Problematika Pembelajaran Fiqih Pada Kelas 2 MI

Belajar Memahami Fiqh


Problematika merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki arti sama dengan permasalahan. Permasalahan disini tidak akan muncul ataupun timbul tanpa adanya sesuatu yang dapat menyebabkan masalah itu sendiri muncul. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah sendiri merupakan suatu mata pelajaran yang termasuk dala pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan pelajaran Pendidikan Agam Islam dalam SD  ini dibagi menjadi beberapa pembelajaran lagi dalam Madrasah Ibtidaiyah yaitu  Pembelajaran Fiqih, Pembelajaran Akidah Ahklak,  Pembelajaran  Qur’an Hadist, Pembelajaran Bahasa Arab,  Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.  Pembelajaran Fiqih sendiri merupakan pembelajaran yang wajib diikuti dan wajib di dapatkan oleh siswa di Madrasah Ibtidaiyah mulai dari kelas kecil kelas I - kelas besar kelas VI. Tidak hanya pada anak MI saja tetapi Fiqih juga diajarkan pada anak yang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA).

Pembelajaran fiqih sendiri merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh semua orang, maka dari itu harus diajarkan sejak dini dengan tujuan mereka memiliki pandangan hidup yang baik dalam melakukan suatu hal karena segala bentuk perbuatan itu harus dilakukan berdasarkan dasar yang benar.  Dengan adanya pembelajaran fiqih kita dapat membentuk anak menjadi pribadi yang lebih baik dengan menganut ajaran agama yang benar.

Pembelajaran fiqih sendiri tidak serta merta menngajarkan pada peserta didik hanya dengan materi karena pada usia 8 tahunan atau pada anak kelas dua mereka juga membutuhkan praktikum atau contoh dalam kehidupan nyata. Memang terdapat beberapa problematika atau suatu permasalahan yang memang besar dalam mengajarkan kepada peserta didik tentang pembelajaran fiqih karena memang kalau memberikan penjelasan maupun media harus dipikir secara benar-benar matang dan harus dipertimbangkan secara tepat karena menyangkut akhirat dan juga kehidupan kedepannya.

Pada kelas dua mereka sangat senang-senang dan juga semangat-semangatnya dalam belajar apalagi ada suatu hal yang baru baik itu pengetahuan ataupun cara guru mengajarkan dengan berbagai media yang diajarkan. Dan pada usia tersebut mereka akan menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan karena memang terdapat pengetahuan baru yang ia dengar. Mereka akan bersikap sangat kritis untuk memecahkan pengetahuan yang mungkin baru mereka ketahui . Mereka akan menanyakan secara detail dan juga suatu pertanyaan yang muncul terlontar pada ucapannya merupakan pertanyaan yang terkadang sangat tidak diduga oleh pengajar. Karena memang mereka membutuhkan kejelasan akan pengetahuan baru, mereka akan berhenti bertanya ketika mereka sudah merasa paham dan juga puas apabila guru tersebut bisa menjelaskan secara detail kepada siswa tersebut

Ketika pengetahuan yang diberikan terjadi kesalahan ataupun kekurangan maka akan berakibat tidak baik pada kehidupan kedepannya, dikarenakan kurangnya pemahaman secara utuh. Sebagian kebanyakan siswa lebih percaya kepada apa yang diucapkan oleh seorang guru ketimbang apa yang diucapkan dengan orang terdekatnya. Mereke lebih giat melaksanakan pengetahuan baru yang diberikan oleh guru ketimbang oleh orang terdekatnya, pada anak usia tersebut ketika pengetahuan baru diberikan maka mereka langsung menerapkan dengan suatu perbuatan ataupun tingkah laku begitu juga mereka akan bercerita kepada orang terdekatnya.

Dengan adanya hal tersebut maka akan muncul suatu problematika (permasalahan) yang awalnya bersifat kecil akan berakibat tidak baik. Mulai dari penjelasan yang kurang tepat begitu juga media pembelajaran yang memang susah dibuat dikarenakan berkaitan dengan kehidupan sehari hari dan juga akhirat dan juga contoh yang diberikan kurang mendukung argumen dalam penjelasan.

