banyak sekali murid
SD yang kurang lancar dalam membaca. Ada
beberapa klasifikasi untuk menggolongkan gangguan belajar pada diri anak.
Kesulitan belajar yaitu kesulitan dalam membaca.
Setiap pulang
dari sekolah, Rendi pasti cemberut. Ibunya cukup prihatin dengan kondisi ini.
Ketika ditanya ibunya, Rendi berkata bahwa ia tidak suka dengan gurunya. Ibunya
kemudian berusaha untuk membicarakan hal ini dengan gurunya. Guru pun
mengatakan bahwa Rendi sangat menyenangkan kalau di kelas. Namun, Rendi tidak
tidak bisa mengikuti kemampuan teman-temannya. Teman-teman Rendi sudah mulai
bisa membaca , sedangkan Rendi mengenali huruf abjad pun susah. Kasus seperti
Rendi ini adalah salah satu contoh ada anak yang kelihatan biasa saja
perkembangannya, tetapi mempunyai kebutuhan khusus dalam hal belajar. Kemampuan
membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada
usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuanmembaca, ia akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi yang lain.
Mempersiapkan
anak untuk membaca memerlukan proses yang cukup panjang, tidak bisa langsung
satu bulan penuh dia bisa lancar
membaca. Tahapan demi tahapan harus dilewaati, mulai dari mengenal huruf,
membaca suku kata, membaca kata, lalu membaca kalimat. Anak tidak langsung bisa
mengerti atau memahami makna suatu kata atau kalimat. Misalnya kalimat “Kalau
minum itu duduk!” kalimat ini harus diulang sampai beberapa kali, baru anak itu
faham kalau minum itu harus duduk, tidak boleh berdiri. Jadi, tidak benar jika
seorang guru atau orang tua mengeluh, anak sudah diberi kalau membuang sampah
itu harus di tempat sampah, tetapi masih bertanya, dibuang ke mana.
Menurut Hornsby,
anak baru memahami makna suatu kata setelah sekitar 500 kali ia mendengar kata
tersebut. Jadi, wajar jika anak mengulang pertanyaan mengenai hal yang belum ia
pahami meskipun orang tua sudah menjawabnya sampai 200 kali. Factor-faktor yang
yang memengaruhi kemampuan membaca pada anak adalah :
- Perkembangan
bicara
- Perhatian/konsentrasi
- Motivasi
kuat
- Kemampuan
visual
- Kemampuan
motoric
- Kematangan
emosi
- Kemampuan
mendengar
Biasanya anak
diajarkan membaca itu pada akhir sekolah TK, ketika anak akan siap masuk SD. Namun,
ada pula yang di awal kelas 1 SD baru tahap permulaan belajar membaca, bahkan
anak-anak tertentu baru belajar membaca pada usia 8 tahun. Anak yang sulit
membaca biasanya terlihat dari gerakannya saat membaca, ada yang tegang, gugup,
bahkan ada yang menangis ketika disuruh membaca. Anak sering mengalami
kekeliruan dalam mengenal kata-kata sehingga untuk memahami kalimat pun jauh dari harapan. Sering
terjadi antara kalimat yang ditanyakan dan jawaban tidak cocok. Beberapa
ciri-ciri khusus anak yang sulit membaca diantara sebagai berikut:
- Memori visual (penglihatan) dan auditorial (pendengaran) yang miskin
- Kelemahan memori jangka pendek dan jangka panjangan
- Kesulitan mengingat hari dalam satu minggu dan waktu
- Kesulitan membedakan kanan dan kiri
- Kurang koordinasidan keseimbangan
- Sulit mengeja kata dan huruf.
- Kurang bisa membaca symbol bunyi
- Lemahnya kemampuan berfikir konseptual.
Bagaimana
membantu anak yang berkesulitan dalam membaca agar lebih baik kemampuannya?
Melakukan pendekatan pada anak sesuai dengan karakteristiknya sangat
diperlukan. Pendekatan disarankan adalah “pendekatan multisensory”. Metode
pertama, melatih anak membaca secara utuh cerita yang dibuatnya sendiri. Anak
tidak dikenalkan dengan nama huruf dan bunyinya. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
- Guru atau orang tua menuliskan besar-besar kata yang dipilih oleh ana tersebut, kemudian anak itu menelusuri kata tadi dengan jarinya dan mengucapkannya keras-keras. Jika anak itu salah, ulang terus sampai dia benar dan pertahankan untuk diingankan
- Anak melihat kata yang ditulis guru atau orang tua lalu mengucapkan dan menyalinnya, pertaankan agar kata tersebut diingat anak, baik penulisan maupun pengucapannya.
- Anak belajar membaca kata yang sudah tercetak. Mintalah ia mengucapkan dan menulis, sementara orang tua atau guru memantau, apakah semua kata tadi masih diingatnya.
- Anak mampu mengenal kata baru dengan membandingkan kata-kata yang sudah dikenalnya. Berikan motivasi untuk terus meningkatkan bacaannya.[2]
Ada beberapa langkah
yang dapat diambil yaitu: Untuk membangkitkan minat, perlu anak dirangsang
kecakapannya membaca. Beli buku-buku yang bagus, kemudian orang tua nya
mebacakan. Setelah itu diceritakan kembali pada si anak. Pada anak yang normal,
biasanya keinginan untuk membaca itu segera timbul. Selanjutnya bila
anak telah mau membaca, kita mulai nenperkenalkan huruf-hurif. Dimulai dengan
memperkenalkan huruf-huruf hidup (a, I, u, e, o). mengapa huruf hidup di
dahulukan? Karena huruf-huruf ini serba guna dalam “menghidupkan” huruf-huruf
mati seperti s, r, dan seterusnya. Untuk menggembirakan anak maka buatlah
asosiasi dengan gambar-gambar kepala anak yang dapat ditempeli huruf-huruf
hidup tersebut. Seperti dalam memperkenalkan huruf o, perlihatkan gambar mulut
yang sedang terbuka bulat. Untuk memperkenalkan huruf a, ditunukkangambar mulut
yang terbuka lebar. Lalu mulut terbuka tersebut dihubungkan sedikit, terbentuklah
huruf a. huruf I diperkenalkan dengan anak yang “jijik”, sehingga berbunyi
“hiii”. Pada bunyi tersebut kedua alis akan mendekat, sehingga membentuk huruf
“I”. demikian selanjutnya, huruf u mulut menjorok kedepan dan huruf e mulut
terbuka sedikit. Sebentar saja 5 huruf tersebut oleh anak yang normal telah
terkuasai. Lain kali diajarkan huruf-huruf
m, n, r, l, s. huruf-huruf ini didahulukan karena untuk mengucapkan
huruf-huruf tersebut betul-betul tanpa ada huruf lain yang disuarakan. Contoh:
untuk huruf s didesiskan “sss” , untuk huruf r digetarkan “rrr”, untuk m
digumamkan “mmmm”, dan seterusnya. Hal ini memudahkan proses penggabungan.
Seperti s tambah a disuarakan “sss” tambah “aaa”, hasilnya dengan mudah sa.
Bila anda memperkenalkan lebih dulu huruf b , misalnya, maka akan menemui
kesulitan. Sebab b penyuaraannya mesti menambah suara lain. Yaitu menjadi “ebb”
(ada e-nya) atau “bhh” (ada h-nya). Oleh karena itu menurut pengalaman saya
huruf m, n, r, I, dan s paling tepat untuk diajarkan sehabis huruf hidup.[3]
Belum ada Komentar untuk "BAGAIMANA CARA MENYIKAPI MURID YANG BELUM LANCAR MEMBACA?"
Posting Komentar