Suatu problematika itu muncul karena adanya kesalahan, tetapi problematikan tidak akan muncul apabila tidak ada penyelesaian dan juga pendapat yang benar. Maka dari setiap problematika yang muncul maka akan ada jalan keluarnya. Sebelum pembelajaran fiqih sebagai pengajar harus mempertimbangkan dan harus belajar agar dapat tersampaikan secara baik pada anak anak didiknya. Tetapi semaksimal apapun dalam menyampaikan pasti ada suatu problematika yang memang muncul dengan penyelesaian.

Dalam  membuat suatu media harus disesuaikan dengan materi dan dalam suatu pembelajaran guru harus yakin dalam menerangkan media tersbut. Terdapat contoh, seorang anak itu bertanya dimana Allah? apabila kita menunjukkan wujud Allah maka tidak akan bisa , apabila kita hanya bilang “Allah disana, jauh tempatnya di atas langit” itupun juga akan menimbulkan suatu permasalahan yang lebih besar. Dalam hal tersebut terdapat beberapa problematika, ketika kita menjawab seperti itu maka di benak mereka Allah di atas langit, ketika ia memaksa ingin bertemu dengan Allah, ia akan berpikir kalau semisal menaiki pesawat, pesawat itu terkadang ada diatas awan, dan ketika menaiki gunung ada juga beberapa gunung yang tingginya mencapai atas awan. Mereka akan akan memaksa melakukan hal itu, dan ketika dilakukan maka mereka tidak bertemu dengan Allah maka akan timbul kekecewaan dan juga rasa tidak perecaya lagi.

Padahal sebenarnya Allah tidak diatas awan saja, Allah ada dimana mana, Allah mengetahui kita, tetapi kita tidak mengetahui Allah. Bisa juga guru menjawabnya dengan beberapa contoh semisal, “ terdapat bulpoin dan yang memiliki bulpoin itu kita , kita akan menanyakan pada anak tersebut, ini bulpoin, apa kamu tau penciptanya?” maka jawabannya tidak “itu di ibaratkan seperti Allah, kita yang diciptakan tetapi kita tau kita ada yang diciptakan tetapi kita tidak bisa mengetahui siapa yang menciptakan” .

Dan ada juga semisal dia kita suruh melihat matahari, pasti mereka tidak bisa melihat karena memang cahanya sangat terang. Itu juga bisa dibuat sebagai perumpamaan, ciptannya itu ada, tetapi kita tidak bisa melihatnya. Dalam menyampaikan suatu pertanyaan amaupun suatu materi kita harus yakin. Dengan keyakinan tinggi dan memang kita ada pengetahuan maka anak itu pasti akan memahami dan akan mengerti seiring dengan berjalannya waktu yang terpenting jangan sampai salah dalam menyampaikan.

Anak lebih suka menggunakan media , maka dari itu media disesuaikan dengan materi , dan sebelum di terapkan ulangi berkali kali apakah media tersbut sudah layak apa belum untuk disampaikan. Apabila belum maka silahkan diperbaiki terlebih dahulu, jangan sampai mereka merasa bosan dengan materi tersebut .

Menggunakan proyektor dan menampilkan beberapa vidio yang terkait dalam pembelajaran itu juga bagus sekali. Karena anak anak suka sekali apabila diajak menonton sebuah tayangan.Tayangan tersebut juga mengarah pada materi pembelajaran.  Dan sesekali kalau memang kondisi suatu kelas belum kondusif atau sudah tidak bisa dikendalikan lagi, maka ajak mereka ice breaking yang memang berkaitan dengan pembelajaran fiqih.

Ingat sekali lagi, suatu problemtika tidak akan muncul apabila tidak ada penyelasaian . Menjadi seorang pendidik yang kreatif , aktif , dan tangguh. Apapun yang terjadi harus yakin dengan apa yang telah dipersiapkan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memiki tujuan hidup yang benar dan baik.


By : Chusnun Ni’matul Hidayah

Belum ada Komentar untuk "Problematika Pembelajaran Fiqih Pada Kelas 2 MI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel